BILA BAHAGIA ITU DIJUAL

Sefiti
Chapter #20

ADA APA DI LANTAI 4?

***

Semenjak tweet-an yang diunggah TROS berhasil tertangkap oleh hampir semua pengikutnya, orang-orang tak henti membahas perihal itu. Baik secara virtual maupun tatap muka, mereka tak mau ketinggalan untuk membicarakan sang tersangka. Dugaan demi dugaan pun muncul. Mereka menargetkan beberapa pasangan kelas 12 yang rentan melakukan hal tidak senonoh itu. Grup chat SMA Berlian pun tak berhenti memunculkan notifikasi setiap detiknya. Di dalam sana tampak heboh dengan kasus yang sedang sangat panas itu. Zaskia dan Josua yang juga bergabung di grup hanya bisa menggigit jari. Mereka harap tak ada yang mencurigai keduanya.

GILAK!

PARAH-PARAH!

BANGKE MEREKA BERDUA!

OON BANGET. KAN UDAH TAHU DI SEKOLAH ADA SI TROS. NYARI PERKARA EMANG!

NAFSUAN BANGET!

MEREKA BUKANNYA NGASIH CONTOH!

KAN SMA BERLIAN JUGA UDAH ADA LARANGANNYA. MASIH UNTUNG NGGAK DILARANG PACARAN DI SEKOLAH ¹GÉN. ²PIKASEBELEUN! ¹Juga; ²Menyebalkan;

³MARANÉH MAH BOLOHO! ³Bego banget kalian tuh;

SAHA EUY? NGAKU ATUH WOY! AING PANAS TARANG YEUH. KEPOOOOOO! ⁴Siapa woy? Ngaku dong! Gue kepo banget nih;

MALU KAN LO? NYESEL KAN?

HEH, BARUDAK! TINGALI WÉ MUN AYA ANU PUTUS, BERARTI SI ÉTA TAH NU KACIDUK TÉH! ⁵Hei temen-temen! Lihat aja kalau ada yang putus, berarti mereka tersangkanya;

BUCIN SEKALI SAMPE LUPA DARATAN!

ÉLING OY, TÉRÉH UN KALIAN TÉH! FOKUS! ⁶Sadar woy! Kalian tuh bentar lagi mau UN.

MEMALUKAN. INI BENAR-BENAR MEMALUKAN!

....

2210 pesan belum dibaca


Zaskia terduduk di mejanya dengan sangat gugup. Ia seperti seorang buronan yang tengah dicari seluruh dunia, dan tak ada tempat untuk bersembunyi sama sekali. Matanya melirik teman-temannya yang sedang bergosip dan mencaci.

Argh!

"Zaskia!" Panggilan Josua membuatnya membuang muka. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat.

Josua yang baru sampai ke kelas, segera menghampiri Zaskia dengan tersenyum semringah. Namun, saat dirinya baru saja akan menyentuh tangan gadis itu, senyumnya yang merekah tiba-tiba menekuk ketika mendapati Zaskia malah beranjak pergi meninggalkannya. Sontak hal itu membuat teman-teman sekelasnya heran. Biasanya mereka berdua sangat lengket dan tidak mau terpisahkan, sampai duduknya saja satu meja.

Pandangan mata pun saling berbalasan. Apa jangan-jangan....

***

"Wah, ini grup sekolah bikin hape gue ngelag," keluh Thalia. "Lihat nih, sampe panas gini. Gilak."

"Emangnya semalam ada tweet apa?"

Nona bertanya seperti itu karena dia belum memeriksa notifikasi di grup sekolah. Ia membisukannya. Dan mungkin ponselnya juga akan bernasib sama seperti milik Thalia dan temannya yang lain.

Thalia dan Nabila terkejut dengan pertanyaannya.

"Bukannya lo udah gabung?" tanya Nabila heran.

Nona mengangguk.

"Terus kenapa lo nggak tahu?"

"Saya belum cek. Hape saya ngelag terus. Mungkin karena notif dari grup sekolah yang bejibun itu."

Nabila dan Thalia manggut-manggut.

"Jadi, si TROS itu nyiduk yang lagi ciuman deket gudang 1A."

Nona terbelalak. "Ha? Mereka gituan di sekolah?"

"Iya. Mana kelas 12, lagi. Harusnya kan mereka udah tahu larangan itu juga di sekolah. Dasar nafsuan." Cemoohan Thalia terdengar ke seisi kelas. Membuat teman-temannya dengan serempak mengarahkan pandangan kepadanya. Terganggu. "Sori kebablasan," katanya yang sadar atas tindakannya yang menggangu orang lain itu.

