BIJANA

Siraru
Chapter #28

Dua Puluh Delapan

“Mae, ekspresinya jangan tegang seperti itu ya.” Arum mengarahkan Mae yang sedang berlatih puisi.

“Iya Bu, aku tegang.” Mae tersipu menutup wajahnya dengan teks puisi yang ada di tangannya.

“Santai saja ya, kamu sudah bagus kok, tinggal rileks saja.”

“Baik Bu.” Mae kembali melanjutkan latihannya.

“Ibu mau ke kelas sebelah ya melihat perkembangan Asep.” Arum meninggalkan Mae di kelas yang sudah kosong, karena semua siswa sudah pulang sedari tadi. Arum dan Bintang sengaja menjadwalkan latihan ketika pulang sekolah agar peserta yang ikut lomba lebih nyaman dan fokus berlatih.

Sebelum ke kelas tempat Asep berlatih, Arum sempat menengok kelas Septi latihan pidato. Di sana ada Bintang dan Septi yang sedang berbicara serius. Karena penasaran Arum pun menghampiri.

“Gimana pidatonya?”

Mereka berdua menoleh, namun wajah Septi tak tampak karena dia lebih memilih menunduk – menyembunyikan wajahnya.

“Septi…” Bintang melirik Septi sekilas dengan tatapan sedih, “Ingin mundur.” lanjut Bintang.

“Lho, kenapa Sep? Kamu masih takut?” Arum mendekati Septi. Septi menggeleng.

Septi memberanikan diri menatap Arum, matanya sudah mulai berkaca-kaca, “Teman-teman bilang, saingan kita itu siswa-siswa hebat. Kita nanti hanya akan dipermalukan di sana.” Akhirnya Septi buka suara.

“Kamu mau selamanya mendengarkan orang lain?” Arum menatap lembut Septi, tangannya meraih tangan Septi.

“Aku…” Septi menghela napas.

“Kalau kamu selalu mendengarkan orang lain seperti ini, kamu nggak akan pernah maju Sep. Mereka itu sebenarnya ingin di posisi kamu sekarang, tapi kamu lebih berani dari mereka.” Arum menepuk-nepuk punggung tangan Septi. “Buktikan sama mereka Sep. Itu kalau kamu memang ada niat ikut kompetisi ini. Kami nggak memaksa kamu.” Arum melepaskan tangan Septi.

“Benar Sep, kami tidak memaksa. Kalau Septi keberatan ikut lomba ini, Septi boleh mengundurkan diri.” Bintang ikut menimpali.

“Aku sebenarnya ingin sekali.” Septi terlihat gusar, dia tidak ingin mundur tapu ragu untuk maju.

“Kalau begitu, tutup telinga kamu, fokus ke depan.” Arum merangkul Septi.

“Iya Bu, aku akan latihan lagi.” Septi tersenyum “Menang nggak menang yang penting Septi coba ya Bu.” Septi mulai mengeluarkan energy positifnya.

“Bagus Nak.” Bintang mengusap kepala Septi dengan bangga.

Tak lama-lama di sana Arum pun segera menghampiri kelas Asep yang sedang latihan membaca dongeng Keong Emas, ditemani tiga temannya yang berperan sebagai penonton.

Asep termasuk siswa yang gigih, di luar dugaan Arum, progresnya melebihi Mae dan Septi. Asep sudah terlihat menguasai cerita dan menguasai panggung. Dia terlihat lebih percaya diri.

Arum hanya memantau dari bangku belakang, dia puas dengan kerja keras Asep, bahkan Asep tidak terpengaruh dengan kehadirannya, dia tetap tampil tenang.

***

Lihat selengkapnya