Hai, gue Rumina, seorang mahasiswa aktif di sebuah universitas negeri di Indonesia. Gue hidup jauh dari orang tua, melarikan diri dari cerita masa lalu gue yang cukup unik. Gue punya sahabat, lelaki, dua orang. Mereka adalah salah satu crayon di masa SMA gue. Pertemuan tanpa sengaja yang membuat kita akhirnya berteman akrab dan bersahabat.
“Yah gue pengen aja bikin dia betah di SMA ini dan nggak anggap remeh tempat ini, karena dia juga berniat buat pindah sekolah kan!”
Ucap gue waktu itu, kesan pertama gue saat mengenal Surya, sosok yang tidak menyukai sekolah kita. Gue berinisiatif mendekatinya untuk sekadar membuatnya tidak memandang sebelah mata sekolah ini, sekolah yang bahkan gue juga tidak menginginkannya, sebenarnya. But I do.
Surya, lelaki berparas diatas rata-rata. Banyak dari kita yang menganggap dirinya sosok yang cukup misterius. Sifatnya yang dingin dan cuek membuatnya tidak bisa berteman dengan sembarang orang. Pemilih, mungkin itu kata yang cocok untuk dirinya. Di kelas, ia duduk sebangku dengan Aris, yang kebetulan adalah teman gue.
Everything is going okay sampai pada titik persahabatan kita diuji, mulai dari gue yang tiba-tiba jatuh hati pada Surya. Dan respon Surya yang berkata, “Aku hanya menganggapmu sebagai sahabat baik, Rumi. Maafkan aku.”. Semua berubah menjadi aneh kala itu.
Gue, Aris, dan Surya terpisahkan jarak yang cukup jauh. Lebih tepatnya gue sendiri. Sebab Aris dan Surya masih berada di kota yang sama. Di usia kita yang bukan anak sekolahan lagi, yang bahkan sudah lama tidak bertatap muka, kita diuji dengan urusan perasaan, dimana diantara kita saling jujur dalam keterlambatan.