Ketegangan yang dibuat oleh Juna dan Ayahnya membuat suasana di ruang tamu jadi memanas. Juna menolak untuk ikut les privat yang Ayahnya minta dengan alasan tidak ada waktu lalu Ayahnya kesal dan mengancam akan kirim Juna ke pesantren kalo sampai Juna dikeluarkan dari sekolah. Juna langsung berdiri melawan dengan lebih kesal lagi karena Ayahnya tidak pernah mengerti dirinya. Juna bahkan marah karena dari dulu selalu menuruti dan melakukan semua hal yang Ayahnya minta sekalipun ia tidak suka. Juna mempermasalahkan dirinya merasa tertekan oleh didikan Ayahnya yang sangat egois. Ayahnya berdiri langsung menampar Juna. Ibu kaget dan berdiri langsung menahan keduanya. Juna terdiam sesak sendiri, entah karena sakit atau apa, airmatanya langsung keluar. Ayahnya marah membentak Juna sangat kurang ajar. Ibu minta Juna ke kamar. Juna diam aja. Ayahnya marah karena ia lakukan semua itu untuk kebaikan Juna. Juna marah karena ia tidak merasa jadi lebih baik. Ibu kembali membentak Juna untuk ke kamar. Juna langsung pergi tapi bukan ke kamar melainkan ke luar rumah. Ayahnya langsung duduk lemas menghela nafas berat dan sedih. Ibu juga sedih dan langsung menenangkan.
Juna pergi nongkrong bersama teman-temannya.
Hari-hari berjalan, Juna menyakinkan diri untuk menunggu hari dimana ia bisa keluar dari sekolah saja. Karena ia sadar diri, ia bukan siswa yang suka belajar, tujuannya ke sekolah bukan untuk belajar, tapi hanya untuk bertemu Mira dan lebih dari itu adalah untuk mempertahankan toko musiknya supaya tidak ditutup oleh Ayahnya.
Juna bukan mereka yang aktif belajar di kelas, bukan mereka yang sibuk urusin sekolah dan segala kegiatan di dalamnya, Juna bukan mereka yang rajin buat tugas, bahkan ujian kenaikan kelas kemarin, nilai Juna paling kecil dan dapat peringkat akhir. Bahkan Juna pikir ia tidak akan naik kelas tapi ternyata salah karena ia naik, dan bukanya senang justru ia bingung bagaimana bisa seorang siswa dengan nilai memprihatinkan, bisa naik kelas? ternyata Ayahnya yang bantu. Ayah Juna memang cukup memperjuangkan sekolahnya yang padahal Juna sendiri tidak mau masuk SMA atau sederajatnya.
Sejak lulus SMP, Juna tidak mau lanjut sekolah karena merasa lebih senang jualan di toko musik, lalu Ayahnya marah dan mempermasalahkan Juna mau jadi apa kalo tidak lanjut sekolah, maling atau gembel? Saat itu, Juna mau kerja di tokonya aja, itu kenapa ia mengancam kalau Ayahnya daftarkan sekolah, ia akan keluar dari rumah. Ayahnya mengancam balik silahkan Juna pergi dari rumah, ia bakar toko musiknya. Juna terdiam mendengar itu, mendengar toko musik yang sejak kelas 3 SMP ia buka karena ia suka musik apalagi Ayahnya pembisnis jadi sangat mendukung dengan memberikan modal yang saat dijalankan dengan sepupunya, Juna bisa mendapat keuntungan yang lumayan, jadi sangat sayang kalau harus bangkrut hanya karena kebakaran, Juna kalah. Ia masuk SMA pilihan Ayahnya yang lagi-lagi membuatnya seakan dijerumuskan gitu, karena SMA tempatnya sekolah itu sangat bergengsi yang dikenal sebagai sekolah tradisi juara. Siswa siswinya banyak yang pintar. Karena itulah sistem belajarnya ketat dan peraturannya banyak serta ribet makanya sering Juna langgar. Karena dimotivasi oleh rasa terpaksa, akhirnya yah begitulah Juna selama sekolah, tidak betul-betul niat sekolah, banyak buat ulah dan masalah karena dari awal ia memang tidak mau sekolah. Jadi akan dikeluarkan dari sekolah harusnya bukan hal yang menyedihkan untuknya.
