BILA BAHAGIA ITU DIJUAL

Sefiti
Chapter #37

SEBUAH TOPENG?

***

Kedua sudut matanya sesekali melirik ke arah rumah di seberang. Calvin sedari tadi menunggu sosok Rudi keluar dari rumah. Tapi, sudah hampir tengah siang, laki-laki berkupluk itu belum juga membuka pintu rumahnya.

Aneh.

Dia menghela napasnya, kemudian terlihat mengedikkan bahu—memilih untuk fokus pada aktivitasnya. Dirinya mungkin terlalu berlebihan.

"Nona ada-ada aja," gumamnya dengan kepala yang digeleng-gelengkan.

Beberapa menit kemudian, kepalanya yang menunduk karena sibuk mengurusi motor, terangkat saat mendengar suara mesin motor yang baru saja dinyalakan. Keningnya sedikit berkerut.

"Tumbenan baru berangkat, Rud?" tanyanya dengan sedikit berteriak. Sebenarnya dia tipe orang yang tidak pernah tertarik untuk menyapa, atau sekadar berbasa-basi dengan orang lain yang tidak akrab dengannya. Namun, karena tuntutan misi, dirinya terpaksa harus melakukan hal itu.

Rudi yang baru saja akan memasangkan helm di kepalanya, menoleh dengan wajah yang datar. "Iya. Kebagian jam siang masuknya," sahutnya dengan seadanya.

Calvin menipiskan bibirnya dan manggut-manggut.

"Kalau gitu, gue cabut dulu, Vin," pamitnya sebelum melanjukan motornya, meninggalkan sepasang mata yang kini menyoroti kepergiannya.

Calvin yang sedari tadi terduduk di bangku kecil segera bangkit dan mendekat ke pagar. Dia ingin tahu ke mana arah tetangganya itu pergi.

"Mungkin arahnya emang sama, tapi tujuannya beda. Nona kayaknya terlalu suuzon deh sama dia."

Penasaran tentang sesuatu, Calvin pun berbalik untuk berlari memasuki rumah. Dia mengabaikan pekerjaannya yang belum usai.

***

"Oke," katanya setelah meraih ponsel dari dalam laci. Sekarang dia terduduk di tepi ranjang. Dirinya ingin melacak lokasi Rudi dari ponsel milik David yang kini sudah ada di tangannya.

"Where are u going, man?"

Keningnya mengerut selama memerhatikan layar ponselnya.

"Restoran Sunda Melati?" gumamnya dengan kepala yang memiring. Bibirnya sedikit mengerucut dengan pikiran yang berprasangka.

Tiba-tiba mulutnya membulat saat mengerti tentang sesuatu.

"Berarti, selama ini dia emang kerja di restoran. Bukan ngikutin Nona," katanya kemudian. "Nona kali ini terlalu parnoan. Orang searah, bukan ngebuntutin."

Calvin sepertinya tidak akan mencurigai Rudi lagi. Hal ini sudah cukup membuktikan.

Sesuai perjanjian, dirinya harus memberikan laporan tentang pelacakan yang sedang dilakukannya. Dia pun membuka aplikasi Whatsapp untuk mengabari adiknya.

Jarinya terlihat mengetikkan pesan menggunakan kode rahasia. Kode itu sudah dikuasai olehnya dan Nona sejak masih di bangku SD. David yang mengajarinya. Alasan David mengajari mereka sedikit konyol.

Hanya untuk bersenang-senang saja. Siapa tahu kalian akan memerlukannya suatu saat nanti.

Dan ya, ternyata itu berguna. Mempermudah mereka untuk tetap merahasiakan misinya.

Siapa tahu kan, manusia jahat itu nyadap ponsel kita.

Kiraan Nona menjadi penyebab kenapa kode rahasia itu digunakan.

Nona yang baru saja akan menyeruput minumannya, tertahan oleh notifikasi yang masuk ke ponselnya. Kedua alisnya terangkat. Sembari melanjutkan aktivitas minumnya, dia segera memeriksa notifikasi yang masuk itu.

Kak Calvin

¹¡°, ♤°|} }¡} |{○} ]\|□} ◇\ |\•<[|°¡ •{¡○° ¿\♧°<}. •\°|°♤ •°¿° •\◇[♧°♤ ◇°¿{. ¿{¡□◇}¡ ○}° ◇\|♡° ○} •°¡°. ¤°|} •°¿]}¡□°¡.

¹Na, hari ini Rudi pergi ke Restoran Sunda Melati. Searah sama sekolah kamu. Mungkin dia kerja di sana. Cari sampingan;

Keningnya berkerut sehingga menimbulkan beberapa garis. Tak lama, pesan baru masuk lagi.

²{○°♤♧°♤, ◇°¿{ ♡°¡□°¡ ♧\》°> ¡°. ○}° ¤{¿° •\°|°♤ ○[°¡□. ○°¡ ○}° ¤{¿° <\<°¡□□° 》°|{ ◇}<°. 》{◇°¡ ¿°¤\¿-¿°¤\¿.

²Udahlah, kamu jangan lebay Na. Dia cuma searah doang. Bukan macem-macem;

Gadis itu menghela napasnya. Sebenarnya dia masih ragu.

"Lo kenapa Na?" Thalia bertanya dengan heran karena raut wajah Nona berubah suram.

Nona menoleh kepada kedua gadis yang kini sedang menanti jawabannya. "Nggak apa-apa. Ya udah lanjutin makannya. Keburu masuk." Bibirnya tersenyum kecil.

"Lo seriusan pesen minum doang, Na?" Sebelum melahap satu suapan nasi rawonnya, Nabila melontarkan pertanyaan itu.

"Lagi nggak nafsu makan."

Thalia dan Nabila saling melempar pandang. Arti pandangannya sama-sama penasaran, sebab Nona merubah mimik wajahnya setelah menatap layar ponselnya.

³¿{¡□◇}¡ ○}° ¤{¿° ¿°{ ¡□\¤[♤ °♡°. ¡[¡° >°◇}¡ ◇°♧°{ ○}° ¡□°~°•}¡ ◇}<°.


³Mungkin dia cuma mau ngecoh aja. Nona yakin kalau dia ngawasin kita.


"Lo ada masalah, Na?"

Nona pun mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel.

"Nggak ada Bil," jawabnya dengan memberi senyuman. Setelah itu dia kembali menyeruput jus jeruk di hadapannya.

Nabila hanya melipatkan bibirnya dalam-dalam. Sepertinya Nona tipe orang yang tidak suka mencurahkan isi hatinya.

***

"Calvin!" Panggilan Maya sontak membuatnya tersentak. Dengan cepat, dia lekas menyimpan kembali ponselnya ke dalam laci.

"Iya Ma!" sahutnya seraya berjalan ke luar kamar dengan tergesa untuk menghampiri mamanya yang memanggil dari depan rumah.

Lihat selengkapnya