Bintang Di Langit Abu Abu

kndln
Chapter #14

Hari Terakhir Liburan

Keesokannya di pagi hari. Suasana menegangkan terjadi di kursi taman dimana Juna dan Naya duduk berhadapan dengan Harris dan Gita.

Sebenernya Gita sudah jelaskan kejadian semalam pada Naya di kamar. Tapi Harris tetap mau bicara langsung untuk memastikan Naya tidak ceritakan kejadian semalam ke siapapun, cukup antara mereka berempat saja.

"Demi kebaikan bersama yah Nay," ucap Harris "Kalau semalam itu bukan hal yang buruk apalagi buat orang pacaran kaya gua dan Gita, itu hal biasa Nay."

Naya memandangi Gita saja dan bilang, "Gue cuma khawatir sama akibat buruknya nanti, apalagi kalian ngelakuin di tempat terbuka lagi, gimana kalau Mama gue yang lihat?"

"Iya, iya Nay, kita minta maaf soal itu yah," ucap Gita.

"Jangan begitu lagi!" kesal Naya, Juna ketawa aja.

"Iya Nay, gak di tempat terbuka lagi," ucap Harris. di

"Di tempat tertutup ya," ucap Juna.

"Ha ha ha!" ketawa Gita dan Harris bersamaan, Naya enggak, malah kesal memandang Juna yang langsung diam.

"Itu mah wajar Nay buat orang pacaran," ucap Harris.

"Belom pernah pacaran dia Ris ha ha ha," ucap Juna.

"Ya selagi masih pacaran gak perlu kaya gitu, nanti kalo kenapa-kenapa gimana?!"

"Gak akan terjadi apa-apa kok Nay, tenang aja," ucap Gita.

"Pagiii!" sapa Mira baru datang "Seru banget kedengerannya, lagi bahas apa sih pacaran, pacaran?"

"Nih si Juna katanya mau pacaran sama lu," ucap Gita.

"Hm, mulai, mulai," ucap Juna.

"Si Juna lagi minta restu Gita Naya dulu Mir," ledek Harris.

"Enggak, enggak Mir jangan percaya, belum pada sarapan jadi ngelantur ngomongnya," ucap Juna.

"Ha ha ha iya tenang aja," ucap Mira "Lagian restu mah mintanya ke orangtua bukan ke temen."

"Ke orangtuanya nanti pulang dari sini," ledek Naya tersenyum.

"Cieee!" heboh Harris dan Gita. Juna enggak, malah kesal memandang Naya yang langsung diam.

"Ha ha ha, apaan sih, masih pagi juga," tawa Mira.

Haris beranjak pergi, "Ayo sayang cari sarapan yuk."

"Dadah guys," Gita langsung berdiri "Sayang tungguin!"

"Am, gue mau sarapan juga deh," Naya beranjak, Juna juga ikut beranjak.

"Jun gue mau ngobrol bentar sama lu," ucap Mira yakin.

Naya dan Juna langsung noleh ke Mira.

"Sarapan berdua yuk?" tambah Mira.

Naya terdiam kaget dengar itu dan langsung lihat Juna yang terdiam juga memandang Mira. Naya tersenyum dan langsung pergi mengejar Gita dan Harris. Iya, Juna masih terdiam mematung memandang Mira karena kaget juga dipanggil, diajak, DIMINTA SARAPAN BARENG!!!

"Jun?" bingung Mira karena Juna memandanginya terus.

"Eh, iya Mir."

Mira tersenyum, "Kenapa?"

"Gak, gapapa," ucap Juna jadi bingung dan degdegan karena tersadar ternyata tinggal mereka berdua di taman itu.

"Oh, am, ayo sarapan bareng!"

"Am, bareng sama yang lain aja Mir," ucap Juna agak gugup.

"Ada yang mau gue omongin Jun sama lu, sebentar aja kok."

Juna jadi semakin bingung karena pertama kalinya diajak Mira yang sekali lagi mengajak ayo, Juna pun mengangguk dan mereka pergi berdua entah kemana, entah sarapan apa tapi yang jelas arahnya keluar gerbang Villa.

Sementara Naya buru-buru lari mengejar Gita dan Harris yang begitu sampai, dengan napas yang tidak beraturan langsung menyampaikan apa yang ia dengar dan lihat dengan penuh antusias dan rasa tidak percaya, MIRA AJAK JUNA MAKAN BARENG!!!!

"HA??!!! DEMI APA NAY??!!" Kaget Gita "Serius gak si Nayy? beneran? sumpah? ah pengen balik lihat."

