Setelah semua ke kamar Villa masing-masing, merapikan barang-barang lalu langsung kumpul di ruang tamu untuk ngobrol santai. Menjelang sore, Juna dan teman-temannya ke lapangan main bola yang dilanjutkan oleh berenang sambil jorok-jorokan, saling menenggelamkan, bahkan setelah itu main bola lagi.
Sementara Naya, Mira dan Gita jalan-jalan menelusuri alam disekitar Villa. Apalagi langit sore sedang bagus-bagusnya mendukung suasana mereka yang sedang cerita kalau awalnya Gita tidak percaya saat Harris bilang Juna ajak mereka semua liburan bareng di Villa Naya, ternyata benar, kok bisa Nay?
"Gue juga gak percaya sih, ternyata Mama lu seasik ini Nay," ucap Mira.
"Kok kita dari dulu malah takut yah ha ha ha," ucap Gita.
"Asik apanya, tadi gak denger," gumam Naya.
"Mungkin pembawaan Mama lu emang kaya gitu," ucap Gita.
"Iya, sebenernya dia baik kok," ucap Naya lagi.
"Tak kenal maka tak sayang sih, tenang Nay, gue udah sayang banget sama Mama lu ha ha ha," ucap Mira.
"Kalo sama Juna?" tanya Gita, Mira langsung diam, Naya memandang Mira.
"Kok diem?" bingung Gita "Biasanya langsung nolak ha ha ha."
"Iya yah ha ha ha!" tambah Naya.
"Iyakan Nay ha ha ha," ledek Gita.
"Lu tiba-tiba bahas Juna yah Git, ya gua bingung lah makanya diem."
"Udah deh Mir, jujur, lu kenapa akhirnya mau ikut liburan bareng?" tanya Gita.
"Karena ada kalian."
"Sebelumnya gua ajak, lu tolak yah, pas gua bilang ada Juna, lu bilang ikut."
"Ya setelah gue pikir-pikir, daripada gak ada kegiatan, mending ikut."
"Halah!"
"Tapi emang gak mau deket lagi Mir sama Juna?" tanya Naya.
"Emang dia masih mau yah? ha ha ha," kekeh Mira.
"Naya tanya lu mau atau gak?" ucap Gita.
"Ya tergantung Juna lah."
"Dih, Mir dari dulu lu yang gantung dia," greget Gita.
"Ya kalo sekarang dia udah gak mau gimana?"
"Tapi berarti lu mau?" tanya Gita.
Mira terdiam.
"Mau kan lu?!" ledek Gita.
"Juna masih mau kok Mir," ucap Naya.
Mira dan Gita langsung memandang.
Lanjut Naya, "Gue selalu bilang kan, alasan Juna belajar keras untuk ujian kemarin supaya nilainya bagus dan dia gak dikeluarin dari sekolah, karena apa? karena dia masih mau satu sekolah sama lu Mir."
"Waw," ucap Gita.
"Selama belajar bareng, Juna sering cerita tentang lu Mir, katanya dia jatuh cinta sama lu dari sejak kelas satu gara-gara kain pel--"
"Oh itu ha ha ha," kenang Mira.
"Iya, sejak saat itu, dia selalu mikirin lu setiap hari, selalu nunggu kabar dari lu dan akan senyum-senyum kalau pesannya dibalas bahkan seneng banget saat udah teleponan, kaya rasanya gak mau berhenti ngobrol tapi udah malem, terus besoknya nunggu kabar lu lagi, hampir setiap hari senengnya kaya gitu. Di sekolah, dia selalu merhatiin lu dari jauh, bahkan kalau lihat lu di koridor atau di tangga, yang tadinya dia gak mau lewat situ, tapi dia sengaja samperin cuma buat basa basi gak jelas karena yang penting bisa ngobrol sama lu. Walaupun akhirnya lu marah sama dia, lu kasar sama dia, lu menjauh dan minta dia pergi terus tapi dia akan tetap selalu ada buat lu, karena dia rasa mau gimanapun sikap lu, dia akan tetap senang kalau ada didekat lu," tetiba Naya terdiam karena ucapannya mengingatkannya saat mendekati Juna.