Juna justru merasa lebih senang dan lebih bebas menikmati hari bersama teman-temannya untuk sekedar kumpul, makan gorengan di meja pojok kantin sambil nyanyi gitar-gitaran bahkan sampai buat live musik yang buat suasana kantin semakin berisik.
Setiap pulang sekolah, Juna selalu nongkrong di warung emak sampai menjelang magrib sampai satu per satu mulai pulang termasuk Juna yang akhirnya diminta emak warung untuk pulang karena hanya tinggal dia sendiri di warung. Juna pulang ke rumah untuk mandi lalu pergi lagi ke toko musiknya sampai malam sampai tutup dan Juna pergi kumpul dengan teman-temannya sampai bergadang yang paginya ia selalu datang terlambat.
Begitulah hari-harinya berjalan.
Tidak hanya nongkrong, sesekali Juna ikut teman-temannya main futsal edisi taruhan dengan sekolah lain lalu akhirnya menang, semua memuji kemampuan Juna, bahkan sampai Akbar, temannya yang adalah ketua tim futsal, memintanya ikut ekskul futsal aja dengan bangga Juna langsung tolak karena ia tidak suka dengan semua kegiatan sekolah yang banyak aturan dan ribettt!!!!
Kelas 3 diliburkan karena sudah selesai ujian nasional. Warung emak hanya dipenuhi oleh siswa tongkrongan dari kelas 1 dan kelas 2 yang mana salah satu penongkrong aktifnya adalah Juna.
Suatu waktu pernah ada rencana tawuran, rencana yang sudah lama Juna tunggu-tunggu akhirnya tiba. Karena kelas 2 adalah angkatan paling senior akhirnya Juna dan teman-temannya turun ke jalan raya Bulungan bawa BR, lari-lari melempar batu, melawan sekolah lain yang menyerang mereka lebih dulu dengan alasan yang tidak jelas makanya Juna kesal dan emosi lalu melawan mereka yang akhirnya mundur. Juna dan teman-temannya langsung lari pergi melarikan diri dengan teriak bersorak penuh kemenangan. Seketika Juna merasa jadi orang paling hebat di dunia HA HA HA!!!
Juna hanya ingin lebih banyak menikmati waktu sebelum akhirnya berpisah dengan teman-temannya. Jadi mari perbanyak main futsal, balapan motor, konser-konseran dan nongkrong sampai tengah malam dan itu semua bukanlah sebuah hal negatif. Juna kesal kalau ada yang nilai anak tongkrongan itu anak berandalan nakal yang tidak ada kerjaan, Juna berani sumpah, mereka tidak seburuk itu juga. Mereka hanya berkumpul untuk merokok, ngopi dan gitaran aja, selebihnya mereka hanya membicarakan apa yang terlintas aja, misalnya cewek-cewek di sekolah salah satunya adalah Mira yang memang selalu menolak cowok yang mendekati atau menyukainya, Billy pernah ditolak saat kelas 1, Juna langsung mainkan gitar dan nyanyi, You are not alone!
Semua langsung ketawa.
"Gua juga ditolak Bil," ucap Juna lagi.
"Ah, si Mira mah tipenya gak kaya kita," ucap Aji.
"Untung dia juga cantik ya, jadi wajar," tambah Akbar.
"Dia udah jadian belom sih sama si Andre?" tanya Billy.
"Belom kayanya," respon yang lain.
"Tapi menurut gua yang paling oke tuh si Gita," ucap Anton.
"Gak usah bawa-bawa cewek gua woy," ucap Harris.
"Lah, emang udah jadian?" tanya Bima.
"Belom."
"Yaudah kita bawa," ucap Juna.
HA HA HA, semua ketawa.
"Lu bawa si Naya aja Ris," ucap Tomi.
HA HA HA! semua kembali tertawa.
Tertawa kesal! karena mereka jadi ingat semua kejadian menyebalkan yang Naya buat salah satunya pernah aduin Akbar ke guru gara-gara main bola di kelas tapi memang kena kepalanya sih tapi maksud Akbar, ngapain ngadu!!!
"Untung kena," ucap Akbar.
HA HA HA, semua ketawa lagi.