”Sal, ini buku RKP[1] dan RPJMN[2], dibaca ya. Buat kamu nanti nulis berita,” kata Alaya sambil menyerahkan dua buah buku yang cukup tebal itu.
Alaya adalah leader-ku di media konsultan. Ia bertugas dan bertanggungjawab mengawasi hasil tulisan-tulisanku.
”Alaya ini penulis buku yang aktif Sal. Satu tahun bisa terbit tiga buku. Terbitan gramedia semua pula,” kata Pa Imam.
”Wah keren dong. Pengalaman jadi wartawannya sudah berapa tahun?”, tanyaku saat menuju gedung Kementerian Perencanaan Pembangunan tempatku menjadi penulis berita internal dan press release di sana.
”Oh, sudah sepuluh tahun,” jawabnya dengan agak angkuh.
Setelah sampai di lokasi kantor pemerintahan tersebut, Pa Imam memperkenalkanku dengan orang-orang yang akan menjadi tim kerjaku setiap hari.
”Ini Arif, dia lima tahun jadi wartawan. Sebelumnya jadi wartawan internalnya KAI[3], kamu nanti koordinasinya dengan Arif ya. Ini Daffa, dia ini sebelumnya reporter di salah satu televisi swasta nasional. Sekarang dia mengerjakan media monitoring,” jelas Pa Imam, kami pun saling bersalaman.
Bukan main takjubnya aku mendengar latar belakang mereka masing-masing. Selain pengalaman mereka yang sudah matang, mereka juga punya pengalaman organisasi yang layak diperhitungkan. Daffa pernah jadi aktivis di kampusnya. Pa Imam juga pernah jadi ketua organisasi mahasiswa kampus.
”Nih, ini orangnya yang gantiin Risma ya,” kata Pa Imam ketika memperkenalkanku di hadapan Sadra, salah satu pejabat yang bertanggung jawab pada bidang kehumasan di Kementerian Perencanaan Pembangunan.
”Berhubung hari ini sudah menjelang sore, jadi kamu mulai besok pagi ya,” ucap Pa Imam lagi padaku.
Pa Imam dan Alaya kemudan pergi meninggalkanku bersama Daffa dan Arif. Aku pun mencoba bertanya pada Arif tentang job description yang musti kulakukan sehari-hari.
”Jadi setiap hari kan di sini selalu ada kegiatan, biasanya jam 08.00 pagi. Kita musti liput beritanya. Beritanya ini musti sudah naik cetak sebelum jam makan siang,” jelas Arif.
”Kalo info kegiatannya tahunya dari mana?” tanyaku pada Arif.
”Oh iya. Info kegiatan bisa kita lihat di mading harian yang ada di depan tangga masuk menuju ruangan ini. Nah kita harus pilih acaranya, sebisa mungkin di level menteri, wakil menteri, atau Eselon I,” paparnya menjelaskan.
”Kalau besok, acaranya adanya jam berapa dan di mana?” tanyaku tak mau repot mencari-cari lagi.
”Oh, kalau besok ini acaranya, yang mengisi adalah wakil menteri. Di ruangan serbaguna. Nanti sebisa mungkin kita di dalam sana ga usah lama-lama. Kalau dirasa sudah didapat poin berita yang bisa dinaikkan, kamu langsung buat beritanya saja. Soalnya kan kita dikejar target musti naik tanyang di website dan di mading sebelum jam 12 siang,” tambah Arif.
Mulai saat itu, hampir setiap hari aku meliput menteri, wakil menteri, atau eselon I yang sedang rapat atau sedang menerima tamu. Aku bahkan pernah meliput rapat pimpinan yang hanya berisi menteri, wakil menteri dan jajaran eselon I. Aku juga pernah sendirian meliput menteri yang sedang menerima tamu dari luar negeri di ruangannya.
”Sal, kamu ke acara ini ya, itu wakil menteri yang isi,” ucap Pa Sadra di satu kesempatan.
”Nanti kamu ke acara menteri di hotel yang ada di Kebayoran Baru,” ucap Pa Sadra di waktu lain.
Mungkin karena sudah jadi tanggung jawabnya, Pa Sadra jadi begitu perhatian padaku. Kadang, pulang dari hotel itu aku juga diantar oleh Pa Sadra. Aku dan Arif jadi terbiasa mendatangi hotel-hotel yang sedang diisi oleh menteri tersebut.
Pengalaman menjadi wartawan internal di Kementerian Perencanaan Pembangunan membuatku jadi banyak tahu tentang pembangunan nasional. Mereka rutin melakukan koordinasi dengan seluruh kementerian, badan, dan lembaga milik pemerintah lainnya baik di tingkat nasional mau pun di tingkat provinsi dan daerah. Sejak itu aku jadi tahu, bahwa pemerintah itu memang bekerja.