Senin, Januari 2015. Hari pertama masuk sekolah semester II.
Sama seperti SMA pada umumnya yang kalau Senin melaksanakan upacara bendera, SMAN 1945 Jakarta pun begitu.
Lantunan lagu Indonesia Raya sedang dikumandangkan, seluruh siswa dan guru dengan hikmat memberi hormat, namun bagaimana jika ada seorang siswa dengan penampilan agak berantakan ternyata baru datang. Tidak langsung masuk, siswa itu diminta tunggu digerbang sampai Pak Guntur, guru kedisiplinan, datang. Satpam memang tidak diizinkan untuk membiarkan masuk siswa yang datang terlambat apalagi kalau orangnya itu, Juna.
Oleh Pak Guntur, Juna dihukum berdiri terpisah dari seluruh barisan kelas, iya, berdiri ditempat paling belakang dimana panas matahari sudah jatuh menyeluruh. Juna jalan mengikuti Pak Guntur dengan beberapa mata memandangnya yang salah satunya adalah Mira. Juna terdiam melihat Mira yang tidak lama-lama memandang karena langsung hadap depan lagi. Pikir Juna hanya dua: Mira sedang hikmat upacara atau Mira sedang mengabaikannya karena semalam mengajak pacaran. Mira tidak menolaknya, hanya saja Mira minta waktu untuk memberi jawaban. Juna setuju, karena baginya, tidak masalah untuk menunggu siapa pun, berapa lama pun selama masih menginginkannya.
Sambil memberi amanat, pembina upacara yang adalah Kepala Sekolah menyebut nama Ruben dan Naya untuk diminta maju menerima penghargaan sebagai juara satu lomba matematika tingkat walikota. Semua guru dan siswa bertepuk tangan termasuk Mira dan Gita yang adalah teman Naya. Mereka terkenal bagaikan genk karena kemana-mana selalu bertiga. Sama-sama terkenal hanya saja beda penilaian. Mira, cantik tapi tidak pintar. Gita, cantik dan lumayan pintar. Naya, paling pintar tapi tidak cantik.
Sementara, Juna merasa malas melihat bahkan tepuk tangan untuk serah terima penghargaan itu. Sama seperti Mira, Gita dan Naya, Juna juga siswa terkenal sebagai siswa bermasalah sejak kelas 1, siswa yang sering bolos, sering tidak mengerjakan tugas, penampilannya berantakan, sering datang terlambat bahkan terakhir pernah berantem pukul-pukulan dengan si Budi siswa kelas 3 yang berujung dengan surat panggilan orangtua dan surat peringatan kedua. Kena marah Ayahnya pun, Juna hanya akan bela diri kalau dari awal ia memang tidak mau sekolah. Jadi baginya, jika ia buat masalah, ya bukan hal yang salah. Ayahnya hanya bisa istighfar mendengar itu.
Pada dasarnya Juna tidak suka melakukan sesuatu jika dipaksa, kalaupun ia lakukan pasti akan ia kacaukan, termasuk sekolah. Beruntungnya ada sosok Mira yang bisa menahan sikap keras kepalanya. Kalaupun ada alasan Juna harus datang ke sekolah, itu hanya karena ia MAU MELIHAT DAN KETEMU MIRAAA!!!!
Kelas 2A.
Selesai upacara, suasana kelas masih ramai karena guru belum datang. Ruben hampiri meja Gita dan Naya yang memang sekelas. Ia berikan sebuah kue, hadiah tahun baru katanya. Gita dan Naya langsung menerima dengan senang hati. Tidak lama kemudian, datanglah Mira bawa hadiah juga.
"Gue dapet ini, ada di laci meja, gak tahu dari siapa," ucap Mira.
"Pasti dari fans lu," ledek Gita "Kalo gak dari Kevin, Rian, Billy, oh, jangan-jangan dari Juna!"
"Ya gak tahu, udah makan aja," gumam Mira tidak mau ambil pusing.
"Gua juga ada buat lu nih Mir," ucap Ruben memberi hadiahnya.
Mira tersenyum senang menerima itu tapi tidak lama-lama saat ia menyadari kalau hadiah kue untuknya, Naya dan Gita, berbeda.
