Malam ini di halaman rumah, taman mungil, para sahabat Indy berkunjung, Indy dan para sahabatnya sedang party kecil. Indy dan ayah sibuk di pembakaran grill ada daging dan aneka seafood, Erina memotong semangka, ibu dan Yumna mengeluarkan menu lain dari dapur ada pizza dan puding, sedangkan Yumi dan Arsen juga teman lain dari fakultas kedokteran yang di undang Indy, mereka membentuk lingkaran bernyanyi. Sungguh malam yang menyenangkan sekedar penghilang penat, sayangnya Saga tidak turut serta.
Ayah mengusap keringat di dahi Indy, lalu mengambil sepotong daging meniupnya sejenak lalu menyupkan ke Indy. Jalinan hangat ayah dan putrinya itu di ekori sepasang mata, dia Yumna dari tadi terus melirik ke arah Indy.
"Indy benar-benar manja sama Ayahnya," ucapnya pada Yumi ketika Yumi mendekat mengambil segelas orange jus.
"Indy itu tuan putri, full act of service oleh Ayah dan Saga adiknya,"
"Saga?"
"Adiknya Indy, katanya lagi naik gunung,"
"Aku baru tau kalau Indy punya adik lelaki,"
"Sering-seringlah hang out bareng, kamu akan liat, mereka itu family dan sibling goals banget, kadang aku jadi iri,"
"Hm..."
Yumna mengangguk, Yumi berlalu darinya setelah mengambil minum, Yumna kembali mengalihkan perhatiannya ke arah ayah dan anak itu.
Tak lama ayah mengintruksi agar mereka makan, Arash meletakkan potongan daging panggang di atas piring lalu menghampiri Yumna.
"Ini untukmu Nak," ucapnya hangat sambil menyodorkan piring berisi potongan daging. Yumna sejenak tercenung, mendapat perlakuan berbeda dari yang lain hatinya menjadi hangat.
Arash duduk di sebelah Yumna, kemudian ia kembali melirik Indy, gadis itu tanpa Ayah di dekatnya sekarang, tapi ada bunda yang mengikat rambutnya ketika rambut panjang itu tergerai dan membuatnya ribet untuk makan. Sekali lagi dalam hati Yumna kagum pada Indy, dia benar-benar tuan putri sesungguhnya.
"Kamu juga dari fakultas kedokteran?" Tanya Arash pada Yumna.
"Iya Om, aku dua tingkat di atas Indyra,"
"Kamu lebih senior, boleh Om minta sesuatu,"
Yumna sedikit memutar badan kesamping agar berhadapan dengan ayah temannya, mereka bertemu sudah berkali-kali, baik di kampus ketika mengantar Indy, juga di kafe saat hang out, tapi baru kali ini mereka bercakap intens seperti ini, sampai Arash meminta sesuatu.
"Apa ya Om, kalau Yumna bisa pasti Yumna lakuin,"
"Bagaimana nilai akademik mu?"
"Aku cukup puas Om, nilaiku A dan sedikit B,"
"Wah, kamu anak cerdas,"
Arash sedikit menegakkan tubuhnya, gestur bahwa ia hendak bicara serius.
"Bisakah kamu bantu Indy, bimbinglah ia dalam belajar,"
"Maksud Om?"
"Bantu Indy, karena kamu senior dan nilai kamu cukup baik, Indy sedikit kewalahan,"
"Oh begitu ya Om,"