BIJANA

Siraru
Chapter #10

Sepuluh

"Kejaaar! Kejar si Samsul! Dia menarik kerudungku!" Teriak seorang anak perempuan sepulang dari surau. "Han! Hanan! Tangkap si Samsul." Perintah gadis remaja itu.

"Tangkap saja sendiri!" Hanan tak menurut perintah gadis itu, dia berlari menyusul Samsul sahabatnya.

"Dasar anak-anak SD!" Hardiknya lagi. Gadis hitam manis, tingginya tidak seberapa namun suaranya cukup lantang. Dia masih bertolak pinggang dengan amarahnya pada kelakuan tiga orang anak laki-laki yang juga baru pulang mengaji.

"Mae!" Arum sedari tadi memperhatikan gerak-gerik mereka. Persis dia dulu yang kerap berkelahi dengan Abas sewaktu kecil.

Mae gadis remaja itu, dia tidak menyadari keberadaan Arum, "Teteh…eh maksudnya I-ibu." Mae tertunduk malu. Kerudungnya yang tadi ditarik Samsul sedikit berantakan.

"Kalau di sini boleh panggil Teteh, kalau di sekolah baru panggil ibu."

"Baik Teh." Mae mengangguk.

"Mae, ada yang mau Teteh bicarakan,emm tentang puisi kamu."

Mae tersentak kaget, "Ah jelek ya Teh?"

"Bagus…kata siapa jelek. Kamu mau nggak Teteh daftarin ikut lomba baca puisi di Bandung?"

Mae mengangkat wajahnya, "Lomba di Bandung? Nggak ah Teh...malu." Mae kembali menunduk.

"Kenapa harus malu? Teteh liat puisi kamu bagus sekali, nggak kalah sama puisi murid Teteh dulu di Bandung."

"Tapi…" Mae tampak ragu. "Malu." Mae menyeringai.

"Tapi kamu mau kan?"

"Mau sih Teh, tapi malu."

"Kalau kamu mau, jangan malu, jangan sembunyikan bakatmu. Tenang saja, kamu nggak perlu terbebani, kemenangan adalah bonus, yang penting kamu berani." Bujuk Arum

"Baiklah kalau begitu Teh." Akhirnya Mae setuju.

"Tapi ngomong-ngomong judul puisi kamu itu bagus sekali.” Arum menatap Mae yang masih malu-malu.

“Aku dapat dari Kamus yang ada di perpustakaan sekolah Teh.”

Lihat selengkapnya