BILA BAHAGIA ITU DIJUAL

Sefiti
Chapter #10

RADENA PEMBUNUH?

"Nah itu. Kenapa mesti capek-capek belajar semuanya, kalau Matematika aja udah ngewakilin?"

Kening Nona mengerut dengan sempurna. Opini Radena sangat ngawur. "Ya gak bisa gitu dong. Setiap pelajaran punya ciri khasnya. Lagian, mau sepinter apa pun orang, kalau orang itu ada di lingkaran yang lebih mentingin kekuasaan di atas segalanya, atau berada di tempat yang sama sekali nggak bisa ngehargain, kepinteran yang dipunya jadi nggak ada apa-apanya. Contohnya kayak di SMA Berlian." Sindiran kerasnya berhasil membuat Radena melongo.

Bagaimana bisa dirinya melupakan fakta, bahwa ia adalah murid istimewa di SMA Berlian?

"Serius amat sih lo."

"Ya obrolan kamu barusan, ngandung unsur yang serius."

Radena menelan ludahnya karena tidak paham dengan pola pikir Nona. "Lo sebenernya mau ajarin gue, nggak sih? Bisa nggak, nggak usah banyak ini itu?"

"Nggak mau. Kan kamu yang maksa saya."

Radena menggertakkan gigi-giginya dengan gemas. Nona terlalu realistis.

"Ternyata lo lebih nyebelin dari Matematika."

Kedua alis Nona bertautan. "Oke. Karena niat kamu baik, jadi saya bakalan ngajarin kamu."

"Gitu kek, dari tadi."

"Tapi ada syaratnya."

"Syarat apaan?"

Nona melipat kedua lengannya di depan dada dan mengangkat alis kanannya. "Kamu harus belajar sesuai sama peraturan yang saya buat."

"Peraturan apaan sih? Ribet."

"Yang jelas nggak akan sekonyol kayak peraturan di SMA Berlian."

Ia pun mendengus. "Ya udah apa?"

"Nih," Nona menyodorkan selembar kertas, "baca."

PERATURAN SELAMA BELAJAR MATEMATIKA:

1. HARUS FOKUS!

2. JANGAN PEGANG HP!

3. WAKTU BELAJAR TERGANTUNG. KALAU CEPET PAHAM, 2 JAM CUKUP. TAPI KALAU MUDENG, MUNGKIN LEBIH DARI ITU.

4. KALAU BONCENG SAYA JANGAN NEROBOS HUJAN. KARENA SAYA NGGAK SUKA!

5. TEMPAT & WAKTU SESUAI KEMAUAN SAYA SEBAGAI GURU LES KAMU.

6. JANGAN GANGGU KEGIATAN SAYA SELAMA JAM AKTIF BELAJAR DI SEKOLAH.

7. GAJI SAYA HARUS KAMU TRANSFER SETIAP HARINYA KE NOREK 1425-8752-7789-2242, (TERSERAH MAU BAYAR BERAPA).

8. KALAU POIN 1-6 DILANGGAR, DURASI BELAJARNYA BAKAL DITAMBAH 30 MENIT DAN GAJI SAYA NAIK 2X LIPAT DARI SEBELUMNYA.

9. JANGAN DIBANTAH!

Radena menatap Nona dengan tidak percaya setelah selesai membaca peraturan di selembar kertas itu.

"Kapan lo nulis beginian?"

"Tadi waktu nungguin kamu bawa rapor."

"Ngapain sih pake acara bikin peraturan begini? Lo ngancem gue?" Radena menertawakannya.

"Saya bukan kamu yang bisanya ngancem orang seenak jidat, ya. Peraturan itu dibuat supaya kamu bisa disiplin."

Radena memamerkan smirk-nya. "Lo pikir gue bakalan nurut sama lo?"

"Saya harap kita bisa nerapin aturan simbiosis mutualisme, bukan parasitisme. Jadi kamu jangan bikin saya rugi dengan gangguin saya atau seenaknya sama saya." Nona mengangkat salah satu alisnya. "Kalau kamu mau saya bantuin, kamu juga harus penuhin permintaan saya. Walaupun saya dibayar, tapi saya tetep punya hak atas kenyamanan diri sendiri. Saya bisa aja ya laporin kamu ke Pelindung HAM kalau kamu tetep seenaknya sama saya."

"Lebay amat bawa-bawa Pelindung HAM," ledeknya.

"Perjuangin hak itu harga mati. Jadi jangan seenaknya bilang lebay. Mungkin sebagian orang ada yang nggak peduli dan pasrah sama hak mereka. Tapi saya peduli tentang apa pun yang bertentangan sama HAM."

Radena berdecak. "Kayak guru PPKn aja lo Na. Bahasannya HAM mulu." Ia tak habis pikir. Ternyata berbicara dengan orang semacam Nona sama halnya seperti sedang membaca buku materi sekolah. "Oke, terserah lo deh ya. Anyways, mungkin gue nggak bakalan gangguin lo. Tapi masih ada Siska sama Radit yang bisa aja bikin hidup lo nggak tenang di sekolah."

Nona hanya membalas tatapan mata Radena yang sarkastis. Nyatanya apa yang dikatakan Radena memang benar dan memiliki peluang yang besar untuk terjadi.

"Intinya, gue mau nilai Matematika gue nanti di atas KKM. Dan gue bergantung sama lo sekarang."

"Kamu nggak bisa nuntut orang buat wujudin kemauan kamu, karena diri kamu sendiri yang bisa wujudin itu, Radena Arthur Rajendra. Percuma saya ngajarin kamu, kalau kamunya nggak berusaha keras."

"Iya Bu guru. Mohon kerja samanya ya."

Seutas senyum muncul dari bibirnya. Nona merasakan sesuatu yang lucu, walaupun sebenarnya Radena sedang meledeknya.

***

Hujan yang mengguyur akhirnya reda setelah 2 jam lebih membuat berbagai aktivitas di luar menjadi terhambat. Langit yang sebelumnya gelap, kini berubah menjadi jingga kemerahan. Memberi kesan nyaman di petang hari ini.

Mobil sedan putih tampak memasuki halaman rumah dan berhenti tepat di depan garasi. Johan keluar dari mobil dan memasuki rumah dengan tergesa.

"Mobilnya mau di masukin ke garasi, Pak?" tanya Mang Mimin, salah satu pekerja di rumahnya.

Johan yang akan membuka pintu rumah menoleh dan menggeleng. "Nggak usah. Saya cuma mau ambil dokumen aja. Mau berangkat lagi."

"Oh, ya sudah. Saya permisi Pak."

Lihat selengkapnya