Di kampus, di siang yang sama, terlihat Neil sedang bersama Tiara duduk berdua di kantin saat jam istirahat. Wajah Neil seperti terpancar sebuah harapan, seperti sudah menemukan solusi untuk semua masalahnya.
“Kenapa lo? Udah gak sebeban kemaren kayaknya? Udah baikan?”
Neil senyum lalu geleng geleng kepala.
“Lah terus kenapa?”
“Gue udah ketemu solusinya.” Jawab Neil sambil menatap kedua mata Tiara dengan sangat fokus. Sampai tak sadar membuat Tiara sedikit salah tingkah. Tapi lagi lagi dia ingat kalau harus akting, seperti tidak terjadi apa apa. Dia melanjutkan pertanyaannya.
“Dan itu adalah... ?
“Gue akan minta putus.”
Tiara terkejut dengan keputusan Neil. Sejenak dia tidak percaya, tapi ekspresi wajah Neil yang penuh percaya diri menunjukan kalau ucapannya serius. Satu sisi di hati Tiara tidak dapat menyembunyikan kalau dia senang mendengar niat dari sahabatnya itu.
“Kemaren lusa gue curhat ke nyokap gue, dia kasih banyak masukan. Dan ini kesimpulan gue.” Lanjut Neil menyelesaikan kalimatnya.
“Tapi lo yakin? Kan lo bilang sama Vega kalo udah janji gak akan pergi dari dia.”
“Iya sih... tapi gue udah berusaha sama hubungan ini. Gue ngalah ke dia, gue selalu ikutin mau dia. Tapi yang terjadi juga begitu terus, begitu terus.”
Tiara bisa merasakan sedikit rasa amarah dari Neil saat berkata kalimat itu.
“Tapi kalo Vega gak mau putus gimana?”
Neil terdiam mendengar pertanyaan Tiara, pertanyaan itu membuatnya berpikir jauh kedepan kalau seandainya itu benar terjadi. Namun sepertinya sudah tidak ada yang bisa meruntuhkan niat Neil.
“Kalo dia gak mau, ya harus mau. Jujur gue itu cinta sama dia, pada pandangan pertama loh. Tapi gue sadar kalo dia itu bukan cinta sejati gue.”
“Kata lo kan Vega punya masa lalu yang berat, dan “mungkin” ada masalah mental. Lo yakin nih?” Tiara kembali memberikan pertanyaan yang mengharuskan Neil berpikir berat.
Neil memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan itu, karena memang itu adalah pertimbangan terberat yang sebelumnya membuatnya ragu mengambil keputusan. Tiara menanti jawaban Neil tapi sepertinya sia sia, dia malah mengajukan pertanyaan lagi.
“Jadi udah gak ada nih, Sophan Sophiaan dan Widyawati?”
“Untuk sekarang gak ada, Tir. Mungkin nanti.” Neil kembali menjawab pertanyaan Tiara dengan tegas.
“Terus selanjutnya lo mau ngelakuin apa?”
“Gue mau kejar cita cita gue, Tir.”
“Jadi ikut festival film kemaren kan?”
“Kayaknya..”
Tiara bingung mendengar jawaban Neil yang sangat tidak tegas. Beberapa hari lalu dia sangat semangat ikut festival film, tapi saat ini sepertinya semangat itu sudah hilang lima puluh persen.
“Maksudnya gimana sih?”
“Gue kayaknya mau cabut dari sini, Tir. Gue mau fokus kejar cita cita gue.”
Tiara melongo kaget dengan ucapan Neil. Dia saat ini terlihat sangat serius.
“Cabut apa sih? Lo mau kemana?!”
“Ke Hollywood.”
Tiara kembali melongo terkejut. Namun wajah Neil yang tadinya serius langsung berubah, dia tertawa puas melihat ekspresi Tiara.
“Hahaha bercanda gue!”