“Aster, bangun, Aster!” Aster merasa tubuhnya diguncang dengan kencang, membuka mata untuk melihat wajah Asta yang begitu panik, ia tidak pernah melihat laki-laki tampan itu panik seperti itu, membuat Aster kebingungan.
“Ada apa?” Aster bertanya dan mengusap matanya dengan kasar, tentunya kesal karena tidurnya terganggu karena guncangan yang begitu kencang di bahunya.
“Kita harus cepat-cepat pergi,”
”Bukankah kamu bilang tadi kalau tidak perlu terburu-buru?” Aster bertanya, masih bingung dengan semuanya,
“Tidak usah banyak bertanya, ayo ikuti aku! Louis sudah menunggu di depan!” Asta berkata dan menarik tangan Aster untuk berdiri,
“Sebentar…”
“Ayo, cepat! Dunia ini akan runtuh, kalian tidak dapat diam di sini!” Asta kini menepuk pipi Aster untuk menyadarkannya,
“A-Apa?!”
“Hah… Dasar… Sudahlah, ayo cepat! Kita harus pergi!” Asta memutar bola matanya dan langsung menarik Aster untuk pergi dari rumahnya, berlari ke luar diikuti oleh Louis. Aster masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini, hanya membiarkan Asta menariknya dan berlari bersama Louis,
“Hei, ada apa ini sebenarnya?” Aster bertanya, terpaksa ikut berlari dengan Louis dan Asta. Mereka berdua tentu lebih atletis dibanding dirinya, dan itu membuat Aster kesal sendiri, agak pelan bisa tidak, sih?! Aku tidak secepat mereka! Batin Aster dengan kesal.
“Simpan pertanyaanmu, kita harus pergi dulu,” Asta kembali menjawab, tidak memelankan tempo berlarinya.
Mereka berlari ke hutan yang Aster tidak pernah tahu kalau itu pernah ada, dalam kantuknya pun Aster masih bisa mengagumi keindahan dan suasana misterius yang melingkupi hutan, tempat, atau di manapun ia sedang berada saat ini.
Aster rasa indranya mulai bekerja kembali ketika ia mendengar suara guntur dan suara reruntuhan di telinganya, dan merasa debu-debu masuk ke dalam matanya, perempuan itu menoleh ke belakang untuk menemukan rumah Asta dan semua yang ada di sekelilingnya mulai runtuh, menyisakan kegelapan yang amat pekat. Sudah malam, ini akhir dari semuanya…