“Aku buka pintu dulu,” Asta beranjak dan pergi ke pintu masuk dan membuka pintunya.
“Dengan siapa?” Aster mendengar Asta bertanya. Jawaban yang Aster dengar membuatnya terkejut,
“Louis, adiknya Aster, apa kau kenal?” Adiknya itu bertanya,
“Louis?! Bagaimana kau bisa ada di sini?!” Aster tiba-tiba berdiri dan menatap adiknya tepat di mata.
“Kakak!” Louis langsung berlari dan langsung memeluk kakaknya dengan erat. Aster pun memeluknya kembali,
“Gimana caranya kau bisa ada di sini?” Aster bertanya di tengah pelukannya, Louis belum menjawab, Aster merasakan tubuh adiknya gemetar di dalam pelukannya,
“Hey, sudah, jangan-jangan kamu nangis, ya?” Aster tertawa kecil dan menepuk kepala Louis,
“Kamu sudah lama hilang, bagaimana tidak khawatir?” Louis bertanya dengan suaranya yang kecil,
“Berapa lama aku hilang?”
“Satu minggu…” Louis menjawab. Aster menghela napas, tidak menyangka jika ia telah hilang begitu lama,
“Waktu yang berjalan di sini berbeda dengan dunia kita, Louis. Ini malam pertama yang kita lihat, tidak pernah ada malam di dunia ini sebelumnya,” Louis mengerutkan keningnya dengan bingung,
“Bagaimana bisa?”
“Itu cerita yang panjang,” Asta tiba-tiba berkata, menyandarkan bahunya di kusen pintu, tersenyum melihat kakak-beradik yang terlihat akrab itu.
“Kamu, siapa?” Louis bertanya, tambah bingung ketika ia melihat warna mata Asta,
“Aku Asta, penjaga tempat ini. Kau diantar seorang penuntun, kan?” Asta bertanya, masih melipat kedua tangannya di dada,
“Iya, bagaimana kau tahu?”
“Aku tidak tahu, kau yang tahu. Sang Penuntun akan datang kepada mereka yang membutuhkannya, mengapa kau butuh pergi ke tempat ini?” Asta membalikkan pertanyaannya ke Louis,
“Aku harus menemukan kakakku! Aku percaya ia tidak tersesat dalam hutan, ia pasti pergi ke suatu… Tempat…” Louis menjawab,
“Kau benar. Itulah mengapa kau ada di sini, sekarang,” Asta tersenyum dan memiringkan kepalanya,
“Lalu… Apa yang harus kita lakukan, sekarang?” Aster bertanya.
“Asta, apa yang terjadi dengan tanganmu?” Louis memotong pertanyaan Aster, menatap lebam di tangan Asta dengan ngeri,
“Ini yang menjadi masalah,” Asta berkata dengan sendu, menggerakkan tangannya yang ternodai lebam-lebam mengerikan itu.
“Kita bicarakan nanti, kau harus bersih-bersih dan makan. Berjalan dari jalan masuk sampai ke sini adalah perjalanan panjang. Kamar mandi di bawah, aku ambil baju ganti dulu,” Asta melanjutkan.
”Baiklah…” Louis mengerutkan bibirnya dan berjalan ke arah tangga,
“Aku akan membawa bajunya ke bawah!” Asta berteriak kepada Louis, dijawab dengan gumaman Louis yang sudah setengah jalan di tangga,
“Berapa banyak baju yang kau punya?” Aster bertanya, rasanya Asta punya baju untuk semua orang dengan berbagai ukuran.