78Misalnya:Anak: “Bu, Anto gangguin aku melulu.”Guru: “Gangguin apa?”Anak: “Ambil pensilku”Guru: “Bagaimana caranya agar pensilmu aman?”Anak: “Aku simpan di tempat pensil Tapi Anto ambil melulu, Bu.”Guru: “Caramu menyimpan di tempat pensil sudah benar. Coba kamu temukan cara lain agar orang lain tidak sembarangan ambil pensilmu.”Dia akan fokus ke pensil, bukan Anto. Karena dia akan segera main dengan Anto yang tadi dia adukan dalam waktu kurang dari 10 menit
793 Stop Bullying, Now!Salam Sehati, Bapak Ibu. Materi kulwap kita kali ini adalah Bullying pada Anak. Orang tua saling bully bisa dianggap guyonan, tapi anak saling bully sungguh perlu diperhatikan.
Bullying atau mulai lazim disebut dengan perisakan melibatkan tiga pihak: penindas, korban, dan penonton. Penindas puas, korban sedih, penonton galau. Bahkan penonton juga bisa kita kelompokkan sebagai korban, karena kita perlu pertanyakan mengapa mereka diam?Apa yang mereka rasakan ketika temannya ditindas? Jika mereka takut membela kemudian diam, berarti dia pun korban.
Banyak anak yang diam-diam kecewa pada dirinya sendiri karena tak bisa berbuat apa-apa dan jadi penonton. Apa yang bisa dilakukan orang tua?Mengecam ketakutan mereka jelas tidak bijak. Ketakutan
80mereka kan wajar. Saya sering dapati anak yang dimarahi orang tuanya karena takut kucing atau kecoak, misalnya. Anak dihina dengan kalimat, “Payah. Masa sama kucing aja takut!” Sedih banget. Sudah ketakutan, tidak dibela, pula. Jadi, untuk menghindari dan meredakan bullying, ajak dia mulai dengan trik berikut ini1. Jika ada teman dibully, diamkan dulu. Jangan ikut tertawa, apalagi ikut berkomentar buruk. Bully biasanya caper. Ma-kin banyak yang ribut makin senanglah dia.
2. Alihkan perhatian teman lain yang menonton, misalnya dengan berseru, “Eh, itu siapa yang ke sini?”3. Temani anak yang jadi korban bully4. Laporkan ke orang dewasa.
Bedakan antara lapor dan mengadu. Lapor untuk mence-gah hal buruk terjadi, ngadu untuk bikin pelaku dihukum.
Jadi tak perlu malu dibilang tukang lapor karena dia bertu-juan baik.
5. Bekali anak dengan kemampuan yang membuat dia per-caya diri, bisa akademis atau nonakademis. Anak yang
81merasa tidak punya kelebihan cenderung cari cara sendiri untuk diperhatikan. Bisa jadi penindas agar ditakuti atau yang tertindas agar dikasihani.
6. Tetap perhatikan perilaku anak, adakah yang berubah.
Apakah dia jadi enggan keluar rumah atau ke sekolah, apak-ah dia sering pulang memar dan bilang “terbentur meja”.
7. Jalin komunikasi dengan orang tua lain, kabar bullying bi-asanya beredar di kalangan anak-anak dan kadang terlon-tar di hadapan orang tua. Jika orang tua dengar kasus bul-lying, plis peduli.
8. Waspada dan peduli bukan parnoan dan main tuding. Anak yang jadi bully pada dasarnya adalah korban juga. Korban sudah jelas jadi korban, penonton pun sama resahnya. Jadi, ini tugas bersama.
9. Anak orang lain adalah anak kita juga. Bukan lagi saatnya berkata “Yang penting bukan anak saya”. Sudah gak jaman! #bukanEYD
82Kulwap ini adalah diskusi atas buku Parenting with Heart dan Marriage with Heart karya Elia Daryati dan Anna Farida. Miliki bukunya segera.
Salam takzim, Anna Farida
83Tanya-1Bagaimana memotivasi (memberi kata-kata motivasi) kepada anak dalam menghadapi bullying (diejek/kata-kata negatif) agar anak santai /tenang dan tidak krisis percaya diri.
Jawaban Bu Elia:Agar anak santai menghadapi bullying. Langkah-langkahnya:1. Sikap kita pertama-tama adalah tenang dan menyen-tuh dengan memeluk atau menggenggam tangannya.
2. Pahami perasaannya, dengan memberikan empati.
Tatap anak dengan penuh perhatian dengan tidak mengecilkan perasaan yang dihadapi. Misalnya, “Sedih ya? Ibu mengerti ini pasti berat untukmu. Setiap orang sesekali pernah menghadapi persoalan yang sama sepertimu.”3. Berikan kata-kata support. Misalnya: “Setiap diri memiliki kekuatan, seperti juga dirimu. Kesedihan yang dihadapi sekarang adalah vitamin untuk membuatmu menjadi lebih kuat. Percayalah karena engkau adalah anak Ibu dan Ibu tahu persis siapa dirimu.”4. Hindari pernyataan dan pertanyaan yang membuat
84anak merasa semakin kecil seperti “Kenapa kamu kalah?” atau “Lawan dong, masa begitu saja tidak mampu?” dll. Sebetulnya tanpa harus didorong seperti itu, anak sudah dalam keadaan tertekan.
5. Jika anak merasa dirinya dipercayai dan dicintai orang tuanya, kepercayaan dirinya otomatis akan tumbuh dan akan memiliki “nilai tawar” tersendiri ketika berhadapan dengan lingkungannya.
Jawaban Anna Farida:Sebelum orang tua menjadi motivator perlu dicek dulu kebiasaan sehari-hari dengan anak.
Dia percaya dengan apa yang sering didengar dan dilihatnya.
Jika dia biasa diperlakukan dengan hormat di rumah, dia akan percaya ketika orang tua bilang bahwa dia istimewa.
Misalnya anak berbadan subur diejek.
Mama, kata Anto aku gendut jelek lelet.
Dik, berat badanmu memang perlu dikurangi biar kamu bisa bergerak lebih sigap. Ajak Anto olah raga bareng aja.
Mana mau? Dia kan ngejek aku melulu.
Ketika diejek, kamu bilang apa?