Suatu waktu di Jumat pagi, jam ekstrakulikuler.
Naya diminta ambil math puzzle di lab oleh pembinanya. Sampai sana, tadinya saat Naya sudah ambil, ia ingin langsung keluar tapi tidak jadi begitu lihat Juna sedang tidur di pojok ruangan. Naya jadi teringat dulu Juna pernah keluar dari gudang tangga tapi saat itu ia kira Juna sedang ambil barang esktrakulikuler tapi sepertinya ia salah, Naya hampiri.
"Junaaa," panggil Naya pelan mengoyak tangan Juna.
"Junaaa--"
Juna terbangun dan kesal, "Apaan sih, Ah! Ganggu aja lu!"
"Lu ngapain tidur disini? gak ikut ekskul?"
"Gak!" Juna mau tidur lagi.
"Kenapa?"
"Ngantuk!"
"Ih, kalo lu gak pinter dipelajaran setidaknya lu pinterin di non pelajaran Juna, ikut ekskul, bukannya tidur disini."
"Terserah gua! Udah lu pergi kemana kek!"
"Yaudah, gue mau ke Pak Guntur."
Juna langsung melotot kaget dengar itu, langsung saja ia bangun dan tarik kaki Naya, "HE!!!"
BRAKKK!!
"ADUH, JUNA!!!" teriak Naya jatuh dan math puzzlenya berantakan.
"Lu jangan cari masalah yah sama gua!" marah Juna "Mau ngapain ke si Guntur?! Mau ngadu gua tidur disini?!"
"Mau kasih puzzle--"
Juna langsung terdiam karena ia kira Naya mau aduin dirinya.
"Sakit tahu gak," rintih Naya langsung bangun.
"Am, ya, ya makanya ngomong yang jelas!"
"Ya kan udah jelas, gue bawa puzzle terus mau ke Pak Guntur karena dia minta gue ambil. Lu yang gak jelas tiba-tiba tarik kaki gue, terus siapa yang cari masalah? lu yang buat masalah, puzzlenya berantakan sekarang nih!"
"Ya, ya, gua gak tahu."
"Beresin!" ucap Naya agak kesal.
Juna sadar ia salah, jadi nurut aja. Ia kumpulkan potongan puzzle angka yang berantakan itu lalu ia susun ulang tapi Naya langsung protes.
"Gak gitu caranya!"
Juna terdiam memandangi.
Lanjut Naya, "Susun berurutan. Lu lihat angka-angkanya, warna merah itu tambah, kuning kurang, biru kali, hijau bagi. Lu harus susun angka dengan operasi hitung sesuai warnanya."
"Lu bercanda ya?"
"Enggak."
"Gua gak bisa!"
"Yaudah, gue yang hitung, lu yang cari," Naya ambil kepingan-kepingan puzzle, disusun, dihitung.
"Delapan," ucap Naya.
Juna cari kepingan angka delapan "Nih."
"Sembilan."
"Lu laper?"
"Ha?" bingung Naya yang tetiba sedikit tersenyum "Am, i, iya."
"Pantesan minta cemilan," Juna kasih angka sembilan. Senyum Naya memudar, ia kira Juna perhatian atau mau ajak makan.
Di luar, sedang jalan, Andre terhenti begitu lihat Juna dan Naya dari jendela yang ia tidak tahu sedang apa tapi kayanya seru apalagi di dalam hanya ada mereka berdua. Tidak lama-lama, Andre jalan lagi ke kantin, udah janjian sama Mira disana.
"Makan apa Dre?" tanya Mira begitu Andre dateng.
"Bakso."
"Gue lagi bosen banget sama bakso."
"Mir, Naya sama Juna lagi deket yah?"
"Ha?" bingung Mira "Am, gak tahu sih, Naya gak pernah cerita deket sama siapa. Kenapa Dre?"
"Oh, enggak, soalnya akhir-akhir ini gua sering lihat dia sama Juna terus."
"Hmm, gak tahu sih. Tapi kayanya gak mungkin deket deh, soalnya Naya itu pilih-pilih temen dan dia gak mau temenan sama yang nakal kaya Juna."
"Hmm."
Jam istirahat selesai, Andre ke kelas duluan dan Mira langsung gabung dengan teman-teman kelasnya yang sedang jalan di koridor. Tidak lama, datanglah Naya menghampiri.
"Mir!"
"Eh, Nay! duluan aja guys," ucap Mira ke teman-temannya yang pergi duluan.
"Nih dari Juna," Naya kasih sekotak coklat.
"Ih, gak mau, buat apa," bingung Mira.
"Gak tahu dia, ambil aja."
"Jangan bilang lu deket sama dia buat bantuin dia deket sama gue yah Nay."
"Gak deket, tadi ketemu di lab, terus dia minta gue kasih ini ke lu."
Mira terdiam. Naya tarik tangan Mira untuk ambil tapi Mira nolak yang membuat Naya semakin paksa lalu akhirnya Mira ambil walaupun dengan menggerutu. Naya tertawa dan mengingatkan kalau Mira suka coklat bukan. Mira kesal karena sekalipun ia suka tapi kalau dari Juna, ia tidak akan mau. Naya tidak peduli dan menyudahi obrolan karena ia mau ke toilet, Naya langsung pergi. Mira panggil Naya tapi Naya hanya noleh tersenyum sambil jalan semakin jauh dan senyumnya semakin memudar begitu ingat lagi kejadian di lab saat ia selesai benerin puzzle dan Juna langsung beranjak dengan senangnya.
"Yes, akhirnya!" seru Juna.
Sementara Naya merintih kesakitan untuk bangun. Juna langsung terdiam melihat itu.
"Kaki lu masih sakit?" tanya Juna.
"Masih--"
Juna menghela nafas, "Jangan harap gua akan minta maaf atau bawain obat atau bawa lu ke uks yah, karena lu duluan yang buat gua kaget sampe akhirnya narik kaki lu."
"Kaget kenapa?"
"Semua orang tahu lu suka ngadu ke guru! Gua pikir tadi lu mau aduin gua ke si Guntur, makanya gua kaget."
Naya terdiam.
"Makanya lain kali ngomong yang jelas! biar gua gak salah paham!"