Neil memarkirkan motornya di depan kost Vega. Sebelum memutuskan untuk masuk, dia berpikir cukup lama di atas motor sambil terus memandang popcorn caramel yang digantung di motor. Dadanya terus berdetak kencang, seperti sebuah drum yang dipukul dengan kencang berkali kali. Dia menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya, dia melakukannya sampai empat kali. Setelah merasa tenang dia memutuskan untuk masuk ke dalam.
Tujuannya membawa popcorn caramel sebagai tanda perpisahan yang indah kepada Vega. Mungkin saja malam ini akan terjadi pertengkaran lagi, tapi setidaknya popcorn caramel bisa menjadi sebuah perpisahan yang manis.
Di dalam, dia bertemu dengan bu Reni sedang nonton sinetron bersama dengan Chiko dan Chika yang lagi makan nasi goreng. Neil menyapa mereka, basa basi, sebelum naik ke lantai tiga.
“Bu Reni, mas Chiko, mba Chika, lagi santai nih?” Tanya Neil basa basi.
Chiko dan Chika tidak menjawab pertanyaan Neil, mereka terus makan tanpa memperdulikannya, hanya bi Reni yang menjawabnya.
“Iya, lagi nonton.” Jawab bu Reni sambil senyum tanda formalitas.
“Saya ke atas ya.” Neil lalu ke atas menuju kamar Vega. Setelah Neil pergi, bu Reni langsung memukul tangan Chiko.
“Kalian keliatan bener deh tadi.”
“Hih, gue sih ogah, bu.” Jawab Chiko.
“Iya, ogah!” Tambah Chika.
Bu Reni lalu kembali melihat ke arah tangga. Dia diam tapi sembari berdoa di dalam hati, semoga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Dia merasa sebenarnya Neil dan Vega cocok, sayang sekali jika terus bertengkar.
***
Neil berdiri di depan pintu kamar Vega, sudah lima menit dia hanya diam tanpa melakukan apapun. Jantungnya kembali berdetak dengan sangat kencang. Nyalinya ciut, lalu mencoba memerintahkan kakinya untuk melangkah pulang. Namun logika menahannya, karena mereka sudah berjalan sejauh ini, tidak ada kata lain, selain “maju”. Masa depannya tergantung apa yang dia lakukan malam ini.
Dia mengetuk pintu tiga kali dengan sedikit kencang.
Tak lama pintu dibuka, Vega terlihat dari balik pintu. Penampilannya kusam karena kedua matanya merah, seperti habis menangis. Neil lalu tersenyum untuk menutupi rasa gugupnya, dia memberikan popcorn caramel kepada Vega. Vega hanya diam saja melihatnya, dia sama sekali tidak menunjukan gestur ingin mengambil popcorn itu. Neil mulai merasakan feeling tidak enak.
“Kamu kenapa kesini?” Pertanyaan ini keluar dari mulut Vega, dia tidak menyangka kalau Neil yang baru saja dia ceritakan ke mama sekarang sudah ada di hadapannya.
“Aku mau bicara sesuatu.”
Vega mempersilahkannya masuk kedalam kamar. Neil menutup pintu lalu meletakan popcorn caramel di atas meja. Dia duduk di sisi ujung kasur sedangkan Vega duduk di sisi kepala kasur.
Namun tidak langsung terjadi pembicaraan, mereka berdua hening saling menunggu waktu yang tepat untuk bicara. Neil memikirkan kata yang tepat untuk memulai topik, bagaimana cara meminta putus. Sedangkan Vega berpikir bagaimana kata kata yang tepat untuk minta maaf dan seserius mungkin berjanji kalau akan segera berubah.
Neil kemudian mengambil popcorn yang tadi dia letakan di atas meja, lalu memberikannya kepada Vega. Tujuannya ingin basa basi dulu sebelum mulai ke pembicaraan serius.
“Ini popcorn nya.”
Vega mengambil popcorn lalu meletakan di sisi sebelah kiri. “Makasih, jadi kamu mau ngomong apa?” Vega menggunakan momen itu untuk melakukan serangan balik.
“Jadi gini, aku mau minta maaf sama kamu untuk kejadian yang kemaren.”
Vega mulai tersanjung dengan Neil, dia senang Neil minta maaf. Dia merasa, ini adalah awal yang indah untuk hubungan mereka kedepan. Vega tersenyum, dia tidak dapat menutupi kebahagiaannya. Melihat Vega tersenyum, justru membuat Neil makin berhati hati karena dia sudah tidak mau terpengaruh dengan apapun yang terucap dari mulut Vega.
“Aku juga minta maaf.” Ujar Vega kepada Neil.
Suasana kembali hening setelah mereka berdua sama sama meminta maaf. Neil terus berpikir dan memberanikan diri kalau sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengutarakan niatnya. Namun dihadapannya, Vega juga berpikir kalau sekarang waktu yang tepat untuknya mengutarakan niatnya untuk meminta maaf dengan tulus.
Belum Vega mulai bicara, tiba tiba Neil sudah bicara duluan.
“Aku mau putus.”
Vega kaget mendengar ucapan Neil yang tiba tiba, dia memastikan lagi kalau dia kali ini tidak salah dengar.
“Hah?! Maksudnya?”
“Iya, aku mau putus.” Ulang Neil dengan intonasi rendah, sambil matanya menghadap ke segala arah karena tidak ingin melihat Vega secara langsung.
Mendengar ucapan Neil, Vega merasa seperti jatuh ke dalam jurang yang dalam dan gelap. Dia teringat ucapan mama, “Cowok yang tepat itu gak dateng dua kali. Kalo kamu sayang sama dia pertahanin, cinta itu memang butuh pengorbanan.” Tapi ternyata cowok yang menurutnya tepat sekarang malah memilih untuk meninggalkannya.
Ego Vega tak bisa ditahan lagi, kembali memaksa untuk keluar. Dia tidak terima kalau diperlakukan seperti ini, apalagi dia sudah berniat untuk mempertahankan Neil. Termometer emosi, melesat naik diambang batas puncak.
“Gak bisa, gak bisa…” Jawab Vega sambil menggelengkan kepala tanda tidak terima dengan keinginan Neil.