Andre Harisa Putra, siswa baru yang ganteng, rapi dan kalau jalan parfumnya langsung menyerbak wangi membuat mereka yang lewat langsung menoleh memandang. Banyak siswi dari kelas ke kelas membicarakan Andre dengan berbagai topik yang merujuk pada kesan mengagumi dan menyukai.
"Gak ganteng!" ucap Mira saat jam istirahat sedang makan dengan Gita dan Naya di kelas 2A.
"Gue udah gak ngerti lagi sama tipe lu Mir," heran Gita.
"Tapi dia emang biasa aja. Semua orang ngomongin dia, lu Naya juga suka sama dia, gue bingung darimananya sih yang kalian bilang ganteng itu."
"Gue penasaran siapa yang jadi pacar lu nanti Mir, pengen gue lihat seganteng apa coba," ledek Gita.
"Gue juga penasaran Git," setuju Mira.
"Yeee, eh terus Nay, denger-denger Andre belum punya pacar!"
"Ohiya? tahu darimana?" tanya Naya.
"Andira, lu tahu kan dia cewek gosip."
"Ya namanya gosip belum tentu bener Gita," protes Mira.
"Tapi terbukti emang belum punya pacar."
"Ya terus lu mau pacarin? inget Ruben!"
"Ih bukan, udah lu kalo gak suka sama Andre, diem deh Mir. Maksud gue, Naya kan suka dan gak punya pacar juga, deketin aja si Andre."
"Ha?" bingung Naya.
"Eh, iya yah, lu gak pernah deket cowok kan Nay?" tanya Mira, Naya geleng.
"Harus coba!" ucap Gita yakin.
"Ha ha ha, kayanya enggak deh," tolak Naya.
"Ih gapapa coba dulu. Kan kalian udah pernah ngobrol. Kalo ketemu sapa aja Nay, ajak ngobrol lagi, bantuin dia belajar kek apa kek, gitu," saran Gita.
"Ta, tapi gak ngobrol juga sih Git waktu itu," ragu Naya.
"Ya setidaknya dia udah tahu lu kan, mumpung Andre lagi disukai banyak cewek juga jadi lu ikut-ikutan aja, siapa tahu lu yang bisa deket, terus pacaran, terus double date deh sama gue dan Ruben," senang Gita.
"Ha ha ha geli banget gua," ketawa Mira "Tapi iya sih Nay, kalaupun Andre tenyata udah punya pacar atau suka sama cewek lain, lu juga gak akan malu karena yang patah hati juga banyak."
Gita membenarkan. Naya terdiam saja mendengar dan memikirkan itu.
Dekat dengan Andre? Naya ragu. Tapi bukankah Kepala Sekolah bilang kalau Naya bisa bantu Andre belajar jika mau, haruskah ia coba?
Berhari-hari Naya pikirkan itu namun ia langsung tepiskan karena pertama, tidak ada permintaan belajar dari Andre bahkan pertemuan mereka di ruang Kepala Sekolah terbilang cukup singkat dan tidak ada obrolan apapun, Naya ragu Andre masih mengingatnya. Kedua, Naya pikir ia hanya seorang cewek pada umumnya yang suka dengan cowok ganteng, bukankah itu normal. Jadi lebih baik berhenti memikirkan Andre dan percepat langkah menuju perpustakaan, namun bagaimana jika di koridor depan, orang yang sedang ia pikirkan itu, muncul!
Langkah Naya tetiba terhenti begitu lihat Andre jalan ke arah menghampirinya. Jantungnya berdebar kencang dan pikirannya terus mengarah pada ucapan Gita dan Mira. Entah kenapa Naya jadi degdegan sendiri apalagi saat Andre semakin mendekat dan dibenaknya hanya terlintas ucapan Gita coba dulu, sapa aja, ajak ngobrol, senyum.
"Andre," ucap Naya senyum melambaikan tangan tapi Andre melewatinya begitu saja.
Senyum Naya langsung memudar dan terdiam panik menurunkan tangannya sambil melihat kanan kiri yang untungnya lagi sepi. Naya langsung buru-buru masuk perpustakaan yang sampai di dalam, Naya bingung tadi suaranya yang kekecilan atau Andre yang emang mengabaikannya sampai tidak jawab. Naya mengatur jantungnya yang masih degdegan.
