Bihan

Bob Haazel
Chapter #10

Rahasia dan Pengakuan

Pada hari minggu itu, aku merasa segar. Kepalaku sudah tidak lagi terasa sakit dan demamku juga sudah benar-benar turun. Apa yang terjadi kemarin sangat menguras emosiku, badai yang berkecamuk dalam diriku menghantam hingga ke hatiku. Hari itu aku memutuskan untuk pergi ke rumah Bill. Aku merasa bosan dan berusaha untuk bicara dengannya.

Cuacanya benar-benar cerah, Ayah mengantarku pergi ke rumah Bill karena sedang ada pekerjaan di arah yang sama. Rumah Bill tampak seperti biasanya, sangat sepi dan tenang. Aku menekan bel rumahnya dan seseorang membuka pintu, ternyata itu Ibunya Bill.

"Selamat siang, Bibi." sapaku pada Bibi.

"Bihan, masuklah! Kau pasti mencari Bill, bukan? Dia ada di atas." dari penampilannya, sepertinya Bibi akan pergi ke suatu tempat.

"Bibi harus pergi dan kembali setelah petang. Baguslah kau di sini, temani Bill sementara Bibi pergi. Setidaknya dia tidak akan bosan sendiri di rumah." ternyata tebakanku benar.

"Baiklah Bibi. Sebenarnya Bill tidak tahu aku akan datang." Bibi menatapku dengan penuh arti.

"Bihan, kau bisa datang kapan saja. Naik dan bicaralah dengannya." ucapnya seakan bisa menerka isi kepalaku. Kemudian Bibi mengambil sepiring kue dan sepiring lagi buah yang sudah dipotong di atas meja. Meletakkannya di atas nampan dengan dua gelas minuman dingin.

"Ambil ini Bihan, makanlah bersama Bill." kata Bibi sambil menyerahkan nampan itu padaku. "Bibi pergi dulu." katanya sambil tersenyum cerah dan melangkah keluar.

"Hati-hati, Bibi." aku mengantarnya keluar dan menutup pintu.

Aku naik menuju kamar Bill dengan membawa nampan yang penuh dengan makanan dari Bibi. Kedua tanganku penuh dengan membawa nampan itu hingga kesulitan mengetuk pintu kamarnya, jadi aku menggunakan sedikit bantuan kaki untuk menendangnya pelan. Kemudian terdengar suara derap langkah dari dalam.

"Kapan kau datang?" tanya Bill.

"Baru saja, bisa biarkan aku masuk? ini berat sekali." tanganku sudah mulai gemetar karena nampan yang berat itu.

Bill menyadari dan membantuku membawanya. "Kenapa kau datang di hari libur ini?" tanya Bill dengan wajah dinginnya itu.

"Aku hanya bosan di rumah, aku tidak punya teman lain." jawabku santai dan duduk di lantai sembari menyendok sepotong kue.

"Aku rasa bukan hanya sekedar bosan." kata Bill curiga dan mulai duduk melantai.

Aku terdiam sejenak dan mengunyah buah dengan pelan. "Apa yang diceritakan Kakek padamu kemarin?" tanyaku basa basi.

"Dia menceritakan beberapa rahasia." jawabnya singkat.

Lihat selengkapnya