BILA BAHAGIA ITU DIJUAL

Sefiti
Chapter #3

GURU PENGGANTI?

***

"10 ribu subcribers!" Seruan Tio membuat semua orang yang berada di kelas menoleh kepadanya. Mereka geleng-geleng kepala melihat tingkahnya. Dia yang sangat ingin menjadi youtuber terkenal lewat lagu-lagu ciptaannya itu, memang selalu membuat kehebohan tentang sesuatu yang berkaitan dengan kanal Youtube-nya.

"Berisik lo Tio!" Aryo yang sedang asyik bermain game merasa terganggu akibat ulah teman satu mejanya itu.

"Namanya juga orang seneng. Sirik aja lo." Tio menoyor bahu kawannya dengan siku.

"Kalau seneng mah, baca hamdalah, ¹lain gogorowokan." ¹Bukannya malah teriak-teriak;

"Alhamdulillahi rabbil alamin," ucap Tio dengan penuh keterpaksaan. "Puas?"

"Puasssss banget," balas Aryo dengan memberi tawaan. "²Sok, lanjutkan," suruhnya seraya kembali melanjutkan kegiatan bermain game online-nya. ²Silakan;

"Hello everyone!"

Setelah Tio yang membuat kelas gaduh dengan seruannya, sekarang di barisan seberang ada Thalia yang membuat kehebohan dengan sapaannya kepada para pengikut di akun Instagram-nya.

"Buat lo semua yang dari kemarin nanyain soal jepitan yang sering gue pake, gue belinya di sini ya, di akun yang udah gue mention. Kalian bisa cek langsung. Sumpah, lucu-lucu banget," katanya sembari tak lepas menatap layar ponsel. Thalia sedang sibuk merekam video.

Di mejanya, Nona melirik Radena yang sedang menidurkan kepala di atas meja. Dia terpaku pada bekas luka yang nangkring di sudut bibirnya.

"Radena emang gitu. Suka banget tidur di kelas." Nabila yang memerhatikan gelagatnya sedari tadi, berbisik kepadanya.

Nona sontak menoleh. Mengalihkan pandangan. "Ohhh gitu." Jujur, dia tidak memedulikan Radena yang tidur di kelas. Tapi, luka di bibir laki-laki itu sangat menarik perhatiannya. Tidak ada jejak pengobatan di sana. Apa memang tidak diobati?

Suara daun pintu yang terdengar dari luar, seketika mengintrupsi semua aktivitas yang sedang terjadi di dalam kelas.

"Bu Susan oyy!" Teriakan dari salah satu siswa menambah keributan yang semakin tidak kondusif.

"Heran sama Bu Susan, udah tahu lagi hamil tua, masih aja semangat ke sekolah." Aryo merutuk setelah membenahi ponselnya ke dalam saku. "Gue ramal, anaknya itu bakal jadi orang rajin. Sejenis si Nona gitu."

"Ya kalau sejenis sama lo, mungkin dunia bakalan ancur. Isinya yang mau enaknya doang."

Aryo memicingkan mata pada cemoohan Tio. "Bibir lo minta dibalsemin ya?"

Pintu terbuka. Sosok yang memasuki ruangan membuat senyap dalam beberapa saat, sebelum hembusan napas yang saling bersautan pun beradu di dalam ruangan.

"Pagi anak-anak." Suara sapaan Pak Dani mengalihkan perhatian semuanya.

"Pagi Pak," jawab mereka serempak, dengan mata yang menyoroti seorang guru muda di samping Pak Dani. Mereka pertama kalinya melihat guru tersebut di SMA Berlian. Sepertinya guru baru.

"Perkenalkan, ini guru yang akan menggantikan Bu Susan. Soalnya kan kalian tahu, kalau Bu Susan lagi hamil tua. Jadi dia minta cuti."

Semua tampak memberikan ekspresi yang beragam.

Mangga Bu, perkenalkan diri langsung." ³Silakan.

Guru muda berambut panjang yang sedikit bergelombang itu memamerkan senyuman terbaiknya. Dia mengangguk. "Baik. Terima kasih Pak." Pandangannya mulai mengedar, berkenalan dengan para pelajar di hadapannya melalui kontak mata. "Hai semuanya."

"Halo Buuuu!"

"Perkenalkan, saya Anna Anindira. Kalian bisa panggil saya, Bu Anna. Di sini saya akan menggantikan Bu Susan sebagai salah satu guru Bahasa Indonesia. Mohon kerja samanya ya?"

"Siap Buuu!" Semua tampak bersemangat dan antusias. Sepertinya, mereka sangat menerima kehadirannya.

Lihat selengkapnya