Sydney, Mei 1998
Malam ini, Vega mengintip orang tuanya sedang bertengkar dari celah pintu kamarnya. Matanya berkaca-kaca melihat mamanya, Gassani, menangis di hadapan papanya, Veri. Dia ingin teriak untuk membela mama tapi suasana malam yang gelap dan mencekam membuatnya sangat takut.
Sudah pukul sebelas malam waktu Sydney, padahal seharusnya Vega kecil sudah dua jam yang lalu. Namun karena terus terdengar suara benda jatuh berkeping keping, yang dia sendiri tidak yakin itu benda apa, membuat matanya terjaga. Suara benda jatuh, juga membuatnya penasaran apa yang sedang terjadi di luar pintu kamar.
“Jahat lo sama gue, Ver! Gue tinggalin karir gue di Indonesia demi lo! Tapi lo bales gue kayak gini!”
Itu adalah suara teriakan Gassani yang membuat apartemen kecil dengan dua kamar tidur ini, terasa menjadi arena perang gladiator.
“Brengsek lo! Brengsek!” Gassani menangis dan memukul dada Veri, namun pukulan itu belum cukup membuatnya bergeming dari posisinya berdiri sekarang.
Ini sebenarnya bukan kali pertama, mereka berdua bertengkar. Sejak menemani suaminya kuliah S2 di Australia lima belas bulan yang lalu, setiap bulan ada saja masalah yang mereka berdua perdebatkan. Biasanya Veri selalu meledak ledak kalau emosi tapi kali ini dia hanya diam, tidak seperti biasanya. Veri merasa sangat bersalah tapi keegoisannya membuat hati dan fisiknya beku, mematung dingin seperti manusia es.
Sejak tadi siang, hati Gassani hancur karena mendapati suaminya selingkuh dengan teman sekelasnya di kampus. Siang tadi seorang wanita asli Sydney yang bernama Carla datang ke apartemen mereka. Kebetulan Veri sedang kuliah jadi yang ada di rumah hanya Gassani dan Vega.
Carla adalah mahasiswi rantau sama seperti Veri, dia berasal dari Vietnam. Gassani sudah beberapa kali bertemu dengan Carla sebelumnya, bahkan Veri sempat mengundang Carla makan malam bersama dengan di apartemen. Carla merupakan wanita yang sopan dan memiliki tutur kata yang baik, Gassani dan Vega senang dengan sosoknya.
Mendengar Carla yang hamil anak Veri dan usia kehamilannya sudah menginjak lima bulan, tentu membuat Gassani terkejut. Dia tidak menyangka itu terjadi. Menurut cerita Carla, mereka sudah hampir setahun berhubungan dibelakang Gassani.
Mendengar kabar itu, Gassani kaget bukan kepalang. Jantungnya serasa berhenti sepersekian detik, nafasnya mulai sengau dan kepalanya seperti disambar petir. Dia sedih, panik, marah, dan hanya terus memeluk Vega untuk menenangkan diri. Untungnya Vega yang masih berusia enam tahun tidak paham bahasa Inggris, jadi dia belum memahami apa yang dirasakan oleh mamanya.
Setelah mendengar kabar perselingkuhan itu, sepanjang hari Gassani terus coba menahan amarahnya tapi itu justru membuat perasaannya kalut. Jika tidak ada Vega, dia pasti sudah melakukan hal yang sangat gila.
Dan semuanya pecah saat Veri pulang tiga jam yang lalu.
“Aku khilaf, Ga.” Jawab Veri tanpa membela diri. Dia sudah memprediksi hal ini akan terjadi. Karena Carla pasti akan bicara ke Gassani, karena mereka memang mengenal satu sama lain. Veri pun gak bisa mengelak karena dia sendiri juga tidak tahu alasan pasti kenapa melakukan itu, semua terjadi begitu saja.
“Astaga, khilaf? Apa sih yang lo pikirin? Ya ampun sakit hati gue, Ver!”
“Aku minta maaf.” Ucap Veri dengan nada suara datar dan volume yang kecil.