"Untung aja tuh si TROS masih baik nggak langsung nyebut nama mereka," ucap Nabila.

Nona hanya menyimak. Rasa penasarannya terhadap si TROS itu kian menambah.

"Pak Dinar, euy!" Teriakan Aryo membuat seisi kelas merapikan diri dan mejanya.

Radena yang sedari tadi menidurkan kepalanya dan sedikit terlelap pun, terbangun saat mendengar decitan-decitan kursi yang silih bergeser.

"Pagi anak-anak."

"Pagi Pak."

"Baik, kita mulai pembelajaran hari ini."

Seperti biasa, tanpa basa-basi, Pak Dinar langsung memilih untuk melanjutkan materi. Itu salah satu alasan kenapa guru tersebut sangat membosankan.

"Ini kenapa spidolnya habis?" tanyanya dengan nada marah. "Kan saya selalu ngingetin, jangan sampai ada yang menganggu kegiatan pembelajaran saya apa pun itu. Kalian sengaja, ya?"

Sontak mereka pun menggeleng dengan cepat.

"Nggak kok Pak."

"Terus ini kenapa nggak dicek? Gini nih kalau jadwal piket kelas ditiadakan. Kalian jadi malas," komentarnya dengan menohok. Terlihat matanya sedang diedarkan, mencari seseorang yang bisa disuruhnya, kecuali murid istimewa. Mereka tidak termasuk.

"Nona, kamu saja yang ambilkan spidol baru ke ruangan properti."

Nona langsung mengangkat kedua alisnya. Ini pertama kalinya dia harus datang ke ruang properti. Ruangan di lantai 4 yang jarang disinggahi banyak orang.

"Baik Pak." Dia segera berdiri setelah sedikit menghembuskan napas. Sembari merapikan rambutnya ke belakang telinga, kakinya mulai melangkah.

Suara pintu menjadi satu-satunya bunyi yang mendominasi ruangan. Nona berhasil keluar kelas tanpa lupa menutup pintu kembali.

"Sembari menunggu spidolnya, saya akan mengadakan kuis."

Satu kalimat itu berhasil memancing berbagai reaksi yang terpaksa harus dipendam. Terutama reaksi negatif dari murid-murid yang menganggap Matematika adalah, pelajaran yang mengerikan.

***

Saat menginjakkan kaki di lantai 4, Nona berdehem. Keadaannya yang sepi membuat dia merasa sedikit ngeri. Tidak ada kehidupan. Tempat ini sangat sunyi.

Bibirnya terlipat dengan kedua jari telunjuknya yang dimainkan.

Penasaran. Dirinya penasaran. Teman-temannya bilang, sayap timur adalah tempat terlarang untuk orang yang tidak berkepentingan. Tapi kenapa? Itu yang membuatnya bertanya-tanya. Ada apa di sana?

Perlahan, kakinya melangkah ke arah yang terlarang itu. Dia sama sekali tidak memedulikan CCTV yang sedang menangkap keberadaannya. Namun, belum begitu jauh bergerak, kelopak matanya sedikit melebar karena terkejut. Badannya membeku. Napasnya tertahan sesaat. Kedua tangannya yang menempel di kedua sisi tubuhnya mengepal kuat. Nona dibuat merinding dengan sentuhan pada bahu kanannya. Ya. Seseorang mencengkram bahu kanannya dari belakang.

"Radena. Bikin kaget aja," omelnya. "Ngapain ke sini?" Tangan gadis itu mengusap dada. Lega.

"Lo jangan ke arah sana," katanya tanpa memedulikan pertanyaan Nona. "Gue nyusul lo ke sini, karena gue tahu lo pasti bakalan kayak gini. Ngelanggar lagi."

Nona mendehem. Dia ketahuan.

"Jelas-jelas udah dikasih tahu kalau selain yang berkepentingan dilarang ke arah timur."

"Oke maaf. Cuma penasaran."

Radena berdecak. "Cuma penasaran-nya lo itu bisa bikin lo kena masalah."

Nona menipiskan bibirnya.

"Ya udah, ayo cepetan. Keburu lo diamuk Pak Dinar." Radena terlihat mendorong punggung Nona dengan pelan, agar menjauh dari tempat itu.

Nona tak membantahkan dorongannya. Dengan kaki yang melangkah berat, matanya masih setia menyorot ke arah timur. Rasa penasarannya belum terbayarkan.

***

Lihat selengkapnya