Mira terdiam, tertegun.
"Waw, se jatuh cinta itu Juna sama lu Mir," kagum Gita.
"Bener dia cerita kaya gitu Nay?" tanya Mira.
"Iya, awalnya emang gue yang ajak dia belajar bareng tapi yang akhirnya buat dia mau dan semangat belajar itu karena lu Mir. Juna masih mau satu sekolah sama lu. Dia mau buktiin kalau dia bisa jadi yang lebih baik seperti yang lu mau dan ternyata dia bisa kan. Dia dapat peringkat 5, dia menang futsal, penampilan dia udah gak berandalan lagi," Naya tetiba terdiam mengingat Juna "Am, Juna udah berusaha keras banget selama ini demi lu Mir. Jadi menurut gue, harusnya gak ada alasan lagi lu untuk nolak dia."
"Ah, Naya! Jangan buat gua semakin nyesel!" rengek Mira.
"Sukurin ha ha ha," tawa Gita "Makanya jangan nyari yang terlalu sempurna karena kesempurnaan itu dibentuk bukan dicari."
Mira menghela nafas, "Tapi jujur deh, gue nyesel dengan semua yang udah gue lakuin ke Juna. Gue selalu marah, nolak, ngejauh. Gue nyesel banget dan gua ikut kesini emang karena Juna, gue mau minta maaf dan gue mau bisa deket lagi kaya dulu sama dia."
"Lu emang harus minta maaf sih Mir," ucap Gita "Gue dan Naya yakin Juna pasti akan maafin dan kalian bisa deket lagi, udah lu makanya jangan banyak mau deh."
"Gue bener-bener nyesel banget Git."
"Lagian lu juga cantik kali. Juna pasti masih mau. Lu cuma perlu ubah sikap lu, perlakuin Juna dengan baik lalu pacaran deh, selesai!" yakin Gita.
Naya hanya diam aja yang akhirnya tidak mengikuti langkah Gita dan Mira lagi. Naya memilih jalan ke arah lain menuju Villa karena ia pikir Gita lebih punya banyak nasehat tentang percintaan. Tapi bagaimanapun, Naya setuju dengan Gita kalau Juna memang se jatuh cinta dan se serius itu dengan Mira. Naya jadi teringat bagaimana wajah tertekannya Juna setiap belajar tapi ia paksa harus bisa walaupun akhirnya tidak bisa. Naya juga teringat saat Juna berduaan dengan Mira di Mall pasti Juna senang banget walaupun akhirnya berantem sama Andre. Terus penampilan Juna juga berubah jadi lebih rapi disaat Mira sering mengeluhkan penampilan Juna yang berandal dan berantakan. Naya merasa Juna memang se tidak menyerah itu buat Mira.
Tetiba langkah Naya terhenti begitu suara ramai meneriakinya, "Awas Nayyy!"
Naya noleh kaget tapi bola itu keburu kena lengannya.
Naya teriak, "AW!"
Mereka semua yang main bola langsung lari menghampiri Naya.
"Nay, Nay gapapa kan Nay," semua ramai mengelilingi Naya.
"Si Juna tuh Nay yang nendang," ucap Aji.
"Sakit tahu!" keluh Naya pegangin tangannya.
Juna ketawa, "Maaf, maaf Nay, lagian jalan bengong."
"Sakit tangan gue!"
"Tangan ganti tangan!" ucap Bima.
"Ha ha ha!" tawa Juna "Yaudah mana yang sakit," Juna pegang tangan Naya.
"Gak usah!" tepis Naya.
"Mampus ha ha ha" puas Akbar.
Naya langsung pergi sambil bergumam, "Pasti sengaja kan lu."
Juna ketawa, "Gak sengaja Nay, sumpah!"
Naya tidak gubris dan jalan semakin jauh.