BIJANA

Siraru
Chapter #17

Tujuh Belas

“Arum!” Suara berat yang khas itu Arum dengar dari arah rumah tetangganya, Yana.

Arum menoleh seketika, “Abas?” Senyumya menggambarkan haru yang tiada tara. Sekian tahun tak saling bertatap muka dengan sahabat sewaktu kecilnya.

“Aku pulang!” Teriak lelaki berbadan kekar itu.

Arum terkekeh mendekati rumah Yana, “Aku tahu kamu pasti pulang, kamu pengangguran kan sekarang?”

“Astagfirulloh jangan keras-keras! nanti tetangga denger.” Abas melotot.

“Tetangga sekampung sudah tau Bas kamu nganggur.” Arum tertawa seraya mengibaskan tangannya.

“Aih pasti Bapak nih kerjaannya.” Abas berkacak pinggang. Lalu menatap seksama Arum dari atas sampai bawah, “Kata Bapakku juga kamu itu udah bagus-bagus jadi Guru di kota, malah pulang.” Abas menggelengkan kepalanya – tak habis pikir.

“Kan janji kita, suatu hari kita akan pulang.” Arum duduk di bale-bale bambu.

Abas pun mengikuti duduk di samping Arum, “Tapi nggak secepat ini Rum...Aku malu tau pulang sebagai pengangguran.” Abas mencibir, namun matanya masih mengamati Arum dengan seksama. “Kamu...Biru... kalian kan sekolah tinggi. Mudah saja mencari pekerjaan yang lebih baik lagi. Sementara aku yang lulusan esempe ini bisa apa Rum?” wajah tegas Abas terlihat muram.

“Aku yakin akan banyak kesempatan buat kamu Bas.” Arum menepuk punggung keras sahabatnya itu.

“Menjadi Nelayan seperti Bapak.” Gumam Abas.

“Tak apa. Itu bagus bukan? menjadi Nelayan nggak buruk juga.” meskipun tak yakin Arum mencoba membesarkan hati Abas.

“Tapi kita bertiga dulu berjanji akan pulang dengan kesuksesan kan? Buktinya?” Abas menghela napas.

“Mungkin suatu saat nanti Bas, udah deh jangan bikin aku juga jadi kepikiran. Aku juga sedih Bas.”

“Kenapa?”

“Hah, semuanya nggak seperti yang aku bayangkan.”

“Sama!” seru Abas.

Lihat selengkapnya