"Eh jangan, jangan, yang ada kita ganggu mereka gak sih."

"Iya juga sih," setuju Gita "Ah, gue yakin banget, pasti pulang dari sini mereka bakalan deket lagi."

"Aku gak yakin ah," ucap Harris, Gita dan Naya langsung memandang bersamaan.

"Juna ada cerita ke kamu yah?" tanya Gita.

"Gak sih, nebak aja."

"Ih, siapa yang percaya sama tebakan!" kesal Naya.

"Yee, tebakan gua selalu bener, ujian gua cuman nebak, naik kelas."

"Itu kan juga dibantu nyontek."

"Yee, iya sih ha ha ha," tawa Harris "Eh, tapi emang beneran Nay, lu belom pernah pacaran?"

Antusiasme Naya tetiba hilang mendengar itu.

"Naya tuh terlalu banyak belajar sayang, jadi gak ada waktu buat pacaran, ya kan Nay?" bela Gita.

"Hmm," angguk Naya "Lagian pacaran bukan prioritas gue juga."

"Bukan prioritas tapi lu sampe kasih surat cinta ke Andre yak," ledek Harris.

"Itu Gita yang suruh!" kesal Naya.

"Ih tapi kan itu karena lu juga suka, apa salahnya diungkapin."

"Ya salahlah sayang, ungkapin perasaan juga harus lihat-lihat orangnya punya perasaan yang sama atau enggak, kalo gak punya yang ada cuma patah hati dan malu."

"Bener!" ucap Naya "Tapi sama Andre gue malu doang karena gak jatuh cinta juga."

"Jangan lagi yah Nay, apalagi lu cewek, tunggu cowoknya aja yang ungkapin duluan," ucap Harris.

"Tapi aku duluan nembak kamu," protes Gita.

"Kamu barbar sayang, kaget aku."

"HA HA HA kamu kelamaan!"

"Untung aku juga suka loh sama kamu."

"Iya, kamu beruntung ha ha ha."

"Kamulah yang beruntung."

"Kamuu!"

Langkah Naya terhenti tidak ikuti Gita dan Harris lagi. Ia terdiam beberapa saat memikirkan tentang surat cinta Andre yang sumpah demi apapun, ia hanya malu aja, tidak jatuh cinta. Naya noleh ke belakang lagi, ke arah taman dimana Juna dan Mira mungkin masih disana entah sedang obrolin apa tapi Naya yakin Juna pasti senang banget. Maksud Naya, sampai dititik ini pun, ia masih jatuh cinta pada Juna. Masih berharap Juna makan dengannya, sarapan dengannya, menemaninya. Bahkan saat Mira mengajak, Naya sangat berharap Juna menolak. Naya menghela nafas, entah kenapa jadi sedih sendiri dan memutuskan jalan lagi sambil teringat Mira yang senang banget juga semalam di taman, Juna juga banyak ketawa.

"NAYAAAA!!!" panggil Billy di lapangan.

Naya langsung noleh, ke arah teman-teman Juna yang memintanya ke lapangan. Naya bingung tapi aneh juga kalau menghindar. Naya hampiri yang mana Billy meminta Naya tendang penalti. Naya menolak sambil ketawa karena ia tidak bisa olahraga.

"Ah, lu waktu ulangan penjas, selesai duluan Nay," ucap Aji.

"Ayo Nay, tendang aja, kalau gol, kita jajan!" tambah Akbar.

"Am, ya, ya, yaudah deh, coba yah," ragu Naya.

Tomi memberikan bola di kaki Naya sambil menjelaskan cara nendang yang salah supaya tidak gol. Akbar ketawa minta Naya jangan dengerin Tomi dan mengajarkan cara nendang yang benar. Tomi protes minta Naya ajarannya aja. Akbar protes, Tomi bohong dan minta Naya ikutin arahannya. Naya jadi pusing sendiri dan langsung tendang bola kencang.

"GOOOLLLLL!!!!!!!!!" teriak Anton.

Naya kaget tidak percaya, Waw!

Akbar, Aji dan Anton teriak senang, Vamos Naya! VAMOSSS!!!!!! Naya langsung ketawa banget. Sejujurnya ia bingung kok bisa masuk tapi sudah terjadi, jadi, Vamosss!!! ha ha ha!!

"BIMA BENER-BENER LU YA!!" kesal Tomi tidak percaya.

"Gak ketebak ege!" ucap Bima.

