CUP EKSTRAKULIKULER FUTSAL, DIMULAI!!!!!
Wasit meniup pluit, Akbar sang kapten menendang bola. Suara ramai penonton langsung memenuhi lapangan sekolah dan semakin bersorak ramai saat tendangan Juna mulus masuk gawang.
"GOOOOLLLL!" teriak komentator panitia "Tendangan yang keren sekeren orangnya."
"Gak cuma bisa cetak gol," lanjut komentator yang lain "Tapi Juna juga bisa mencetak peringkat 5 besar ujian sekolah kemarin!"
"Gimana gak makin keren gak tuh!"
"Gak usah gosip woy osis!" teriak Juna ketawa.
Komentator langsung ketawa dan semua terhibur.
"GOOLL!!!!" teriak komentator lagi begitu Juna lagi-lagi masukin bola ke gawang.
Juna langsung lari tos berpelukan dengan teman-temannya dan rasanya tidak terlalu buruk untuknya memutuskan bergabung dengan tim futsal sekolah.
Sejak mereka sering main futsal karena iseng-iseng dan taruhan doang, Akbar ajak Juna untuk ikut futsal sekolah tapi Juna langsung nolak, bukannya tidak mau hanya aja saat itu ia pikir akan keluar dari sekolah jadi buat apa ikut. Tapi akhirnya kan ia belajar bareng Naya dan suatu waktu Naya berikan catatan soal yang membuat Juna langsung ngeluh karena banyak banget.
"Selama tiga hari gua ikut lomba, kita gak bisa belajar bareng. Jadi lu harus belajar sendiri," ucap Naya saat mereka belajar di taman.
"Ngapain sih Nay lomba," gumam Juna.
"Daripada belajar doang, mending gue ikut lomba, kalo menang dapet duit."
"Oh jadi lu minta bayaran."
"Ha ha ha gak gitu."
"Besok gua bayar Nay."
"Bukannn, gue cuma seneng aja ikut lomba. Kaya ada hasilnya gitu dari apa yang pelajari. Lu juga harus cari kegiatan yang lu seneng Jun. Jangan sampai lu gak bisa dipelajaran, gak bisa juga dibidang lain."
"He!"
"Daripada lu tidur doang di lab, kenapa gak ikut ekskul aja. Ikut band sekolah, lu kan bisa main musik."
"Gak mau, yang ada bukan drum yang gua pukul tapi si Andre."
"Ih, berantem mulu."
"Gara-gara dia gua begini!"
"Iya, iya, sabar. Ya ekskul apa kek yang lu bisa. Gak semuanya tentang pelajaran dan nilai."
Juna terdiam.
Lanjut Naya lagi, "Lakuin aja apapun yang bisa buat bangga orang lain dan diri lu sendiri."
Saat hari Jumatnya, Juna bilang ke Akbar, "Bar, gua mau gabung futsal!"
Dan disinilah Juna sekarang, sebagai striker yang terus cetak gol dan itu membuatnya semakin dipandang keren. Beberapa siswi yang nonton banyak berbisik tentang Juna satu sama lain. Mereka langsung sibuk mencari sosial media Juna yang langsung diikuti begitu ketemu. Obrolan mereka terus berlanjut sampai bahasan informasi yang mengatakan bahwa Juna belum punya pacar! Yesss!
Turnamen futsal berlangsung semakin seru apalagi saat Juna bertingkah konyol di lapangan bersama teman-temannya yang selalu mengundang tawa penonton termasuk Gita dan Mira. Mira kesal harus merasa lucu dan kagum pada Juna tapi ia harus akui itu benar.
Sampai akhirnya, tim Juna masuk babak final. Sorak sorai dukungan terus ramai apalagi saat pertandingan dilakukan dan masing-masing tim saling cetak gol. Tim juna sempat kalah dibabak 1 membuat mereka berkumpul dan Juna menjelaskan strateginya, semuanya paham dan mereka masuk lapangan lagi yang mana hujan mulai turun. Seluruh siswa siswi langsung lari menonton dari balkon koridor lantai 1 sampai 4 termasuk Gita dan Mira yang kemudian datanglah Naya, ikut nonton.
Waktu pertandingan terus berjalan. Skor antar tim saling kejar-kejaran. Banyak penonton saling dukung dan teriak gregetan sampai akhirnya pluit wasit dibunyikan tanda permainan selesai dan tim futsal Juna dinyatakan, MENANG!!!!!!
"YESSS!!!!" teriak Gita dan Naya bersamaan dengan senang dan kagumnya. Mira hanya terdiam tersenyum melihat itu.
Juna dan teman-temannya langsung buka baju selebrasi di bawah deras hujan. Rambut yang dibiarkan lepek dan postur tubuh yang ideal membuat Juna digilai banyak penonton.
"Eh, si Juna kok jadi ganteng banget yaa!" kagum Gita.
"Iya Git," ucap Naya tersenyum memandang Juna.
Mira terdiam memandang Juna.
Juna tidak sengaja noleh ke Naya dan langsung tersenyum melambaikan tangan. Mira kaget langsung memalingkan wajah. Naya semakin tersenyum dan mau melambaikan tangan juga tapi tidak jadi begitu Gita negur Mira yang buang muka padahal Juna senyumin. Senyum Naya memudar dan langsung turunin tangan karena tersadar disampingnya ada Mira, batinnya kesal bisa-bisanya ia pikir Juna senyum padanya.
"Ih, dia gak senyum sama gue kali," ucap Mira tersenyum bingung.
"Terus sama siapa?" tanya Gita "Lu mah selalu nolak dia."
"Bukan gitu--"
"Dia aja sukanya sama lu, ya senyumin lu lah, masa gue ha ha ha."
"Cie Mira disenyumin," ledek Naya.
"Ih, apaan sih kalian."
"Ih, salting ha ha ha," ledek Gita.
Mira kembali terdiam dan perlahan tersenyum lagi memandang Juna yang sedang foto-foto dengan timnya.
Sementara Naya harus kembali ke Aula karena babak final lombanya akan segera dimulai. Iya. Kebetulan ada jeda waktu, Naya sempatkan ikut nonton futsal, ia penasaran dengan Juna dan ia sangat senang begitu Juna menang.
Babak final kompetisi matematika dimulai. Kalau tahun lalu Naya dapat juara 1, ditahun ini juga sama, Naya kembali raih juara 1. Juara 2 dan 3 dari SMA lain. Naya senang maju ke podium tapi bagaimana kalau tetiba senyumnya memudar. Naya terdiam saat lihat banyak siswa siswi berdatangan dan menghampiri tim SMA lain, memberi selamat bahkan bunga lalu mereka foto bersama. Sedangkan Naya, tidak ada siapapun. Gita dan Mira pun tidak ada, mungkin masih nonton futsal tapi apa beneran tidak ada atau tidak tahu, batin Naya sedih. Sampai panitia osis yang memang kenal Naya menawarkan foto bersama tapi Naya langsung menolak tidak mau karena mereka tidak kenal juga. Ia langsung keluar begitu terima plakat dan hadiah.
Sampai di luar, Naya kembali berpapasan dengan Juna dan tim futsalnya di koridor. Naya terhenti memandang Juna.
"Nay!" sapa Juna tersenyum.
"Eh, Jun!" senyum Naya.
Teman-teman Juna terdiam saling memandang satu sama lain, beberapa berbisik tumben.
"Gimana lombanya, menang?" tanya Juna.
"Iya, juara 1."
"Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya," ucap Tomi dan semua langsung ketawa.