Bintang & Bulan

Agung Gumara
Chapter #2

Vega & Neil

Jakarta, Oktober 2010

Dua belas tahun kemudian, Vega kecil kini sudah berusia delapan belas tahun. Kulitnya coklat manis khas wanita Indonesia, tinggi badannya 168 cm, berat 58 kg, penampilannya sedikit tomboy dengan sneakers, jeans, kaos, rambut hitam dikuncir, dan tatapan mata yang tajam, semua itu memang jadi daya tarik tersendiri untuknya. Mata Vega dianggap memancarkan sex appeal yang sangat tinggi, membuat semua mata tertuju padanya.

Sudah tiga bulan terakhir, Vega pindah dari Bandung untuk menetap di Jakarta karena harus melanjutkan kuliah. Selain ingin hidup mandiri, dia memilih kuliah di Jakarta karena ingin berjuang menggapai cita citanya untuk menjadi seorang aktris seperti mamanya dulu.

Sebagai wanita pendiam dan tidak mudah bergaul, Vega memulai petualangannya di Jakarta dengan cukup baik. Selama dua bulan menjadi mahasiswi dia sudah mengumpulkan dua orang teman, dan salah satunya sudah resmi menjadi pacarnya. Sebuah prestasi mengingat Vega terakhir kali pacaran empat tahun lalu saat masih SMP.

Vega melihat jam tangannya, sudah hampir empat puluh menit dia duduk sendirian di kantin kampus. Dia duduk ditemani segelas es teh manis dan popcorn caramel yang sudah tersisa setengah porsi di sebuah meja makan kecil yang hanya cukup untuk empat orang saja. Di sekelilingnya ada tujuh meja lain yang juga tidak terisi penuh, cuma ada lima orang yang sedang nongkrong di kantin. Vega sibuk melihat instagramnya mencari tahu tentang kelas akting milik produser film terkemuka, Bastian Roberto.    

Tak lama ada dua orang yang dia tunggu datang, mereka adalah Tiara Astari dan Neil Binar Langit. Tiara Astari, merupakan teman baru Vega di kampus, berbeda dengan Neil yang adalah pria yang berhasil meyakinkan Vega untuk menerimanya menjadi seorang pacar.

Neil dan Tiara berada di kelas yang sama, sedangkan Vega di kelas yang berbeda. Mereka kenal saat ospek mahasiswa baru dan semakin dekat karena merasa senasib sebagai perantau dari luar kota Jakarta. Vega dari Bandung, sedangkan Tiara dan Neil sahabat satu SMA dari Palembang. Tiara tinggal bersama kakaknya di sebuah apartemen, sedangkan Neil dan Vega sama sama anak kosan yang tinggal sendirian. Secara tidak langsung, keadaan juga membuat Neil dan Vega jadi sering menghabiskan waktu bersama.

***

“Vega Azura, lagi ngapain nih?” Tanya Neil yang langsung duduk disebelahnya, diikuti oleh Tiara yang duduk di hadapan mereka.

“Kok Vega? Kan aku pernah bilang panggil Gaga aja.” 

“Iya Gaga, maaf aku bercanda. Tumben banget baru jam dua siang kamu udah makan popcorn caramel?”

Tiara kaget. “Hah? Lo makan popcorn caramel? Emang di kantin ada yang jual ya?”

“Engga, gue beli di bioskop. Gue udah nyetok dari kemaren.”

Tiara cuma geleng geleng seolah tidak percaya dengan jawaban Vega.

“Emang begitu dia, agak aneh untuk gue suka! Hahahaa.” Ujar Neil dengan tertawa. 

“Gak ada hubungannya, gue emang suka makan ini.”

Vega menanggapi Neil dengan intonasi datar dan mimik wajah yang dingin. Suasana sedikit menjadi kaku. Sebenarnya selama dua bulan pacaran, Neil sudah cukup banyak bercerita tentang kehidupannya tapi berbanding terbalik dengan Vega yang masih sangat tertutup tentang hidupnya. Dua bulan pacaran mereka masih belum mengenal satu sama lain.

“Duh pasangan baru, bercandanya masih kaku aja sih.” Selak Tiara sambil tertawa dan beranjak dari tempat duduk untuk pesan makanan. 

“Gue mau pesen mie ayam, kalian mau titip pesan makan juga gak? Biar sekalian?”

Vega dan Neil menggelengkan kepala. 

Tiara mengangguk lalu pergi ke stand makanan yang ada di kantin. Suasana kembali sunyi karena Vega dan Neil sibuk dengan handphonenya tidak berselang lama, Tiara sudah kembali ke meja.

“Ga, jadi gimana? Lo jadi daftar kelas akting Bastian Roberto?” Tanya Tiara memecah suasana.

“Oh iya gue lupa bilang sama lo, Tir. Thanks udah kasih gue info soal kelas akting Bastian Roberto”. Tiara senyum dan mengangguk menanggapi ucapan Vega.

Vega lanjut bicara, moodnya berubah tidak sedingin sebelumnya. “Gue beberapa hari ini udah ngepoin instagram kelas aktingnya sih. Tapi emang lo yakin kalo dia (Bastian Roberto) bakal bener ngajarin nya?”

“Gue sih yakin soalnya kan kakak gue pernah ikutan, alhamdulillah kan setelah itu kakak dua kali jadi talent iklan dan satu kali ftv.  

“Terus kenapa sekarang kakak lo gak kembangin karirnya lagi? Masa cuma stop di ftv aja?”

Tiara menghela nafas. “Ya itu dia sih, kakak gue suka dari Bastian dia orangnya fair banget. Waktu itu Bastian bilang kalo kakak gue bakat aktingnya standar banget. Tapi untungnya kakak gue punya wajah unik dan cantik, jadi kata Bastian masih cocok buat main iklan atau ftv.”

Perkataan Tiara cukup menohok Vega, dia sedikit tidak yakin apakah dia mampu belajar akting dengan produser sekelas Bastian Roberto yang sudah banyak terlibat dalam film besar. 

Lihat selengkapnya