Bintang Berkabut

Syamsiah
Chapter #25

Epilog #25

Siang itu aku kembali ke rumah Ibu untuk mengambil buku untuk ujianku besok.

“Assalaamu alaikum,” ucapku setelah membuka pagar.

Tidak ada suara yang menjawab. Aku pun masuk ke dalam. Ada Ibu yang sedang menonton televisi di atas kasur lantainya.

“Bu….,” ucapku sambil duduk bersimpuh di hadapannya untuk mencium tangannya.

“Eh, Salma… Salma, Ibu ga tahu Salma akan datang,” ucap Ibu kaget.

“Iya bu. Ini Salma dadakan ada ujian besok. Bukunya adanya di sini. Salma mau ambil buku,” jawabku sambil mencium tangan Ibu.

Aku mengambil wudu untuk shalat Zuhur. Dari tempat wudu, aku melewati dapur. Di sana tak ada makanan. Di kulkas juga kosong.

“Bu, Ibu mau dibelikan makanan apa? Ini Salma juga mau cari makanan ke luar”, tanyaku setelah shalat.

“Ibu mau makanan padang, Sal,” jawab Ibu.

“Lauknya apa bu?” tanyaku.

“Tunjang atau kikil, Sal”

“Itu saja?”

“Tambah telur dadar boleh lah”

Aku pun bergegas keluar rumah untuk menuju rumah makan padang langgananku. Beruntung, di rumah makan padang itu masih tersisa satu lagi tunjang. Telat sedikit saja aku bisa kehabisan lauk.

“Bu, Salma ga lama-lama ya. Salma musti balik lagi ke kantor,” ucapku sambil menemani Ibu makan.

“Yaaahhh… kirain bakal lama,” ucap Ibu.

Setelah meninggalnya Ayah, Ibu memang tinggal di rumah itu sendiri. Pendengaran Ibu juga makin berkurang. Ukasya sebagai anak kesayangannya hanya sebulan sekali datang karena memberikan uang bulanan pada Ibu. Mungkin ia sudah pusing dengan permasalahannya dengan Syafri, anak satu-satunya. Ternyata dalam menghadapi Syafri, Ukasya juga menggunakan kekerasan. Syafri malas bertemu Ukasya.

Fachri memang sering menginap di rumah itu. Tapi ia masih berlaku seperti anak muda. Ia tidak menyadari bahwa Ibu juga sudah payah. Ia malah sering membiarkan Ibu ke sana ke mari untuk mencari makan untuknya. 

Zalina pun sudah agak jarang. Apalagi Bilqis. Setelah ayah meninggal, Bilqis sama sekali tidak pernah datang. Ia lebih sering mengirim Yumna untuk menggantikannya menginap. Aku tidak menyangka semua anak yang Ibu andalkan dahulu malah sangat jarang menjenguk Ibu.

Lihat selengkapnya