Bintang Berkabut

Syamsiah
Chapter #17

Istikharah #17


Sudah hampir satu tahun aku bekerja menjadi wartawan internal di kementerian ini. Sudah dekat waktunya untuk memperbaharui kontrak. Aku sendiri masih belum bisa memastikkan untuk melanjutkan kontrak kerja ini atau tidak.

Aku bosan dengan pekerjaan-pekerjaan proyek. Kita para pekerjanya tidak tahu kapan sewaktu-waktu proyek akan selesai dan tidak dipekerjakan lagi. Aku juga sudah malas kalau mesti mengirimkan lamaran-lamaran pekerjaan lagi. Status pekerja kontrak ini benar-benar meresahkanku.

Dahulu, saat baru lulus kuliah, beberapa teman mendorongku untuk melamar CPNS.

”Orang seperti kamu lebih baik jadi PNS aja, cocok untuk perempuan,” kata temanku.

”Memang PNS pekerjaannya apa?”

Temanku hanya diam, tidak menjawab. Aku bertanya begini kaarena aku sama sekali tidak tahu apa saja pekerjaan PNS. Aku hanya tahu para PNS yang sering kujumpai di kelurahan saat aku sedang mengurus KTP.

Namun kini, setelah aku bekerja sebagai wartawan media internal kementerian, pikiranku tentang PNS benar-benar terbuka. Ternyata banyak hal yang dikerjakan para pegawai pemerintahan ini, bukan sekedar mengurus kependudukan. Dan sejak jadi wartawan media internal kementerian, aku jadi tahu bahwa pemerintah benar-benar bekerja untuk pembangunan negeri ini.

Kementerian Pembangunan membuka mataku tentang beragam hal terkait perencanaan pembangunan nassional. Untuk membangun rumah saja kita butuh jasa arsitek sebagai perencananya. Artinya, amat sangat tidak mungkin negeri ini dapat berjalan tanpa adanya perencanaan. Kecuali kalau negeri ini sedang dipimpin yang bekerja semaunya dan tidak menegrti pentingnya perencanaan.

Di sisi lain, saat ini sedang terjadi moratorium[1] penerimaan CPNS di negeri ini. Kalau pun buka, hanya untuk posisi-posisi yang memang benar-benar dibutuhkan. Jadi seleksi CPNS tahun ini benar-benar minim karena menerapkan zero growth alias kebijakan penerimaan pegawai yang jumlahnya sama dengan jumlah pegawai yang berhenti.

Jadi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, peluang untuk lolos seleksi CPNS tahun ini jauh lebih kecil. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, yang masih penerimaan dengan jumlah besar-besaran, peluang untuk lolosnya juga sangat sulit. 

Tidak seperti kebanyakan orang yang bisa meminta tolong orang tua dan saudaranya untuk membantunya memproses administrasi lamaran CPNS. Aku sama sekali tidak punya orang yang dapat kumintakan tolong untuk hal ini. Karenanya, aku musti resign dari pekerjaanku sebagai junior media konsultan. Pekerjaan yang sedang amat sangat kunikmati ini.

Kebimbangan ini membuatku semakin meragu membuat keputusan. Dalam kondisi yang serba bimbang ini, tiba-tiba aku teringat dengan materi pengajian yang disampaikan oleh Ustadzah Hafsha saat membahas tentang Shalat Istikharah di salah satu majelis rutinnya di Condet, Jakarta Timur.

“Shalat istikharah itu dapat dilaksanakan pagi atau malam hari. Dilaksanakan dengan tiap dua rakaat salam,” ucapnya pada majelis tersebut.

”Nah dari shalat iistikharah ini kita bisa minta petunjuk. Misalnya, kalau yang sedang kita istikharahkan itu baik untuk kehidupan kita, maka kita minta petunjuk banyak melihat warna hijau setelah shalat. Kalau tidak baik, lebih banyak melihat warna hitam. Ini misal ya,” tambahnya kembali mennjelaskan.

”Jadi Ibu-Ibu dan saudari-saudari sekalian bisa membuat pilihan sendiri. Misalnya, kalau hal yang kita sedang pertimbangkan adalah baik untuk kehidupan kita, maka setelah shalat akan banyak melihat warna putih, banyak melihat bunga, dan lain sebagainya,” jelasnya.

”Ya, aku musti istikharah. Tapi kalau tanda-tandanya adalah warna seperti yang dicontohkan Ustadzah Hafsha, aku tidak yakin akan mendapat tanda-tanda itu,” ucapku dalam hati ketika teringat akan materi shalat istikharah.

Aku pun mencoba mencari tanda-tanda yang lebih dekat denganku dan lebih bisa kuyakini.

”Ya Allah, kalau aku harus melamar CPNS, berarti aku harus resign dari pekerjaanku ini. Aku tidak mau melamar-melamar kerja lagi. Aku sudah lelah dengan status sebagai pekerja kontrak. Jika aku memang harus resign untuk mengikuti tes seleksi CPNS, berikan aku tanda berupa sakit setelah aku shalat ini,” tiba-tiba saja doa itu muncul setelah aku memanjatkan doa shalat istikharah.

Beberapa hari kemudian, aku merasa kelelahan bekerja. Badanku lemas, meriang dan panas. Aku pun minta izin untuk beristirahat bekerja. Namun jawaban ini ternyata tak cukup meyakinkanku. Di hari ketiga, rasa sakit ini sudah mulai agak sedikit pulih. Aku pun mulai masuk kerja.

Dalam kondisi yang benar-benar bimbang karena sebenarnya menjadi PNS bukanlah pekerjaan idamanku, kembali aku minta diyakinkan-Nya, dengan menambahkan rasa sakit yang masih belum pulih ini sampai jelang tanggal selesainya kontrak kerjaku. Ajaib, sakitku tidak jadi pulih.

Sisa sakit di hari ketiga masih terus berasa, bahkan sampai jelang selesainya kontrak. Petunjuk yang sudah tidak bia diabaikan lagi. Aku pun segera menemui bagian HRD dan menyatakan bahwa aku meminta agar kontrakku tidak diperpanjang.   

”Kamu sekarang menghadap Pa Hadi ya,” ucap Bu Lisa, HRD di perusahaanku sebagai junior media konsultan. Pa Hadi adalah pimpinan di perusahaan ini.

”Jadi kamu mau menyelesaikan kontrak saja Sal, memang kenapa?”, tanya Pa Hadi di meja dalam ruangan kerjanya.

”Saya mau fokus mengajar saja Pa,” jawabku.

Lihat selengkapnya