BIJANA

Siraru
Chapter #11

Sebelas

        Awal September kemarau masih bertahan, tanah-tanah sudah semakin retak menganga, banyak petani yang mengeluhkan palawija mereka yang gagal. Ditambah lagi belum masuk musim bersawah. Persediaan pangan mulai menipis bagi mereka yang memiliki anggota keluarga yang banyak. Beruntung hasil tangkapan ikan masih memuaskan hingga bisa untuk membeli beras.

               Arum duduk di kursinya, di depan kelas delapan yang sedang mencatat. Pikirannya bimbang – gajinya dua bulan belum dilunasi. Setahunya di sekolah tempat mengajarnya dulu, bayaran Guru dibayarkan tiap bulan.

               “Bu.” Mae mengacungkan tangannya – ingin bertanya.

Lamunan Arum buyar, “Ya? Kenapa Mae?”

“Soal Lomba yang kemarin Ibu bilang, tanggal berapa ya ?” Tanya Mae.

Arum ingat jika dia belum mengumumkan hal penting pada mereka, karena pikirannya dipenuhi dengan haknya yang belum sampai pada tangannya.

“Ah iya anak-anak, Ibu lupa memberitahu kalian.” Arum berdiri dari duduknya. “Lomba yang tempo hari Ibu bilang waktunya diundur hingga Desember. jadi kalian masih bisa mempersiapkan semuanya dengan baik.” Sebelumnya Arum mendapat kabar dari Yongki jika kompetisi itu waktunya diundur.

“Horeee…!!” seru mereka, suasana kelas menjadi riuh.

“Ya, tapi tenang dulu. Tetap kita harus persiapkan dari sekarang karena saingan kita tidak bisa dianggap enteng.”

“Iya Bu.” Mae tampak antusias.

“Tapi kalian jangan patah semangat, kalian pasti bisa bersaing. nanti Ibu ambil satu yang story-telling, satu puisi. untuk puisi Ibu menunjuk Mae dengan puisinya, tapi Ibu belum menemukan kandidat story-telling. jadi nanti kita akan tes kalian satu persatu ya.”

“Baik Buu…” Jawab mereka lagi serempak.

“Sekarang lebih baik kalian kembali mencatat, nanti ibu jelaskan materi kita hari ini.” Arum kembali duduk di kursinya, berharap tentang kabar baik menghampirinya hari itu.

 

***

Lihat selengkapnya