1
Billy Milligan dipindahkan dari penjara Franklin County ke RS Harding pagi hari 16 Maret, dua hari lebih cepat daripada yang dijadwalkan. Dr. George Harding telah membentuk sebuah tim terapi untuk Milligan, dan telah memberikan petunjuk-petunjuk secukupnya kepada anggota tim tersebut. namun, karena dia sampai di sana tidak sesuai dengan jadwal, Dr. Harding sedang tidak ada di tempat, menghadiri pertemuan psikiatri di Chicago.
Judy Stevenson dan Dorothy Turner, yang mengikuti mobil Polisi sampai ke RS Harding, tahu betapa terpukulnya Danny jika dia kembali ke penjara. Dr. Shoemaker, seorang dokter staf, bersedia mengawasi pasien ini secara pribadi hingga Dr. Harding pulang. Oleh karena itu, deputi Sheriff pun secara resmi menyerahkan tahanannya.
Bersama Judy dan Dorothy, Danny berjalan ke sebuah unit psikiatris yang terkunci, yang disebut Wakefield Cottage. unit tersebut dilengkapi fasilitas untuk empat belas orang pasien yang perlu terus-menerus diamati dan diperhatikan secara pribadi. Sebuah tempat tidur disiapkan, dan Danny pun ditempatkan dalam salah satu dari dua ruang “perawatan khusus”. Daun pintu ruang itu terbuat dari kayu oak yang berat, dan dilengkapi jendela kecil untuk mengintip selama pengamatan dua puluh empat jam sehari. Danny mendapatkan makan siang dalam baki, yang diantarkan oleh seorang asisten psikiater (di RS Harding disebut psych-tech). Kedua wanita itu menemaninya selama dia makan.
sesudah makan siang, Dr. Shoemaker datang bersama tiga orang perawat. Turner—karena merasa bahwa sindrom kepribadian majemuk ini harus disaksikan sendiri oleh anggota staf— mengusulkan kepada Danny agar Arthur diminta keluar untuk bertemu dengan beberapa orang yang akan bekerja dengannya.
Suster Adrienne McCann, koordinator unit tersebut, telah lebih dahulu menerima penjelasan sebagai anggota tim terapi. Tetapi, kedua perawat lainnya betul-betul terkejut.
Donna egar, ibu Lima orang putri, merasa sukar mengatur emosinya saat bertemu dengan si Pemerkosa Kampus. Perawat itu mengamati lekat-lekat, saat mula-mula si anak lelaki kecil yang berbicara, matanya membelalak dalam trance, bibirnya bergerak-gerak tanpa suara, berbincang dalam batin. Saat Milligan menengadah, sorot wajahnya tegas dan angkuh, dan dia bicara dalam logat Inggris.
Perawat itu terpaksa menahan tawa. Dia tidak percaya pada Danny maupun Arthur tentang keberadaan mereka satu sama lain—ini bisa saja dilakukan oleh pemain sandiwara yang cemerlang, agar terhindar dari penjara, pikirnya. Tetapi, dia ingin sekali tahu, seperti apa Billy Milligan itu; dia ingin tahu, orang macam apa yang telah berbuat hal-hal seperti itu.
Dorothy dan Judy berbicara dengan Arthur untuk meyakinkannya bahwa dia berada di tempat yang aman. Dorothy berkata kepadanya bahwa beberapa hari lagi dia akan datang untuk melakukan beberapa tes psikologi. Judy berkata bahwa sesekali dia akan datang bersama Gary untuk bekerja bersamanya sehubungan dengan kasusnya itu.
Psych-tech tim sheppard mengamat-amati si pasien setiap Lima belas menit sekali. Dia pun mengisi catatan prosedur khusus untuk hari pertama itu:
17.00 duduk bersila di ranjang, tenang
17.15 duduk bersila di ranjang, mata menerawang
17.32 berdiri, melihat ke luar jendela
17.45 makan malam disajikan
18.02 duduk di tepi ranjang, mata menerawang
18.07 baki diangkat, sudah makan dengan baik
Pada pukul 19.15, Milligan mulai berjalan mondar-mandir.
Pada pukul delapan malam, perawat helen Yaeger masuk ke kamar Milligan dan menemaninya selama empat puluh menit. Singkat saja diisinya catatan perawat untuk pertama kali:
16/3/78 Mr. Milligan di perawatan khusus—diamati dengan cermat untuk pencegahan dan persiapan khusus. Bicara tentang kepribadian majemuknya. “Arthur” yang paling banyak bicara—dia beraksen Inggris. Menyatakan bahwa salah seorang pribadi tersebut—namanya Billy—ingin sekali bunuh diri dan tertidur terus sejak usia 16 agar orang-orang yang lainnya terlindung dari bahaya. Makan dengan baik. Buang air dengan baik. Menerima makanan dengan baik. Menyenangkan dan mau bekerja sama.
Setelah Suster Yaeger pergi, Arthur—tanpa suara—memberi tahu yang lainnya bahwa RS Harding adalah lingkungan yang aman dan suportif. untuk membantu para dokter dalam terapi dibutuhkan wawasan dan logika; karena itu, dialah, Arthur, yang mulai saat itu sepenuhnya mendominasi tempat utama.
