Binder Biru

Erica Agustina
Chapter #2

2. Pesona

Gubrakk … 

Aduh … rintihnya. Rene terpelanting jatuh ke belakang. Riuh suara cekikikan teman-teman sutu kelas membuat Rene tak punya muka. Waktu seakan tepat mempermalukannya pada hari pertamanya di sekolah. Kylo, ia awalnya ingin juga menertawakan Rene. Namun, bibirnya enggan menuruti keinginan logikanya. Justru kini perasaan itu berbalik menjadi rasa simpati karena memandang iris biru Rene yang nampak mendung dan sedikit lagi hujan akan turun dari sana. 

Kylo menjulurkan tanggannya. “Sini.” ucapnya menawari pertolongan. Tanpa memperdulikan maksud baik Kylo, Rene berdiri tertatih memindahkan kakinya menginjak bumi, lalu ia berlari tanpa tujuan. Dibawanya serta sisa rasa malu dalam hujan yang turun semakin deras. Kylo hendak mengejarnya. Namun sayang, langkahnya tertunda setelah mendengar suara keras si ketua kelas. 

“Ky, Mr. Rayan mencarimu.” kata Josh. 

Damn! Why is this such a bad time?” ucapnya geram. 

Sepanjang perjalanan menuju ruangan wali kelasnya, Kylo terus terbayang kejadian beberapa menit lalu. Sesungguhnya tidak ada maksud untuk membuatnya malu. Tapi mengapa seakan waktu mengatur ketidaksengajaan itu menjadi sebuah luka?, katanya bingung. Semakin Kylo memikirkan sosok anak baru di kelasnya itu, semakin besar pula rasa sungkan dalam hatinya. 

Inilah Kylo. Pemuda memiliki tinggi seratus tujuh puluh sentimeter; dengan perawakan tubuh yang sedikit memiliki otot, beralis tebal, hidung mancung, mata beriris hitam, dan bibir yang tipis sedikit gelap, namun ketika senyumnya terbit, itu mampu meruntuhkan pertahanan hati seorang gadis. Semua ketampanannya terbingkai sempurna dalam wajahnya yang bulat.

Kini Kylo berada di hadapan Rayan, setelah lima menit perjalanannya yang resah. 

Why are you looking for me, Mr. Rayan?” kata Kylo tanpa berbasa-basi.

“Kylo, bisakah aku meminta bantuanmu?” ucapan Rayan terdengar serius.

“Apa yang bisa saya bantu?” tanyanya. Kylo sedikit menyimpan perasaan penasaran. 

“Bisakah kamu membantu saya mengawasi Rene? I was appointed by the headmaster to visit the elementary school for the foundation. So, saya tidak bisa mengawasi Rene sepenuhnya.” 

Lihat selengkapnya