BILA BAHAGIA ITU DIJUAL

Sefiti
Chapter #41

TERNYATA KAMU?

***

Nona berjalan ke luar toilet dengan pandangan yang menunduk. Dia sedang merapikan roknya yang kusut. Kegiatannya itu tidak lama. Hanya 10 detik saja. Setelah itu, wajahnya kembali terangkat tepat di depan pintu keluar.

Namun, baru dua langkah dia melewati garis pintu, gadis itu kembali memasuki toilet dengan langkah mundur. Dia bersembunyi dari sesuatu yang baru saja tertangkap oleh kedua lensa matanya. Bibirnya terlipat dengan punggung yang sudah menempel di dinding. Sesekali ia mengintip sesuatu yang membuatnya bertingkah aneh.

Matanya menyipit, mengamati sebuah drone yang terlihat terbang menuju rooftop.

Apa itu drone si TROS?

Sebenarnya warga SMA Berlian tidak begitu yakin jika TROS menggunakan alat itu untuk melakukan aktivitasnya. Drone menjadi salah satu perkiraan dan tebakan saja. Dan sejauh ini, yang berhasil bertatap muka secara langsung dengan benda itu hanyalah Nataline, si penyusup yang masih terus dibahas karena identitasnya belum diketahui.

Nona menggigit bibirnya. Ia sedang menimbang keputusan yang akan diambil.

Rasa penasarannya semakin besar. Dirinya juga sangat kesal atas tindakan si TROS terhadapnya. Menyebarkan gosip tidak jelas. Tapi, di mana dia bersembunyi? Dari mana dia mengendalikan drone-nya?

Ia kembali mengintip. Pandangannya diedarkan ke bagian atas gedung sekolah. Menghilang. Tidak ada pergerakan lagi.

Perlahan dia melangkahkan kaki dengan tangan yang mengepal. Berusaha tetap tak terlihat oleh kamera drone yang mungkin akan menangkap keberadaannya.

Ada satu tempat yang ingin dia datangi untuk memastikan kecurigaannya.

Rooftop.

***

Jujur, dirinya sudah mendapatkan satu nama dari sekian terduga yang masuk seleksinya. Satu nama ini masuk ke dalam semua kriterianya yang berdasar pada kebiasaan dan karakteristik

Mulutnya menghembuskan napas sebelum melangkah ke luar lift. Dia langsung mengedarkan mata ke seluruh sudut rooftop, tapi tidak ada apa pun yang ditemukannya. Kakinya berjalan lebih jauh, menyusuri setiap sisinya. Tidak ada sesuatu. Benar-benar tidak ada. Apa bukan di sini?

Tempat ini sangat terbuka. Mustahil untuk bisa bersembunyi karena tidak cukup strategis. Lokasinya juga terbilang tidak aman untuk memata-matai bila memang dia tidak ingin ditemui dan diketahui, karena tak sedikit murid yang senang nongkrong di rooftop.

Nona menyisir rambutnya setelah menghela napas. Sepertinya memang bukan di sini. Tapi di mana? Dia sangat ingin menemukannya dengan tangan dan mata sendiri.

Kakinya melangkah mundur sebelum memutuskan untuk membalikkan badan. Akan tetapi, ada yang membuat pergerakannya membeku. Kelopak matanya pun turut melebar. Dia terbelalak.

Suara pintu yang terbuka dari balik tembok berbalut rumput sintetis itu menjadi pusat perhatiannya sekarang. Sebuah akses keluar-masuk ternyata ada di hadapannya.

Matanya semakin melotot mendapati seseorang yang melangkah keluar dari sana. Dia, si satu nama yang telah dia curigai.

"Radena?"

Mereka saling bertukar tatap. Sama-sama terkejut di waktu yang sama dengan alasan yang berbeda.

"Nona?" Wajahnya meringis. Dia mengacak rambutnya kasar dengan wajah menunduk. Padahal dia sudah memantau keadaan sebelum memutuskan untuk pergi. Tapi kenapa Nona tidak terdeteksi?

Radena terlihat mendekat ke posisi gadis itu dengan tergesa. Tanpa berbicara, dia menarik lengannya. Membawanya menerobos pintu tersembunyi itu. Nona sendiri tidak memberontak bahkan membuka mulut. Dirinya masih sulit untuk berkata-kata.

Netra cokelatnya spontan teredarkan ke sekeliling, menyelisik ruangan yang kini telah dia singgahi. Ruangannya kecil. 3x2 meter saja. Tidak ada apa-apa selain sofa, meja berlaci, kipas angin, dan juga ... sebuah drone yang tergeletak di atas sofa beserta alat pengendalinya.

Nona menarik sudut bibirnya. Dia tertawa singkat. "Ternyata kamu? Udah saya duga," katanya seraya duduk di sofa, lalu membawa drone di sampingnya ke dalam genggaman.

Radena masih mematung. Bingung bagaimana harus menjelaskannya.

"Orang pengancam kayak kamu emang cocok sih jadi TROS," sindirnya. "Dengan fasilitas ini, kayaknya nggak mungkin kalau kakekmu nggak tahu. Apa dia ngedukung kamu? Soalnya kan kamu cucu kesayangan pemilik sekolah."

Laki-laki itu masih bungkam.

"Mustahil tindakan ilegal kayak kamu didiemin gitu aja sama pihak sekolah favorit nomor 1 ini. Gimana pun caranya, pasti Pak Setyo bakalan cari tahu karena udah banyak murid istimewa yang komplen. Termasuk Radit sama Siska yang pernah masuk akunmu."

Lihat selengkapnya