***
Pak Toto berpatroli dari satu komputer ke komputer lainnya dengan penuh selidik. Takut-takut ada yang menyontek. Kedua mata guru TIK itu menyipit ke meja paling sudut. Di sana ada Radena yang memasang raut wajah datar selama bercengkerama dengan soal-soal di depannya.
"Baik anak-anak, waktu kalian habis. Hitungan ke-3, kalian harus sudah submit jawabannya!"
Mendengar itu, beberapa yang belum menyelesaikan soal ujiannya dibuat panik. Kerusuhan mulai meramaikan kondisi.
"1 ... 2 ... 3. Selesai. Matikan komputer kalian."
Seperti biasa, Pak Toto akan langsung memeriksa hasil ujian pada satu waktu. Nona yang bingung dengan keadaan hanya celingak-celinguk. Belum mengenali situasi yang ada di sekitarnya.
"Pak Toto lagi periksa hasil ujian, Na. Kita disuruh tunggu di sini sampai hasil ujiannya kelar diperiksa," bisik Nabila yang duduk di belakangnya.
Nona pun manggut-manggut. Sedikit mendapat pencerahan akan sesuatu yang tak dia ketahui sebelumnya. Badannya yang sedikit menyerong, tak sengaja menangkap Radena yang sedang menatap dirinya dengan tatapan yang tidak bermakna.
"Apa?" responsnya tanpa suara, meminta alasan untuk tatapannya itu.
Radena hanya menyeringai. Membuat Nona lebih kebingungan dengan sikapnya.
"Nona Rose Aurora!" Panggilan Pak Toto terdengar sedikit emosi.
Nona refleks mengangkat tangan kanannya. "Saya Pak."
"Apa di sekolahmu yang dulu tidak ada pengajaran Ilmu Komputer?"
Nona terdiam. Dia heran dengan pertanyaan guru barunya itu.
"Ada kok Pak. Emangnya kenapa?"
"Mungkin kamu yang tidak ada ketika jam pengajarannya."
"Maksud Bapak?" Nona benar-benar tidak mengerti.
Melihat Nona diintrogasi, semuanya menjadi tegang. Kecuali Radit, Siska, dan Radena yang begitu menikmatinya. Bak hiburan segar.
"Kenapa nilaimu hanya 40?" Pak Toto sangat emosi. "Ini kali pertamamu mengikuti ujian saya. Dan hasilnya? Kamu benar-benar mengecewakan. Padahal kamu murid beasiswa. Harusnya soal seperti ini bisa kamu kerjakan dengan baik."
Nona terbelalak. Seingatnya, dia menjawab soal-soal ujian dengan benar menurut sepengetahuannya.
"Nggak mungkin Pak. Saya jawab soalnya dengan benar, sesuai kemampuan saya kok Pak."
Semua menatap ke arahnya tidak percaya.
"Apa menurut lo si Nona nggak jago TIK?"
"Nggak tahu, gue. Tapi dari tampang-tampangnya, dia mah kayak doraemon. Semua bisa."
Aryo dan Tio saling bisik.
Apa ada yang sabotase? Tapi gimana bisa?
Siska mengangkat salah satu sudut bibirnya. Puas. Dia sangat senang dengan apa yang terjadi pada siswi baru itu.
"Sudahlah. Buktinya hasil ujianmu sungguh mengecewakan. Sebelumnya, saya itu berharap banyak darimu, karena kamu anak beasiswa di sini."
"Tapi Pak, saya serius kok. Bisa aja sistem di komputernya yang error."