Yumi memungut sesuatu di pintu unitnya itu terselip di celah, untuk sebagian ke dalam dan sebagian di luar, orang yang meletakkan mungkin sengaja agar mudah terlihat, kemudian Yumi menutup mulut membaca tulisan yang tertera, itu sepucuk undangan.
Bulir air mata tumpah, Yumi menangis undangan yang ia terima adalah undangan pernikahan. Pernikahan kekasihnya dan selaku pasangan bersanding atau pengantin wanita nanti bukanlah dirinya tapi orang lain, bagaimana mungkin ini terjadi tanpa penjelasan, ia sangat sedih dan menangis sesenggukan.
Apa yang terjadi? Bahkan kemarin ia masih menerima pesan menanyakan kabarnya. Yumi mencoba mengingat apakah ada sesuatu yang berbeda dari kekasihnya belakangan, tapi tidak ada, pria yang menjalin hubungan selama lima tahun dengannya tak pernah bilang pamit dari hubungan.
Yumi meraih ponselnya mencoba menelepon Riza, Riza adalah pria yang membuatnya menangis malam ini, hingga tiga kali memanggil tapi tidak terhubung. Yumi benar-benar merasakan perasaan buruk.
Zero o'clock, tapi ia butuh seseorang untuk bicara, Yumi menekan nomor Indy, saat seperti ini ia hanya butuh teman cerita.
"Indy," Panggilnya dengan suara penuh penekanan.
"Ada apa Yum lo belum tidur?"
"Belum."
"Yum suara lo kayak lagi nangis."
"Undangan," Yumi sesegukan.
"Undangan? Gue nggak ngerti, Yum tenang dulu."
"Aku dan Riza telah berpacaran lima tahun, tiga hari yang lalu ia masih memelukku, kemarin masih mengirim pesan menanyakan kabarku, sekarang aku menerima undangan pernikahan dari pria seperti itu."
"Oh Goodness, Yumi." Suara kaget Indy dari sambungan telepon.
"Sakit sekali rasanya Ndy."
Suara tangis sahabatnya di seberang sana membuat Indy juga merasakan sesak di dadanya.
"Lo butuh gue, gue ke apartemen lo sekarang,"
"Nggak usah Ndy, ini sudah lewat tengah malam,"
"Tapi gue khawatirin lo."
"Gue memang butuh pelukan, tapi sekarang kamu nggak perlu datang."
"Gue bisa iziin sama Ayah."
"Nggak perlu," Yumi berkeras.
"Yakin, lo nggak apa-apa?"
"I'm not oke, really need you, tolong temui aku besok Indy."
"Of course sweet heart, don't cry, everything gonna be oke."
Memang dia pikir dia siapa? Tega sekali membuat gadis baik seperti Yumi memangis, gerutu Indy.
Pintu kamar Indy di buka Ayahnya masuk membawa segelas air dan tube berisi obat.
"Ayah lewat lampu kamarmu belum padam, sekalian Ayah bawa vitamin, akhir-akhir ini kamu dan adikmu jarang minum vitamin,"