Pada pukul 2.25 dini hari, psych-tech Chris Cann mendengar bunyi keras dari ruangan itu. Ketika dia datang untuk memeriksa, tampak si pasien duduk di lantai.
Tommy kesal karena telah jatuh dari tempat tidur. lalu terdengar langkah-langkah kaki dan mata mengintip dari jendela di pintu. Begitu langkah-langkah itu menjauh, Tommy melepaskan silet yang direkatkan di telapak kakinya. Dia sembunyikan silet itu dengan hati-hati; dengan selotip menempelkannya di sisi bawah papan tempat tidur. Kalau sudah tiba waktunya, dia tahu tempatnya.
2
Sekembalinya dari Chicago pada 19 Maret, Dr. George Harding, Jr. Merasa kesal karena segala rencana yang telah dengan cermat dia susun dikacaukan oleh kedatangan Milligan yang terlalu cepat. Tadinya, dia berniat menyambut Milligan secara langsung. Dia telah bersusah-payah membentuk sebuah tim terapi: ahli terapi seni, ahli terapi tambahan, pekerja sosial psikiatris, dokter, perawat, psych-tech, dan koordinator unit Wakefield. Dia bersama tim tersebut telah membahas kerumitan pribadi majemuk. Ketika beberapa anggota staf berterus-terang bahwa mereka tidak percaya pada diagnosis tersebut, dengan sabar dia mendengarkan semua itu. lalu, dia pun bicara tentang sikap skeptisnya sendiri, dan meminta mereka agar membantunya memenuhi permintaan pengadilan. Mereka semua akan harus berpikiran terbuka dan bekerja sama untuk memperoleh wawasan tentang William Stanley Milligan.
Dr. Perry Ayres melakukan pemeriksaan fisik Milligan sehari setelah Dr. Harding pulang. Dalam riwayat medis, Ayres menulis bahwa bibir Milligan sering berkomat-kamit dan bola matanya sering bergerak ke kanan, biasanya sebelum menjawab pertanyaan. Ayres mencatat bahwa ketika dia bertanya kepada si pasien mengapa dia berbuat begitu, pasien menjawab bahwa dia sedang bicara dengan beberapa orang yang lainnya, terutama Arthur, untuk memperoleh jawaban pertanyaan.
“Tapi, Anda diharapkan memanggil kami Billy,” kata Milligan, “jadi tak akan ada orang yang menganggap kami gila. Aku Danny. Yang mengisi formulir tadi itu Allen. Tapi, seharusnya aku nggak bicara tentang orang-orang yang lainnya.” Dr. Ayres mengutip ini dalam laporannya, lalu menambahkan:
Kami segera sepakat untuk hanya membicarakan Billy, dengan pengertian bahwa Danny akan memberikan informasi kesehatan yang terkait dengan mereka semua. Karena dia tidak bisa berpegang terus pada kesepakatan ini, terungkaplah namanama lain. Satu-satunya penyakit berat yang diingat adalah operasi hernia saat Billy berusia 9 tahun—“david selalu berumur 9,” dan yang dioperasi hernia adalah David. Penglihatan Allen terbatas, tetapi penglihatan semua orang yang lainnya normal … Catatan: sebelum memasuki ruang pemeriksaan, saya telah membahas sifat pemeriksaan yang akan dilangsungkan itu dengannya, sampai terperinci. Saya tekankan bahwa penting untuk memeriksa bekas operasi hernia dan prostatnya, melalui pemeriksaan rektum. Yang terakhir ini disebabkan organ perkencingannya tidak normal [pyuria]. Dia menjadi sangat cemas dan matanya bergerak-gerak cepat, tampaknya dia sedang bercakap-cakap dengan yang lainnya. Dengan gelisah tapi sopan, dia memberi tahu saya bahwa “itu bisa mengacaukan Billy dan David karena di bagian itulah Chalmers memerkosa mereka masing-masing 4 kali saat kami tinggal di peternakan. Chalmers adalah ayah tiri kami”. Dia juga menambahkan bahwa ibu yang diceritakan dalam riwayat keluarga adalah ibu Billy, “tapi dia bukan ibuku—aku nggak tahu siapa ibuku.”
Rosalie Drake dan Nick Cicco, keduanya ahli terapi yang bersama-sama bertugas dalam program “mini-group” (kelompok kecil) yang diadakan di Wakefield, terlibat amat erat dengan Milligan setiap hari. Setiap pukul sepuluh pagi dan tiga sore, sekitar tujuh atau delapan orang pasien Wakefield bergabung untuk mengerjakan proyek dan kegiatan kelompok.
Pada 21 Maret, Nick Cicco membawa Milligan dari ruang perawatan khusus—yang kini hanya dikunci pada malam hari—ke ruang aktivitas. Psych-tech bertubuh langsing dan berusia 27 tahun tersebut, yang berjanggut lebat dan mengenakan dua buah anting—yang satu lingkaran emas tipis dan satunya lagi batu giok—di telinga kirinya, sudah tahu bahwa Milligan cenderung memusuhi kaum lelaki karena pernah dianiaya secara seksual semasa kecil. Dia ingin sekali tahu lebih banyak tentang kepribadian majemuk, walaupun secara keseluruhan dia kurang percaya hal tersebut.
