Bintang Di Langit Abu-Abu

kndln
Chapter #9

Hari Bersamanya

Hari-hari berjalan, setidaknya Naya sudah tidak paksa Juna untuk belajar, karena Juna yang selalu datang sendiri ajak belajar, sekali lagi Naya senang karena tanggal ujian juga sudah keluar.

"No. 28 gak tahu Nay," ucap Juna saat mereka belajar di perpustakaan.

"Mana lihat, 5 tahun yang lalu umur budi setengah umur Ibunya. Berapakah umur budi saat ini? pakai perbandingan."

"Gak tahu, kan umur orang gak ada yang tahu."

Naya terdiam mandang Juna yang tersenyum, "Bercanda, B."

Naya langsung tersenyum karena jawabannya benar dan memuji Juna yang memang pintar berhitung. Juna membenarkan apalagi kalau hitung duit. Naya ketawa karena lupa Juna itu pembisnis jadi perhitungan. Juna setuju karena memang harus begitu. Sampai akhirnya bel masuk bunyi.

"Lanjutin di rumah Jun kalo lu gak sibuk, biar selesai materinya," ucap Naya beresin buku.

"Gua sibuk ngurus toko," ucap Juna.

"Yaudah kerjain di toko."

"Gak bisa Nay, rame."

"Halah, gue pernah dateng sepi."

"Itu lu sore, kalo malem rame."

"Yaudah kerjain sore."

"Gak bisa, gua mau nongkrong."

Naya menghela nafas memandangi.

"Kan kita udah belajar setiap hari Nay."

"Pokoknya awas aja sampe nilai ujian lu jelek yah," ancam Naya tegas.

"Iya, iya, tenang aja, ini udah kan?"

"Udah."

"Oke, dah, gua duluan."

Juna langsung keluar perpustakaan. Namun saat di tangga, dipikir-pikir tidak ada salahnya juga untuk ia coba belajar walaupun pulang dari nongkrong, tokonya juga tidak yang rame-rame amat. Juna langsung balik lagi ke perpustakaan untuk pinjam buku Naya yang begitu sampai di pintu ia lihat Naya sedang pasang tangga lalu naik untuk taruh buku-buku matematika di rak, dan Juna beneran dibuat bingung, maksudnya kenapa tidak bilang kalau harus beresin buku-buku itu, kan bisa ia bantu. Naya yang sudah turun bingung lihat Juna berdiri di pintu memandanginya.

"Kenapa Jun?" tanya Naya.

Juna langsung tersadar dari lamunannya dan segera masuk menghampiri, "Am, gua mau pinjem catatan lu tadi."

"Beneran buat belajar gak?"

"Iya."

"Tadi lu bilang sibuk, soalnya kalau lu gak baca, gue yang baca."

"Baca."

Naya mengangguk paham dan kasih bukunya. Juna terima dan Naya langsung lipat tangga lagi yang saat ia mau bawa tapi Juna tahan, "Eh, sini Nay gua aja."

"Eh gak usah, gue aja," tolak Naya.

"Berat."

"Gue bisa," Naya tarik tangganya lagi dan bawa ke belakang rak. Juna benar-benar hanya bisa memandanginya aja, bingung, bingung banget sama Naya.



Suatu waktu pulang sekolah, seperti biasa Juna ke warung emak seberang halte yang udah dijadiin basecamp tongkrongan turun-temurun. Karena memang lagi dekat dengan Harris, Gita selalu ada di sana. Juna ambil gorengan dan di samping warung ada Gita yang lagi teleponan sama Mira karena sebut "Mir" dan kayanya lagi ngomongin Naya karena bilang, "Oh, Naya ajakin lu juga."

Dan sebenernya Juna tidak akan yang mau tahu atau ikut campur kalau aja ia tidak dengar lebih obrolan mereka.

"Iya, akhirnya dia duluan yang ngomong sama gue," ucap Gita "Nanya soal bazar gramedia, gue bilang aja gak tahu. Dia minta temenin Mir, gue bilang aja ada janji sama Harris. Pergi aja sendiri, kan selalu bisa sendiri."

Juna melirik, siapa dia yang dimaksud Gita, Naya?

"Bagus deh kalo lu juga nolak ha ha ha," ucap Gita lagi "Gue gak peduli sih Mir si Naya mau marah atau enggak baca chat kita. Bagus kalau dia tahu kalau kita gak suka sama dia. Tapi kayanya sih dia udah sadar kalau dirinya salah makanya tadi ngomong duluan sama gue. Gue langsung tolak aja, rasain ha ha ha."

"Woy Gita!" panggil Juna.

Gita noleh dan akhiri teleponnya. Gita kaget tidak tahu di belakangnya ada Juna, degdegan semoga Juna tidak dengar tapi kayanya dengar.

"Naya ke gramedia mana?" tanya Juna.

"Am, gu, gue beneran mau pergi sama Harris."

"Gua gak nanya lu."

"Gramedia blok m!" Gita langsung pergi memanggil Harris. Juna terdiam memandangi aja.


