Bihan

Bob Haazel
Chapter #4

Musuh dan Teman

Siang itu, pada jam istirahat, Bill langsung bangkit dari tempat duduknya dan mengajakku keluar. Rupanya dia benar-benar serius ingin mengajakku makan siang. Aku bisa merasakan keramahan dibalik wajah datarnya. Tetapi saat itu, Bill hanya mengajakku. Dia tidak mengajak siswa lain, tidak juga walau hanya sekedar basa basi.

Kami berdua keluar dari kelas dan berjalan menuju gerbang. Banyak pasang mata yang melihat ke arah kami, mungkin semua orang mengagumi ketampanan seorang Bill. Meski sedikit terganggu, kami tetap melenggang tak bergeming.

Menyadari hal itu, Bill memberikan komentarnya. "Lihat, mereka mengagumi ketampanan mu!" ucapnya sambil tetap menatap lurus ke depan.

"Kurasa mereka menatapmu!" jawabku sedikit tidak setuju.

Setelah keluar dari gerbang sekolah, Bill menunjukkan jalan ke tempat yang dia maksud. Lokasinya ada di seberang jalan, melalui gang kecil setelah persimpangan di depan sekolah. Tempat itu tidak terlalu besar, tapi terlihat sangat bersih.

"Kau pernah ke sini?" tanyaku pada Bill.

"Sekali, setelah pulang dari tes masuk sekolah. Aku berkeliling di sekitar sini, dan tidak sengaja menemukan restoran kecil ini." jawabnya.

"Aku ingin memesan sup ayam dan sepiring nasi, Bibi. Bagaimana denganmu, Bihan?" ia menanyakan pesananku.

"Aku juga ingin memesan itu." jawabku tidak ingin ambil pusing.

Kami duduk di dekat jendela kecil di sudut restoran. Suasananya sangat sepi dan menenangkan, hanya ada kami berdua di dalam.

Bill kemudian bertanya padaku. "Dimana kau tinggal?"

"Di Wales." jawabku segera. "Bagaimana denganmu?" tanyaku.

"Kalau begitu tidak jauh dari rumahku, aku tinggal di Westhill." jawabnya. Rumahnya berjarak hampir satu kilometer dari rumahku, satu kilometer lebih jauh dari sekolah.

"Apa kau seorang penyendiri?" tanyaku pada Bill dengan penasaran. "Kulihat kau tidak menyapa siswa lain." aku mencoba bertanya setenang mungkin, berharap dia tidak tersinggung.

"Jika penyendiri, tidak mungkin aku menyapamu terlebih dahulu. Aku hanya tidak suka memiliki banyak teman, terlalu merepotkan." jawab Bill dengan nada serius.

"Kenapa memilihku? apa ada alasan khusus?" tiba-tiba saja aku merasa penasaran akan hal itu.

"Tidak, hanya saja aku merasa kita akan cocok. Aku juga suka bangku sudut." jawabnya santai.

Bibi mengantarkan makanan kami, aku dan Bill mulai makan dengan lahap. Dari situ aku mengetahui kalau Bill tidak menyukai daun bawang.

"Kenapa menyisihkannya? Kau tidak suka? Berikan padaku!" sambil menyodorkan mangkuk sup milikku.

Lihat selengkapnya