Rosalie, ahli terapi okupasional (penyembuhan melalui kegiatan yang bermanfaat), adalah seorang wanita berambut pi-rang dan bermata biru. umurnya menjelang akhir 20-an. Dia belum pernah berhadapan dengan pribadi majemuk. Tetapi, setelah penjelasan singkat dari Dr. Harding, dia pun sadar bahwa anggota staf dengan cepat terbagi menjadi dua kubu: mereka yang percaya bahwa Milligan adalah seorang pribadi majemuk dan mereka yang yakin bahwa dia penipu yang jago bersandiwara—berpura-pura mengidap penyakit eksotis ini untuk menarik perhatian dan menghindari hukuman atas pemerkosaan. Rosalie berjuang keras agar tetap berpikiran terbuka.
Setelah Milligan duduk di ujung meja, jauh dari para pasien yang lain, Rosalie Drake berkata kepadanya bahwa kemarin para pasien mini-group itu sudah memutuskan akan membuat kolase, yang dapat mencurahkan isi hati kepada seseorang yang mereka cintai.
“Nggak ada orang yang kucintai untuk dibuatkan kolase,” jawabnya.
“Kalau begitu, kerjakanlah itu untuk kami,” kata Rosalie. “Semua orang sedang mengerjakannya.” lalu, mengangkat sehelai karton yang sedang dia kerjakan. “Nick dan aku juga.”
Dari jauh, Rosalie mengawasi saat Milligan mengambil selembar karton berukuran delapan kali sebelas, dan mulai mengguntingi foto-foto dari majalah. Dia sudah pernah mendengar ten-tang kemampuan artistik Milligan. Dan kini, saat memandangi pasien yang pendiam dan pemalu itu, dia ingin sekali tahu apa yang akan diperbuatnya. Milligan bekerja tanpa suara, dengan tenang. Setelah selesai, Rosalie berjalan mendekat untuk melihat hasilnya.
Kolase itu membuatnya kaget. Tampak seorang anak lelaki yang ketakutan dan berlinang air mata sedang memandang dari tengah kolase. Di bawahnya tercantum nama Morrison. Menjulang tinggi di dekatnya, tampak seorang lelaki yang marah, serta kata DANGER (bahaya) dengan huruf-huruf merah. Di sudut kanan bawah tampak sebuah tengkorak.
Pernyataan yang sederhana serta emosi yang dalam, yang tampak dalam kolase itu, menyentuh hati Rosalie. Dia tidak meminta maupun menyangka akan menyaksikan hal seperti ini. Dia merasa kolase itu menyingkapkan sebuah riwayat yang pedih. Dia merinding bila melihatnya. Dan, saat itulah Rosalie sadar bahwa dirinya telah ditaklukkan. Tak jadi soal orang-orang lain di Rumah Sakit itu meragukan Milligan; dia tahu bahwa ini bukanlah karya seorang sosiopat yang tak punya perasaan. Nick Cicco pun sependapat dengan Rosalie.
Dr. George (dipanggil dengan nama depannya oleh staf dan para pasien, untuk membedakan dengan ayahnya, Dr. George Harding, Sr.) mulai membaca berbagai jurnal psikiatri yang relevan. Ternyata, penyakit yang dikenal sebagai kepribadian majemuk tampak sedang meningkat. Sang dokter menelepon banyak psikiater, dan komentar mereka semua hampir sama: “Akan kami sampaikan apa yang kami tahu, tetapi itu hanya sedikit. ini bidang yang tidak kami pahami. Anda sendiri yang harus merintis jalannya.”
Ini akan menelan jauh lebih banyak usaha dan waktu daripada yang semula dia perkirakan. Dr. George bertanya-tanya, sudah benarkah tindakannya menerima pasien ini, di tengah kampanye pencarian dana dan program perluasan rumah sakit. Dia meyakinkan diri bahwa ini penting bagi Billy Milligan, dan juga bagi profesi, untuk membantu ilmu psikiatri merambah batas-batas pengetahuan tentang pikiran manusia.
Sebelum bisa menyampaikan evaluasi kepada pengadilan, terlebih dahulu dia harus mempelajari riwayat Billy Milligan. Menilik betapa kukuh amnesia yang diderita, langkah ini mengandung masalah serius.
******
Pada Kamis, 23 Maret, Gary Schweickart dan Judy Stevenson menjenguk klien mereka selama satu jam. Mereka mempelajari peristiwa-peristiwa yang secara samar dikenang Milligan, membandingkan ceritanya dengan cerita ketiga korbannya, merencanakan berbagai alternatif strategi hukum, bergantung pada laporan Dr. Harding kepada pengadilan.
Kedua pengacara itu melihat Milligan lebih santai, meskipun dia mengeluh karena dikunci dalam ruang perawatan khusus dan harus mengenakan pakaian “pencegahan khusus”. “Kata Dr. George, aku boleh diperlakukan seperti pasien lain di sini, tapi nggak ada orang di sini yang percaya padaku. Pasien lain diizinkan berekreasi ke luar areal Rumah Sakit naik mobil, tapi aku nggak. Aku harus tinggal di sini. Dan, aku benar-benar marah kalau mereka ngotot menyebutku Billy terus.”