"Kok kue Gita coklat sendiri Ben?" bingung Mira.
"Lu suka coklat kan Git?" tanya Ruben. Gita mengangguk.
"Tapi gua Naya kan gak suka strawberi," protes Mira.
"Eh, gapapa Mir," ucap Naya bingung tapi setuju dengan Mira karena ia alergi strawberi.
"Oh lu berdua gak suka," bingung Ruben.
"Gapapa Ben, suka kok," senyum Naya menyakinkan.
"Kalo gak suka, kasih orang rumah aja yah, gua gak tahu," ucap Ruben.
"Iya kan lu tahunya cuma tentang Gita doang," ucap Mira yang lama-lama tersenyum.
"Ha ha ha," tawa Ruben dan Gita bersamaan.
Naya hanya tersenyum saja yang lama-lama terdiam dengan bercandaan itu. Guru masuk dan Mira segera keluar karena dia kelas 2B.
Gita langsung keluarkan handphone, entah ketik apa, tapi yang Naya lihat itu akun line Ruben, bahkan Gita sambil senyum-senyum gitu ngetiknya. Naya mau tanya tapi Bu Medina, guru Biologi, lebih dulu beri ucapan selamat atas kemenangan lombanya. Naya tersenyum ucap terima kasih. Bu Medina minta yang lain contoh Naya yang terus membanggakan sekolah, semua hening, beberapa tidak peduli termasuk Gita yang masih asik chating dengan Ruben. Kelas dimulai lalu diakhiri dengan tugas kelompok. Ruben langsung panggil Gita untuk satu kelompok. Gita tersenyum senang langsung memberikan jempolnya tanda oke dan Naya hanya terdiam melihat itu, melihat Gita yang langsung tulis di kertas nama-nama kelompoknya : Ruben, Gita, Naya.
"Nay, satu lagi siapa yah?" tanya Gita.
"Terserah," ucap Naya langsung baca buku.
Gita langsung beranjak dan hampiri meja barisan belakang. Lagi-lagi Naya hanya menoleh ke Gita yang sedang bercanda dengan anak meja belakang yang salah satunya adalah Ruben. Tidak lama-lama, Naya langsung hadap depan lagi, kembali baca buku lagi. Iya, matanya memang ke buku tapi telinganya terarah pada gombalan Ruben untuk Gita lalu yang lain meresponinya ramai, heboh dan tertawa. Buru-buru Naya keluarkan headset yang langsung ia pakai. Tapi tetap saja, batinnya ribut berbisik, "Ada apa yah sama Ruben dan Gita."
Karena saat pulang sekolah, Ruben dengan semangatnya langsung ke meja Gita dan Naya.
"Git, jadi pulang bareng gak kita?" tanya Ruben.
Naya langsung noleh melihat Ruben lalu lanjut beresin buku lagi.
"Gue dijemput Ben," ucap Gita beresin buku juga.
"Ya curang. Katanya kalo kalah pulang bareng."
"Ayah gue jemput. Pulang sama Naya aja tuh."
"Mama gue jemput," ucap Naya langsung berdiri jalan keluar kelas.
"Eh Nay, bareng!" Gita langsung buru-buru keluar kelas juga. Ruben pun mengikuti sampai mereka bertiga jalan di koridor.
"Udah SMA juga, masih aja dijemput orangtua," gumam Ruben.
"Makanya punya orangtua," ucap Gita.
"Gua punya woy!"
"Ha ha ha," ketawa Gita nyaring.
"Gua cabein ya mulut lu!"
"Nayaaaa-- ha ha ha," teriak Gita sembunyi di samping Naya karena Ruben mendekati.
Naya hanya tersenyum tidak nyaman oleh keduanya. Makanya saat ia lihat mobil Mamanya sudah di lapangan, ia langsung lari tanpa salam perpisahan ke Ruben dan Gita seperti dadah atau duluan yah, tidak ada. Ketawanya Ruben dan Gita pun sampai terhenti melihat itu.
"Hati-hati Nay!" teriak Gita dan beneran tidak digubris oleh Naya yang langsung masuk mobil.