Biner Amethyst

theresna zahra s.
Chapter #3

3

“Gimana? Seneng?” Lily bertanya, mengusak surai rambut Aster. Aster tertawa kecil,

“Nggak usah ditanya, Ma, dari dulu kan aku ingin ke sini!” Aster menjawab. Lily tersenyum, tangannya masih berada di kepala Aster,

 “Baguslah, kita bisa bersantai di liburan musim panas ini, biar tidak bosan di rumah terus!” Lily berkata, Aster menganggukkan kepalanya dan kembali menata barang-barang mereka di ruang tamu.

 “Nanti kakak mau ke mana dulu?” Louis tiba-tiba bertanya,

 “Istirahat dulu, aku dari tadi nggak tidur,” Aster menjawab sambil menguap,

 “Udah, sana! Aku mau duduk-duduk dulu,” Louis mendorong bahu kakaknya. Aster mendecak kesal dan langsung berjalan ke salah satu kamar dari banyak kamar yang ada.

 Setelah pintu kamar ditutup, Louis kembali membantu orangtuanya menurunkan bawaan, dan duduk di sofa setelah semuanya selesai.

 “Haah, selesai juga…” Louis berkata, Paul dan Lily duduk di sebelahnya. Mereka kembali terdiam untuk beberapa saat, hingga Paul mengambil makanan ringan yang ada di atas meja,

 “Kita nanti sore mau jalan-jalan?” Ia bertanya,

 “Aku terserah, sih,” Louis menjawab,

 “Aku boleh-boleh saja,” Lily berkata. Paul menganggukkan kepalanya,

 “Pa, nggak tidur dulu? Seharian nyetir, kakak aja tidur dulu…” Louis berkata. Paul kembali terdiam, menimbang apakah ia perlu istirahat atau tidak,

 “Hmm… Sepertinya aku istirahat dulu,” Paul akhirnya memutuskan dan pergi ke kamarnya dengan Lily. Akhirnya hanya ada Louis dan ibunya di ruang tamu, hening kembali ada di antara mereka.

 Pada akhirnya Louis kembali tertidur, angin dari pantai yang sangat lembut membuatnya mengantuk. Bagaimana tidak? Sinar matahari bersinar dengan sangat terang, namun angin pantai bertiup ke seluruh penjuru rumah pantai tersebut. Hal terakhir yang Louis ingat adalah bagaimana tangan lembut ibunya membelai surai rambutnya dengan halus.

000

 Malamnya keluarga itu pergi untuk makan malam di sebuah restoran tepat di pinggir pantai. Mereka bercakap ringan, menikmati hidangan bahari yang dihidangkan di depan mereka. Tidak lupa dengan canda tawa yang mereka lontarkan di tiap kesempatan, membuat makan malam itu terasa hangat dan akrab. Semua orang yang melihatnya pasti bisa menangkap jika keluarga mereka adalah keluarga yang sangat harmonis.

 “Aah… Kenyang…” Aster mengusap perutnya dan tertawa, membuat Louis yang di sebelahnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Aster yang melihatnya hanya memukul bahu adiknya dengan kesal,

Lihat selengkapnya