Mereka mencoba menenangkan dia, menjelaskan bahwa Dr. George sudah menempuh risiko untuk menolongnya, dan bahwa dia harus berhati-hati, jangan sampai menguji kesabaran sang dokter. Judy merasa bahwa dia adalah Allen, tetapi Judy tidak bertanya karena selalu takut sang klien akan terhina kalau Judy tidak mengenali dirinya.
Gary berkata, “Kurasa, sebaiknya kamu bekerja sama dengan para anggota staf di sini. itu satu-satunya kesempatanmu untuk bebas dari penjara.”
Ketika pulang, keduanya merasa lega melihat Milligan aman, dan mereka bisa melepaskan tanggung jawab sehari-hari untuk sementara.
Kemudian, pada hari yang sama, dilangsungkan sesi terapi pertama. Lima puluh menit itu terasa mengekang bagi Dr. Harding. Milligan duduk di kursi, menghadapi jendela ruang
118 Billy
wawancara unit Wakefield. Pada awalnya, dia tidak mau melakukan kontak mata. Tampaknya, cuma sedikit yang bisa dia ingat tentang masa silamnya, walaupun dengan bebas dia berbicara tentang penganiayaan yang dilakukan ayah angkatnya.
Dr. Harding sadar bahwa dia terlalu berhati-hati dalam mendekati Milligan. Dr. Wilbur telah menyampaikan kepadanya agar secepat mungkin mencari tahu ada berapa sosok kepribadian yang ada, untuk menetapkan jati diri mereka. Sosok-sosok pribadi yang lainnya itu perlu diberi semangat agar mau bercerita apa sebab mereka ada; dan juga perlu dibiarkan menghayati kembali situasi spesifik yang telah menyebabkan mereka tercipta.
lalu, semua sosok pribadi Milligan harus diberi semangat agar mereka saling mengenal, berkomunikasi, dan saling membantu memecahkan masalah masing-masing. Mereka harus dianjurkan untuk saling berbagi, bukan dipisahkan. Strategi ini, kata Wilbur, adalah menggabungkan semua sosok lainnya itu, dan pada akhirnya memperkenalkan Billy—sang pribadi inti— kepada memori semua insiden itu. lalu, akhirnya, tindakan fusi (peleburan) sudah bisa dimulai. Dia memang amat tergiur untuk mencoba saran Dr. Wilbur, kemahirannya memunculkan pribadi-pribadi itu saat pertemuan di penjara; tetapi pengalaman George Harding mengajarkan bahwa sesuatu yang berhasil untuk orang lain belum tentu cocok untuk dirinya sendiri. Dia menganggap dirinya sebagai seorang yang bersifat konservatif/ kuno; dan, dia akan mempelajari apa dan siapa yang dia hadapi di sini, dengan caranya sendiri, pada saat yang tepat baginya sendiri.
Hari demi hari, hubungan Suster Donna Egar dengan Milligan menjadi bersifat akrab “satu-lawan-satu”. Milligan cuma tidur sebentar, jauh lebih singkat daripada pasien-pasien lain, dan selalu bangun pagi-pagi sekali. Dengan demikian, perawat itu banyak bercakap-cakap dengannya. Dia sering bercerita tentang orang-orang lainnya itu, yang hidup dalam satu tubuh bersamasama dirinya.
Suatu hari, dia mengulurkan sehelai kertas yang dipenuhi tulisan, dan ditandatangani “Arthur”. Dia tampak amat ketakutan, berkata, “Aku nggak kenal siapa pun yang bernama Arthur, dan aku nggak paham apa yang tertulis di kertas ini.”
Tidak lama kemudian, para anggota staf pun mulai mengeluh kepada Dr. George bahwa semakin lama semakin sulit bagi mereka untuk berurusan dengan seseorang yang terus-menerus berkata, “Aku nggak berbuat itu, seseorang lain yang melakukannya,” padahal mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri saat hal itu terjadi. Milligan, kata mereka, secara tak langsung meremehkan perawatan para pasien lain, memanipulasi staf dengan cara menghubungi satu orang, lalu beralih ke orang lainnya—demi memperoleh yang dia inginkan. Dia terus-menerus mengisyaratkan bahwa Ragen bisa saja muncul untuk menangani keadaan, dan staf melihat ini sebagai ancaman terselubung.
Dr. George mengusulkan, dirinya yang akan berurusan dengan pribadi-pribadi Milligan lainnya, dan hanya selama sesi terapi. Staf tidak usah menyebutkan atau membahas nama-nama lainnya di dalam unit itu; dan terutama, jangan di depan para pasien lain.
Helen Yaeger, perawat yang bicara dengan Arthur pada hari pertama, kini mencantumkan rencana penanganan pada lembar tujuan perawatan, tertanggal 28 Maret:
Dalam jangka waktu satu bulan, Mr. Milligan akan memikul tanggung jawab atas tindak-tanduk yang dia sangkal, dibuktikan dengan tiadanya penyangkalan atas perilaku tersebut.
Rencana: (1) Bila menyangkal mampu bermain piano— staf menjawab bahwa mereka sudah melihat atau mendengar dia bermain piano—pertahankan sikap berpegang pada fakta.
(2) Bila terlihat sedang menulis surat dan sebagainya, lalu menyatakan tidak tahu apa-apa tentang itu semua—staf perlu mengingatkan dia bahwa dia terlihat sedang menulis/mencatat.