Gramedia Blok M.

Kalau aja bukan karena ada bazar diskon buku, Naya paling malas untuk ke Mall. Masalahnya ia pusing jika sendirian di keramaian, itu kenapa ia sempat ajak Gita. Tentang bagaimana penilaian Gita padanya, Naya pikir semua orang tidak harus menyukainya dan itu berlaku untuk Gita dan Mira. Naya hanya berpikir bagaimanapun mereka adalah teman yang kalau saling diam tanpa bicara juga akan semakin aneh. Naya hanya mau berdamai saja karena Naya juga menyadari dirinya memang kurang jadi ia ajak ngobrol duluan dengan ajak pergi tapi Gita menolak dan Naya tidak bisa memaksa.

Sampai di Gramedia, Naya cari buku pilihannya, menjelajahi rak tiap rak, ambil 1 buku sampai akhirnya Juna datang ngos-ngosan, "Nayy!!!"

Naya kaget dan bingung, "Eh Jun, disini juga?"

Juna mengangguk, "Iya, mau beli buku."

"Buku apa?"

"Tapi bukunya gak ada, terus gua lihat lu."

Naya hanya berdehem dan lanjut cari buku tapi tetiba Juna ambil buku dari tangan Naya, "Yaudah sini gua bawain."

"Eh, gak usah Jun," Naya tahan bukunya.

"Gapapa, gua bawain."

"Gak usah, gue bisa bawa sendiri."

"Udah gua aja," Juna langsung tarik buku Naya sampai dapat.

Naya kesal, "Yaudah lu bawain semua kalau gitu."

"Oke!" senyum Juna.

Dan akhirnya juna hanya nahan kesal karena banyak banget buku yang Naya ambil. Naya tersenyum nahan tawa dan mengingatkan Juna yang maksa bawa. Juna diam aja, sebenarnya tidak masalah karena ia laki-laki tapi bagaimana kalau ternyata dari antara 20 buku yang Juna bawa, hanya 3 buku yang Naya beli!!!

Mereka keluar gramedia dengan Naya yang masih terus ketawa sementara Juna tidak, hanya kesal, sangat kesal.

"Ha ha ha, kan udah gue bilang gak usah bawain," ucap Naya.

"Untung ada yang lu beli yah."

"Ha ha ha, jangan marah."

"Udah gak usah ketawa. Ketawa lu jelek."

"HA HA HA!!!" Naya semakin ketawa, "Mau ice cream gak?"

"Gak."

"Yakin? Ayo gue beliin!" Naya langsung jalan ke outlet ice cream, Juna ikuti.

"Mau apa cepetan?" tanya Naya.

"Strawberi."

"Katanya gak mau."

"Kalo gratis mau," ucap Juna.

Naya tersenyum tidak percaya lalu ketawa lagi lihat ekspresi bete Juna. Mereka menerima masing-masing ice creamnya, Naya bayar dan mereka pergi sambil menikmati itu.

"Makasih yah Jun," ucap Naya saat mereka turun eskalator.

"Buat apa?"

"Udah bawain buku ha ha ha."

"Awas lu ya begitu lagi."

"Eh, gak boleh marah, gue udah beliin ice cream."

"Tapi lu nyebelin Nay."

"Bercandaa--"

"Gak lucu."

"Lucu kok, gue ketawa ha ha ha."

Juna diam aja menikmati ice cream sampai mereka di lobby dan Naya berhenti di sana.

"Yaudah intinya makasih Jun, gue duluan yah, dadah!"

"Eh lu naik apa?"

"Busway. Lu ke parkiran kan. Gue lewat sini aja," Naya tunjuk pintu lobby.

"Bareng gua aja."

"Oh, emang searah?"

"Enggak sih."

"Ye, yaudah gak usah."

"Tapi gapapa, ayo."

"Gak usah Jun, Gue naik busway aja."

"Jangan gitu."

"Rumah gue jauh banget."

"Ya terus?"

"Nanti lu marah."

"Gak marah. Ayo!" Juna tarik tangan Naya yang langsung kaget terdiam tidak percaya memandang Juna tanpa berkedip.

Sampai mereka di parkiran, Naya benar-benar yang lagi senang banget melihat Juna terlebih ini kedua kalinya mereka boncengan. Naya jadi teringat saat boncengan pertama dan tidak sengaja memeluk Juna, Naya semakin senang karena berkhayal boncengan kali ini mereka bisa pelukan lagi gak yah?

"Nay!" panggil Juna untuk kesekian kalinya.

"Ehiya!" kaget Naya tersadar dari khayalannya. Motor Juna sudah nyala. Naya langsung segera naik.

"Udah? pegangan," ucap Juna injak kopling motor.

"Iya udah," angguk Naya pegang besi jok motor, Juna sampai menoleh dan jalankan motornya pelan.

Saat diperjalanan pulang Juna buka obrolan, "Nay, mulai besok belajar setiap pulang sekolah juga yuk."

Lihat selengkapnya