BILA BAHAGIA ITU DIJUAL

Sefiti
Chapter #31

MANIPULASI?

***

Satria menghentikan langkahnya ketika sudut matanya menangkap sesuatu di garasi utama, yang terhubung dengan ruang tamu. Karena penasaran, ia pun memilih untuk kembali melangkah mundur menuju ke depan pintu garasi. Matanya terbelalak saat itu juga.

"Woah!" Dia tampak girang melihat sebuah mobil Jeep Wrangler berwarna putih yang sekarang berada di hadapannya. Satria menelusuri setiap sisi dan sudut mobil impiannya itu.

"Punya siapa ya?"

"Satria!" Panggilan Sandra dari dalam rumah mengalihkan perhatiannya.

"Satria di sini Ma!" sahutnya dengan suara yang terdengar sangat gembira.

Sandra sedikit memiringkan kepala setelah mendengar suara anaknya yang tak jauh dari posisinya sekarang. Dia menoleh ke arah pintu garasi yang terbuka lebar. "Satria, kamu di sana?" teriaknya sembari menuju ke garasi dengan pandangan yang menyelidik.

"Sat—" Suaranya tertahan. Tepat di ambang pintu, wanita itu mematung. Keningnya berkerut. Dirinya juga terkejut dengan keberadaan mobil Jeep Wrangler itu.

Satria menoleh padanya dengan wajah yang bahagia. "Ma, ini Mama yang beli?"

Sandra belum menjawab.

"Ma?"

"Bukan." Jawaban Sandra mengubah raut wajahnya menjadi kebingungan. Matanya menyoroti sang mama yang sedang berjalan ke arahnya.

"Terus siapa yang beli? Nggak mungkin kakek kan?"

Wanita berambut bob sebahu itu melipat kedua lengannya di depan dada. "Mungkin aja Sat. Kemarin kan kamu ulang tahun. Siapa tahu kakek udah mulai perhatian sama kamu," sangkanya dengan penuh percaya diri.

Satria menarik salah satu sudut bibirnya ke samping dengan kencang. Dia belum bisa memercayai itu.

"Karena kemarin nilai Matematika kamu bagus, jadi Kakek mau ngasih kamu hadiah." Suara Setyo samar-samar terdengar sampai ke garasi. Sandra dan Satria pun sontak menoleh ke sumber suara.

"Itu kakek," seru Sandra dengan semangat. Dia merangkul anaknya dengan erat.

Mereka berdua tampak menanti kehadirannya dengan perasaan sukacita.

Radena yang berjalan di sampingnya tampak sangat penasaran. Hadiah apa yang akan kakeknya ini berikan, sampai memintanya untuk datang malam-malam begini?

Senyuman Satria yang semula mengembang, seketika menghilang dalam sekejap saat mendapati Setyo datang bersama sepupunya.

"Kalian ngapain di sini?" Setyo bertanya dengan keheranan.

"Pa. Ini mobil buat Satria?"

"Maaa." Satria berbisik dengan penuh penekanan. Sandra tak seharusnya menanyakan itu di depan Radena.

"Kemarin kan Satria ulang tahun. Jadi Papa hadiahi mobil ini kan?"

Kedua alis Setyo terangkat. "Satria ulang tahun? Saya tidak tahu," akunya dengan tak peduli.

Perasaan Satria menjadi tidak enak. Dadanya terasa sakit. Oksigen pun seolah berhenti di tenggorokan.

"Terus mobil ini...," Sandra mengarahkan pandang pada Radena dengan tatapan sinis, "ohhh, apa jangan-jangan mobil ini buat Radena? Cucu kesayangan Papa?" sindirnya.

Radena menelan salivanya dalam-dalam. Suasana tegang seperti ini terulang kembali karena dirinya. Alasan inilah yang membuatnya malas mengunjungi rumah kakeknya semenjak bertahun-tahun yang lalu.

"Satria!"

Panggilan Sandra tak digubris olehnya. Satria memilih untuk pergi. Satria melewati Radena tanpa meliriknya sama sekali.

"Papa kapan sih mau perhatiin Satria?" Sandra benar-benar susah hati melihat perlakuan yang didapat anaknya dari sang mertua. "Cucu Papa bukan cuma Radena!"

"DIAM KAMU!" Bentakan Setyo membuatnya bungkam. "Berhenti menanyakan persoalan yang kamu sendiri juga sudah tahu jawabannya!"

Sandra mendengus. "Papa keterlaluan," keluhnya sebelum melangkah pergi. Menyusul Satria yang entah pergi ke mana.

"Biarkan saja mereka. Ayo. Itu hadiahnya sudah ada di depan kamu," ajaknya seraya merangkul bahu Radena dengan penuh kasih sayang. Dia seolah tidak menganggap keributan yang baru saja terjadi.

Radena bergeming. Matanya memandangi mobil putih itu dengan penuh kedilemaan. Benda besar itu adalah salah satu keinginannya. Tapi—

"Maaf Kek, aku nggak bisa nerima hadiah itu." Tolakannya membuat Setyo terkejut.

"Kenapa? Bukannya itu mobil impian kamu?"

Radena mengangguk. "Tapi aku nggak bisa, Kek."

"Apa ini gara-gara Satria?"

Sontak dia pun menggeleng dengan cepat. "Aku belum pantes nerima ini. Lagian kan, nilai yang aku dapetin juga nggak seberapa buat hadiah kayak gini."

Lihat selengkapnya