(3) Bila pasien menyebut dirinya adalah seorang pribadi yang lain—staf perlu mengingatkan bahwa namanya adalah Billy.
Dr. George menjelaskan pendekatannya itu kepada Allen selama sesi terapi, dengan cara menunjukkan bahwa para pasien lain bingung kalau mendengar nama-nama pribadi yang berbeda-beda itu.
“Ada orang yang malah mengaku dirinya napoleon atau Yesus Kristus,” kata Allen.
“Tapi, lain soalnya kalau yang menyebut nama itu aku atau staf di sini. Satu hari kami memanggilmu Danny, dan saat lain memanggil Arthur atau Ragen atau Tommy atau Allen. Sebaiknya, semua kepribadianmu bersedia dipanggil Billy oleh staf dan para pasien lain, sedangkan kalau di—”
“Mereka bukan ‘kepribadian’, Dr. George. Mereka orang-orang.”
“Apa bedanya?”
“Kalau mereka disebut kepribadian, sepertinya Anda tidak sungguh-sungguh menganggap mereka nyata.”
3
Pada 8 April, beberapa hari setelah Dorothy Turner memulai program tes psikologis, Donna Egar melihat Milligan berjalan mondar-mandir dengan marah di kamarnya. Dia bertanya ada apa, dan Milligan menjawab dalam logat Inggris, “tak seorang pun yang mengerti.”
Lalu, Donna Egar melihat wajah si pasien berubah lagi, dan kemudian juga seluruh sikap tubuhnya, serta caranya berjalan dan berbicara; dan kini tahulah dia bahwa itu adalah Danny. Saat itu, karena sudah menyaksikan betapa konsistennya si pasien, betapa nyata sosok-sosok pribadi yang berlainan tersebut, sang perawat tidak lagi menganggap Milligan bersandiwara. Donna Egar harus mengakui bahwa dia, sendiri di staf perawat, akhirnya percaya.
Beberapa hari kemudian, Milligan datang menemui egar, dalam keadaan amat bingung. Egar langsung tahu bahwa itu Danny. Dia menatap Egar dan dengan pedih bertanya, “mengapa aku ada di sini?”
“Di mana yang kamu maksud?” tanya Egar. “Di ruangan ini atau di gedung ini?”
Danny menggeleng. “Ada pasien yang bertanya mengapa aku ada di Rumah Sakit ini.”
“Mungkin Dorothy Turner bisa menjelaskan kepadamu kalau dia nanti datang mengetesmu,” jawabnya.
Malam itu, usai menjalani tes dengan Dorothy Turner, dia tidak mau bicara dengan siapa pun. Dia berlari ke kamarnya dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Sesaat kemudian, Danny mendengar pintu depan terbuka, lalu ditutup. Dia melihat ke luar. Tampak seorang pasien wanita muda bernama Dorine. Walaupun dia sering mendengarkan dengan simpatik saat Dorine bercerita tentang masalahnya, dan lalu juga ganti bercerita tentang masalahnya sendiri, Milligan tidak berminat lain terhadapnya.
“Kok kamu masuk ke sini?” tanyanya.
“Aku ingin bicara sama kamu. Kenapa tadi kamu kacau sekali?”
“Kamu tahu kamu nggak boleh masuk ke sini. itu melanggar peraturan.”
“Tapi, kamu kelihatan amat depresi.”
“Aku baru tahu apa yang dilakukan seseorang. Ngeri sekali. Aku nggak pantas hidup.”
Tepat saat itulah terdengar langkah kaki mendekat. lalu, pintu diketuk. Dorine melompat ke kamar mandi bersama Milligan dan menutup pintunya.
“Buat apa kamu berbuat begitu?” bisik Milligan jengkel.
“Aku bakal semakin susah. Sekarang pasti berantakan.” Dorine cekikikan.
“Oke, Billy dan Dorine!” panggil Suster Yaeger.
“Kalian berdua bisa keluar kalau sudah siap.”
Dalam catatan perawat 9 April, 1979, Suster Yaeger menulis:
Mr. Milligan—dipergoki dalam kamar mandinya bersama pasien wanita—lampu padam—saat ditanyai tentang ini, menyatakan dia perlu menyendiri untuk bicara dengan pasien wanita itu tentang perbuatan yang baru saja dia sadari—terkait dengan pertanyaan bahwa saat menjalani tes psikologi malam ini bersama Mrs. Turner, dia baru tahu bahwa dia telah memerkosa tiga wanita. Berlinang air mata, dia berkata bahwa dia ingin “ragen dan Adalana mati”. Dr. George datang—insiden dijelaskan. Ditempatkan dalam ruang perawatan khusus dan dalam pencegahan khusus. Beberapa menit kemudian, pasien terlihat duduk di tempat tidur sambil memegang tali pinggang kimono mandi. Masih menangis, dia berkata dia ingin membunuh mereka. Setelah diajak bicara beberapa lama, dia menyerahkan tali kimono itu. Sebelumnya, tali ditaruh melingkari leher.
Dalam tes yang dia langsungkan, Dorothy Turner menemukan adanya perbedaan iQ yang mencolok pada setiap kepribadian:
IQ VERBAL KINERJA PENUH
Allen 105 130 120
Ragen 114 120 119
David 68 72 69
Danny 69 75 71
Tommy 81 96 87
Christopher 98 108 102
Christene terlalu muda untuk dites, Adalana tidak mau keluar, dan Arthur tidak sudi mengerjakan tes IQ karena menurutnya itu merendahkan martabatnya.
