BILA BAHAGIA ITU DIJUAL

Sefiti
Chapter #17

NONA DIMANFAATKAN?

***

Nona berjalan dengan cepat agar tak tertinggal arah. Ia masih bisa melihat Radena tak jauh di depannya. Laki-laki itu memasuki UKS. Seperti seorang pencuri, Nona mengendap-endap saat memasukinya. Ia tak mau Radena mengetahuinya lebih dulu, lalu mengagetkannya dari dalam.

Saat dirinya berhasil memasuki UKS dengan aman, ia mendapati laki-laki songong itu sedang kesusahan mengolesi obat merah dengan tangan kirinya. Raut wajahnya juga terlihat menahan perih saat obat merah itu menyentuh permukaan kulitnya yang terluka.

"Sini, biar saya bantu." Tanpa permisi, ia mengambil alih pekerjaan yang membuatnya gemas sekaligus ngilu. Gemas karena Radena tampak kesusahan dan ngilu melihat luka goresan yang lumayan parah itu. Bagaimana bisa Radena mengendarai motornya dengan kondisi seperti ini? Sepertinya Radena tak sekuat itu untuk menahan rasa sakitnya.

"Lo kok bisa ada di sini?" Radena kaget dengan kehadirannya yang seperti hantu.

"Bisa lah. Saya punya kaki."

Jawaban Nona membuat Radena sebal.

"Lo ngikutin gue ya?"

Nona meliriknya sekilas. "Iya."

Radena berdecih. "Ngapain lo? Mulai perhatian sama gue?"

Mendengar ucapan Radena yang kepedean itu, Nona menatapnya dengan sengit. "Apaan sih. Geer."

"Udah deh, ngaku aja."

Karena kesal, ia sedikit menekan kapas ke atas lukanya. Membuat Radena meringis.

"Sakit Nanooo!"

"Mangkanya jangan banyak omong. Saya mau bantuin kamu, karena kamu kayak gini juga ada urusannya sama saya. So, ini tanggung jawab saya. Ngerti? Jadi jangan geer."

Radena hanya terdiam dengan ekspresi yang masih menahan nyeri. Dia memerhatikan Nona yang tampak serius mengobati lukanya.

Terdengar Radena mengeluarkan deheman canggung. "Biasa aja dong ngobatinnya. Sakit, nih." Ia tetap ingin terihat galak di suasana hatinya yang terasa aneh. Entahlah.

Nona tak memedulikan ucapannya. "Kenapa juga nggak hati-hati," omelnya.

"Tadi gue nggak fokus aja bawa motornya."

Dalam seketika, napasnya dibuat berhenti sejenak karena perlakuan Nona yang di luar dugaannya. Gadis itu juga mengoleskan obat pada sudut bibirnya yang lebam.

"Suka banget ya berantem sampe ngelukain diri sendiri gini?"

"Siapa yang berantem?"

"Ini, bibir kamu. Bisa kayak gini karena berantem kan?"

"Ditonjok si Radit," ungkapnya.

Nona terdiam. "Oh," katanya kemudian.

"Lo nggak mau tanya kenapa?"

Ia menggeleng. "Nggak mau tahu lebih dalam. Itu kan urusan kalian."

Bibir Radena menekuk. "Ya udah."

Tak ada respons. Suasana kembali hening.

"Makasih udah belain saya," ucapnya tanpa dikira.

Radena yang masih duduk di ranjang, menoleh pada Nona yang duduk di pinggir ranjang sebelahnya.

"Tapi, kenapa kamu buat semuanya makin kacau? Kenapa kamu ngeladenin gosip yang disebar sama TROS?"

"Lo udah tahu soal TROS?

Kepalanya mengangguk. "Thalia sama Nabila udah cerita."

Mulutnya membulat.

"Kenapa?" Nona mengulangi pertanyaannya.

Lihat selengkapnya