Hari-hari berjalan dan Naya merasa sepertinya Andre memang mengabaikannya. Karena beberapa kali saat mereka tidak sengaja ketemu berpapasan lagi, Naya tetap menyapa dan Andre tetap melewatinya begitu saja, tidak ada respon apapun padahal suara Naya sudah dibuat sekencang mungkin. Naya yakin Andre memang tidak mengingatnya. Naya ceritakan itu pada Gita di kelas saat istirahat.
Gita hanya terdiam lalu hela nafas, "Sebenernya gue mau bilang ini dari lama tapi gue gak mau mematahkan harapan lu Nay."
"Maksudnya?" bingung Naya.
"Menurut informasi yang gue dapet dari kelas lain, Andre itu setara dengan 3 permen milkita yang ditaruh di kulkas 5 pintu. Dia manis tapi dingin, kaku, beku!"
"Setuju!"
"Gak cuma ke lu Nay, dia cuekin semua cewek."
Naya terdiam.
"Tapi gapapa Nay! Kalian mirip kok, sama-sama cuek. Kayanya kalau kalian dekat akan mudah untuk saling memahami deh."
"Udah, udah, Git."
Di SMAN 1945 Jakarta, setiap Jumat pagi yaitu dari jam 07.00 sampai jam 11.00 adalah jam esktrakulikuler dimana seluruh siswa siswi tidak ada kegiatan belajar karena wajib mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.
Naya terlihat buru-buru turun tangga sambil bawa peralatan math club yang diminta guru pembinanya kembalikan ke gudang peralatan samping tangga. Namun bagaimana jika saat di belokan tangga, muncul Andre yang terlihat buru-buru juga mau naik tangga dan membawa gitar. Karena mereka tidak saling lihat, akhirnya mereka kaget saling menabrak. Kedua peralatan mereka jatuh terbanting.
BRANKK!!!!
"Yahhh, aduhhh!" kaget Naya lalu panik saat lihat Andre yang terdiam memandang gitarnya rusak terbanting.
"Aduh, maaf Andre maaf, maaf gak sengaja!" panik Naya langsung ambil gitar Andre.
"Lu jalan pake mata gak sih!" bentak Andre.
Demi apapun Naya jadi takut karena sekalinya ngobrol malah kena marah.
"Gu, gue, gue gak sengaja, maaf yah."
"Maaf gak bikin gitar gua bener!" ucap Andre "Gua mau pake buat acara kartini besok!"
"Lu marah juga gak bisa bikin gitar lu bener," ucap Juna keluar dari gudang.
Naya dan Andre noleh melihat Juna yang jalan menghampiri dan langsung ambil gitar Andre dari tangan Naya yang kemudian langsung dilempar ke Andre yang untungnya ditangkap. Sekali lagi, Naya hanya bisa terdiam kaget dan bingung.
"Lu juga bisa benerin gitar sendiri kan, gak usah permasalahin hal kecil terus!" ucap Juna ke Andre.
"Oh, dia cewek lu?" tanya Andre.
"Eh, bukan, bukan!" panik Naya.
"Dari yang gua lihat, gak cuma dia yang salah," ucap Juna "Lu juga jalan gak pake mata makanya nabrak dia. Sebelum nyalahin orang lihat dulu lu bener atau enggak."
Juna langsung jalan pergi naik tangga. Andre memandang itu dengan tajam dan langsung membanting gitarnya lagi lalu pergi. Naya sampai terkejut kaget dan bingung lihat keduanya. Tapi Naya lebih bingung lagi lihat gitarnya.
Naya membawa gitar Andre ke kelas yang sepanjang jalan, orang-orang memandangi dan membicarakannya sambil menunjuk-nunjuk gitar Andre.
"Nay, demi apa sih Nay," ucap Gita kagum saat Naya di kelas "Lu udah seakrab ini sama Andre sampe gitarnya ada sama lu?"
"Kayanya gue dibenci deh Git," pasrah Naya.
"Maksudnya?"
"Gitarnya rusak gara-gara gue tabrak, dan dia mau pake buat kartini besok."
"Awal yang bagus Naya! Biasanya dari sini muncul kebersamaan."
"Gittt!"
"Ha ha ha, yaudah tinggal benerin pas pulang nanti."