Saat Turner menganalisis interpretasi Danny atas gambargambar yang terbentuk dari noda tinta dalam tes Rorschach, terungkap bahwa Danny memendam rasa bermusuhan yang sukar ditutupi dan kebutuhan akan dukungan dari luar akibat perasaan rendah diri dan tidak memadai. Tommy lebih menunjukkan kematangan dibandingkan dengan Danny, serta lebih berpotensi dalam melancarkan protes atau memberontak. Dialah yang paling banyak memiliki ciri skizoid, serta paling tidak peduli terhadap orang lain. Ragen menunjukkan potensi terbesar untuk bertindak atau melawan.
Turner menilai Arthur amat intelektual. Dan dia merasa bahwa Arthur mengandalkan kemampuan ini untuk mempertahankan posisi pemimpin atas pribadi-pribadi yang lainnya itu. Arthur juga tampak memiliki perasaan diri lebih daripada orang lain, sebagai kompensasi; tetapi dia sering merasa gelisah dan tak aman, serta sering terancam dalam situasi yang memicu emosi. Secara emosional, tampaknya Allen nyaris terpisah dari orang lain.
Turner juga menemukan beberapa kesamaan: bukti adanya sebuah jati diri yang feminin dan suatu superego yang kuat, yang sering terancam oleh amarah. Dia tidak menemukan bukti adanya proses psikotik, maupun kekacauan pikiran yang bersifat skizofrenik.
Ketika Rosalie Drake dan Nick Cicco mengumumkan bahwa kelompok mini akan melakukan latihan kepercayaan pada 19 April, Arthur mengizinkan Danny tampil di tempat utama. Staf sudah mempersiapkan ruang rekreasi; dengan meja, kursi, sofa, dan papan, ruangan itu diubah menjadi jalur rintangan.
Karena Milligan takut kepada lelaki, Nick mengusulkan agar Rosalie yang menutup mata Milligan dengan kain, lalu menuntunnya menempuh jalur itu. “Kamu harus bekerja denganku, Billy,” kata Rosalie. “Cuma inilah cara membangun rasa percaya pada orang lain sehingga kamu bisa hidup di dunia nyata.”
Akhirnya, Danny membiarkan Rosalie memasangkan penutup pada matanya.
“Sekarang, peganglah tanganku,” katanya sambil menuntun si pasien memasuki ruangan. “Aku akan membawamu melangkahi dan mengitari rintangan, dan aku akan menjaga agar kamu tidak terluka.”
Ketika Rosalie memulainya, dia dapat melihat dan merasakan kengerian tak terkontrol pada Milligan karena tidak tahu ke arah mana dia sedang bergerak, atau rintangan apa yang mung-kin ditabraknya. Mula-mula mereka bergerak perlahan, lalu kian cepat, mengitari kursi-kursi, ke bawah meja, naik dan turun tangga. Menyaksikan Milligan panik, baik Rosalie maupun Nick merasa kagum karena dia tetap menempuh latihan itu sampai selesai.
“Aku nggak membiarkan kamu celaka kan, Billy?”
Danny menggeleng.
“Kamu harus belajar bahwa ada orang yang bisa kamu percayai. Tidak semua, tentu, tetapi ada.”
Rosalie memerhatikan bahwa saat bersama dirinya, si pasien semakin sering berperan sebagai anak lelaki yang kini dikenal Rosalie sebagai Danny. Rosalie resah karena begitu banyak gambar buatannya yang menyiratkan kematian.
Hari Selasa berikutnya, Allen diizinkan pergi untuk pertama kalinya ke gedung terapi tambahan, untuk mengikuti kelas seni ekspresif. Di sana, dia akan bisa membuat sketsa dan melukis.
Don Jones, ahli terapi seni yang lembut dan santun itu, terkesan dengan bakat alami Milligan. namun, Jones dapat melihat bahwa si pasien merasa cemas dan tak nyaman berada dalam kelompok baru. Gambar-gambar yang sangat ganjil itu, disadari Jones, merupakan cara Billy menarik perhatian dan persetujuan orang.
Jones menunjuk sebuah sketsa batu nisan yang berukirkan kata-kata DO NOT R.I.P yang berarti ‘Jangan beristirahat dengan tenang’.
“Bisakah kau cerita kepada kami tentang itu, Billy? Apa saja perasaanmu sewaktu menggambar itu?”
“Ini ayah kandung Billy,” jawab Allen. “Dia seorang pelawak dan pembawa acara di Miami, Florida, sebelum dia tewas bunuh diri.”
“Mengapa kau tidak bercerita kepada kami tentang perasaanmu? Kami lebih ingin mengenal perasaan ketimbang perincian informasi di sini, Billy.”
Allen membanting pensilnya dengan benci karena Billylah yang dipuji atas karya seni itu. Dia melihat jam. “Aku harus kembali ke unitku untuk merapikan tempat tidur.”
Hari berikutnya, dia bicara dengan Suster Yaeger tentang perawatan yang diterimanya, mengeluh bahwa semua itu salah. Ketika perawat itu berkata kepadanya bahwa dia sudah mencampuri urusan staf dan para pasien, dia pun menjadi kesal. “Aku nggak bertanggung jawab atas perbuatan orang-orangku yang lain,” katanya.
“Kami tidak bisa berhubungan dengan orang-orangmu yang lain,” kata yaeger, “cuma dengan Billy.”
Dia berteriak, “Dr. Harding tidak merawatku sesuai dengan petunjuk Dr. Wilbur. Perawatan ini nggak beres.”
Lalu, dia meminta dibiarkan melihat grafik kemajuannya. Ketika Yaeger menolak, dia berkata bahwa dia tahu cara membuat Rumah Sakit memperlihatkan arsip dirinya. Dia yakin, katanya, bahwa para staf tidak mencatat perubahan perilakunya dan bahwa dia tidak akan bisa bertanggung jawab atas hilangnya waktu.
Malam itu, setelah kunjungan Dr. George, Tommy mengumumkan kepada staf bahwa dia akan memecat Dokternya. Kemudian, Allen keluar dari kamarnya dan berkata bahwa pemecatan itu dibatalkan.
******
Setelah memperoleh izin, ibu Milligan, Dorothy Moore, menjenguk putranya hampir setiap minggu, sering didampingi putrinya Kathy. Reaksi Milligan tidak bisa dipastikan. Kadang-kadang, setelah ibunya pulang, dia tampak gembira dan bersemangat. Pada saat lain, dia bisa mengalami depresi.
Joan Winslow, pekerja sosial psikiatris, melaporkan dalam rapat tim bahwa dia telah mewawancarai Dorothy setiap kali sang ibu selesai berkunjung. Winslow berpendapat bahwa Dorothy bersifat hangat dan pemberi, tetapi mungkin karena pemalu dan tidak mandiri, dia tidak bisa bersikap tegas dalam menghadapi penganiayaan yang dilaporkan. Dorothy berkata kepada Winslow bahwa selama ini dia merasa ada dua orang Billy—yang satu baik hati dan penyayang, yang satunya lagi tidak peduli bila menyakiti hati orang lain.
Nick Ciccolah yang mencatat pada grafik bahwa setelah Ny. Moore pulang pada 18 April, Milligan tampak kesal dan bingung, serta mengurung diri di kamarnya sambil menutup kepala dengan bantal.
Pada akhir April, enam minggu sudah berlalu dari jatah dua belas minggu yang diberikan. Dr. George merasa, mereka bekerja terlalu lamban. Dia perlu mengetahui cara untuk membangun jalur komunikasi antara pribadi-pribadi itu dan pribadi yang asli, yakni Billy si sosok inti. namun, mula-mula, dia harus membuat terobosan dan menjumpai Billy. Terakhir kali dia menyaksikan Billy adalah hari minggu itu, saat Dr. Wilbur berhasil meyakinkan Ragen agar Billy dibiarkan muncul.
Dalam benak Dr. George terlintas gagasan untuk mempertemukan sosok kepribadian inti dengan sosok-sosok alter ego lainnya, dengan cara konfrontasi—yakni menunjukkan rekaman video atas perilaku dan cara bicara masing-masing. Mungkin ini bisa berhasil. Dr. George menyampaikan gagasan ini kepada Allen serta berkata, betapa penting bagi pribadi-pribadi lainnya itu untuk saling berkomunikasi satu sama lain dan juga dengan Billy. Allen setuju.
Lalu, Allen berkata kepada Rosalie bahwa dia amat senang dengan rencana pembuatan rekaman video dirinya. Dia jadi gelisah karenanya, tetapi Dr. George telah meyakinkan bahwa dia nanti akan mampu belajar banyak tentang diri sendiri.
Pada 1 Mei, Dr. George melaksanakan sesi pertama yang direkam itu. Dorothy Turner hadir karena Dr. George tahu bahwa Billy tenang bila bersama Turner dan juga karena sang dokter bermaksud membawa Adalana keluar. Walaupun awalnya dia tidak setuju apabila orang-orang-yang-baru dibawa keluar, dia sadar bahwa penting untuk memahami peran aspek wanita pada kepribadian Milligan.
Berkali-kali Dr. George menyatakan, betapa bermanfaat apabila Adalana bersedia keluar dan bicara dengan mereka. Akhirnya, sesudah beberapa kali berganti pribadi, Milligan berubah. Kini sorot wajahnya lembut berlinang air mata. Suaranya tercekat dan sengau. Wajahnya nyaris bisa disebut feminin. Matanya bergerak ke sana kemari.
“Bicara sungguh menyakitkan,” kata Adalana.
Dr. George berusaha agar tidak tampak terkejut. Dia memang ingin Adalana muncul; dia juga sudah mengira akan berhasil. Tetapi, ketika sungguh-sungguh terjadi, ini tetap merupakan kejutan. “Mengapa menyakitkan?” dia bertanya.
“Karena cowok-cowok itu. Aku telah menjerumuskan mereka.”
“Apa yang telah kau lakukan?” tanya Dr. George.
Dorothy Turner, yang telah berjumpa dengan Adalana di penjara pada malam sebelum dia dipindahkan, duduk diamdiam sambil memerhatikan.
“Mereka tidak mengerti apa itu cinta,” kata Adalana, “apa artinya dipeluk, dirawat, dan diperhatikan. Aku yang mencuri waktu. Aku merasakan pil dan alkohol yang diminum Ragen. Oh, bicara tentang itu sungguh menyakitkan …”
“Ya, tapi kita perlu membicarakannya,” kata Dr. George, “agar kita bisa mengerti.”
“Aku yang melakukan itu. Penyesalan sudah terlambat sekarang, kan? sudah telanjur kuhancurkan hidup cowok-cowok itu … tapi, mereka memang tidak akan mengerti …”
“Mengerti apa?” tanya Turner.
“Apa arti cinta. Apa arti kebutuhan akan cinta. Dipeluk seseorang. hanya untuk merasa hangat dan diperhatikan. Aku tidak tahu apa sebab aku berbuat itu.”
“Pada saat itu,” tanya Turner, “apakah kau merasa hangat dan diperhatikan?”
Adalana terdiam, lalu berbisik, “Cuma untuk beberapa saat … Aku yang mencuri waktunya. Arthur tidak menyuruhku masuk ke tempat utama. Aku yang berharap sampai Ragen tersingkir dari tempat utama …”
Dia melihat sekeliling dengan air mata berderai. “Tidak enak menjalani semua ini. Aku tidak bisa masuk ruang pengadilan. Aku tidak mau bilang soal ini kepada Ragen … Aku ingin keluar dari hidup para cowok itu. Aku tidak mau mengacaukan mereka lagi … gila, aku sungguh bersalah … Kenapa sih aku sampai berbuat begitu?”
“Kapan engkau pertama kali masuk ke tempat utama?” tanya Dr. George.
“Musim panas kemarin aku mulai mencuri waktu. Dan saat para cowok sedang diasingkan di penjara Lebanon, aku mencuri waktu untuk menulis puisi. Aku senang sekali menggubah puisi …” dia menangis. “Mau diapakan cowok-cowok itu?”
“Kami belum tahu,” jawab Dr. George lembut. “Kami sedang berusaha mengerti sebanyak mungkin.”
“Asalkan jangan terlalu keras menyakiti mereka,” kata Adalana.
“Ketika semua peristiwa pada bulan Oktober itu terjadi, tahukah kau tentang hal-hal yang sedang direncanakan?” tanya dokter.
“Ya. Aku tahu semua. Bahkan hal yang Arthur tidak tahu … tapi aku tidak bisa hentikan itu. Saat itu, kurasakan pil dan alkohol itu. Tidak tahu kenapa aku sampai melakukannya. Aku begitu kesepian.”
Dia terisak, lalu minta sehelai tisu.
Dr. George meneliti wajah Adalana selama menanyainya dengan hati-hati, agar Adalana tidak ketakutan lalu menghilang. “Adakah beberapa teman yang … menghiburmu? untuk mengatasi rasa sepimu?”
“Aku tidak pernah bicara sama siapa pun. Dengan para cowok itu saja tidak … cuma dengan Christene.”
“Kau bilang, musim panas yang lalu kau berada di tempat utama, juga waktu sedang di Lebanon. Sebelum itu, pernahkah engkau memasuki tempat utama?”
“Tidak di tempat utama. Tapi aku sudah ada. Sudah lama aku ada.”
“Waktu Chalmer—”
“Ya!” bentak Adalana. “Jangan bicara tentang dia!”
“Bisakah kau berhubungan atau bergaul dengan ibu Billy?”
“Tidak! ibu Billy malah tidak bisa bergaul dengan para cowok.”
“Adik Billy, Kathy?”
“Ya, aku sudah pernah bicara dengan Kathy. Tapi sepertinya dia tidak tahu itu. Kami pergi belanja sama-sama.”
“Kakak Billy, James?”
“Tidak … aku malah tidak senang sama dia.”
Adalana menyeka mata, lalu duduk bersandar; ketika memandang alat perekam video, dia terkejut, lalu tersedu-sedu. lalu dia terdiam lama sekali. Maka, Dr. George pun sadar bahwa dia sudah pergi. Diamatinya sorot mata Milligan yang hampa dan keras, sambil menanti siapa lagi yang akan mengisi tempat utama.
“Akan bermanfaat sekali,” katanya lembut dan persuasif, “kalau kami bisa bicara dengan Billy.”
Wajah itu berubah kaget dan ketakutan saat Billy melihat sekeliling untuk menyerap suasana sekitarnya. Dr. George mengenali ekspresi itu; serupa dengan yang muncul di penjara Franklin County, pada hari Dr. Wilbur berhasil membawa Billy, si sosok inti, keluar.
Dr. George bicara kepadanya dengan lembut agar Billy tidak menghilang sebelum dia bisa melakukan kontak. Kedua lutut Billy gemetar karena senewen. Matanya melihat ke sekitarnya dengan takut.
“Tahukah kau, engkau sedang ada di mana?” tanya Dr. George.
“Tidak?” dia mengangkat bahu. Caranya mengatakan itu seolah dia sedang menjawab pertanyaan “ya/tidak” di sekolah, dan tidak yakin akan jawabannya.
“Ini Rumah Sakit dan saya doktermu.”
“Yesus, dia akan bunuh aku kalau aku bicara dengan dokter.”
“Siapa yang akan berbuat begitu?”
Billy memandang ke sekeliling, lalu melihat kamera video yang diarahkan kepadanya.