Sebelumnya, mereka memang sedang main bola, saat adu pinalti, poin mereka tetap sama. Billy yang melihat Naya langsung terbesit ide, penentu pemenangnya adalah penalti Naya. Kalau Naya bisa, tim Akbar menang. Kalau Naya gak bisa, tim-nya yang menang. Akbar tidak setuju. Tomi setuju banget. Aji merasa ini pasti akan seru jadi ia bilang yang kalah beliin jajan. Billy langsung setuju dan panggil Naya yang langsung noleh, tendang bola dan gol!

Naya dan yang lain jajan di warung depan Villa, kebetulan ia juga belum sarapan, jadi sarapan bareng. Mereka saling tukar cerita dan bercanda. Naya sampai dibuat sakit perut karena ketawa oleh drama Billy dan Tomi yang pernah duet ambil nilai seni musik dan nyanyi lagu pelan-pelan saja, dan beneran disuruh pelan-pelan sama gurunya karena nyanyinya berisik. Ketawanya Naya terhenti begitu ia dapat pesan dari Mamanya yang mencarinya. Naya pamit pergi karena Mamanya cari. Semua setuju dan Akbar minta lain kali main bareng lagi. Naya ketawa lagi dan pergi. Tomi tersenyum aja sepanjang itu.

"Udah Tom, lu jadi senyum mulu," ucap Aji.

"Demen lu ya sama Naya," ledek Anton.

"Kagaaa," ucap Tomi masih tersenyum "Gua cuman seneng aja lihat dia bisa senyum, dulu-dulu kan gak pernah yah."

"Boro-boro senyum, dulu kalo lihat kita aja, dia udah benci banget," tambah Bima.

"Ya gimana gak benci, lu maksa minta jawaban sampe lempar pulpen ke meja dia Bim, gak inget lu!" ucap Billy.

Bima langsung ketawa karena saat itu ia sedang butuh jawaban jadi nanya ke Naya yang duduk didepannya tapi Naya diam aja, akhirnya Bima kesal dan lempar pulpennya, guru pengawas negur dan minta Bima keluar ruangan ujian. Mereka semua ketawa lagi dengan kisah yang entah berapa kali diceritakan ulang tapi tetap saja masih lucu.

Naya jalan menuju kamar Mamanya tapi langkahnya terhenti begitu dengar suara ketawa orang yang tidak asing dan itu dari dapur. Karena penasaran, Naya menuju dapur yang mana langkahnya langsung terhenti kaget begitu ia lihat Juna dan Mira sedang masak berdua sambil ketawa-ketawa. Naya langsung sembunyi dibalik tembok dan terdiam. Tetiba jantungnya langsung agak sesak, batinnya ribut untung saja ia belum masuk. Naya lihat lagi ke arah dapur.

"Junaaa, mata gue perih Jun," keluh Mira mendekati Juna.

"Eh, jangan diucek Mir," ucap Juna.

"Tapi perih, aduhh,"

"Diem, diem, jangan diucek yah soalnya bawang Mir," Juna mendekat ke mata Mira "Tenang yah, gua tiupin."

Juna meniup mata Mira.

Naya mau nangis melihat itu. Ia tahan gemetar ditangannya. Perih, perih banget rasanya.

"Masih perih gak?" tanya Juna.

"Masih, dikit lagi," jawab Mira.

"Gua tiup lagi yah." 

Naya langsung berbalik lagi, menghela nafas bersender di tembok. Ia mencoba menenangkan diri disamping jantungnya yang semakin sesak. Entah kenapa juga tangannya harus gemetar tapi maksud Naya apa Juna dan Mira benaran udah dekat yah? sedekat ini yah? lalu Naya teringat ucapan Juna semalam yang memintanya untuk berhenti dekatin Mira dengannya lagi, batinnya,"Oh, apa maksud Juna gak usah minta didekatin lagi karena mereka udah deket yah, lu udah gak perlu lagi Nay, gak usah ikut campur lagi."

Naya kesal dengan dirinya sendiri harus merasa sedih banget akan hal ini karena matanya jadi berair tapi kalau nangis juga akan aneh banget apalagi tetiba Mamanya manggil, "Naya?"

Naya kaget menoleh dan panik karena suara Mamanya kencang banget. Juna dan Mira juga langsung noleh. Juna langsung pergi menghampiri diikuti Mira.

"Kamu ngapain disini?" tanya Mamanya. Naya gugup, bingung dan semakin panik saat Juna dan Mira datang.

"Am, i, iya ini baru kesini. Am, tadi Mama nyari aku yah?"

"Mama mau mancing ke danau buat nanti malam, kamu mau temenin--"

"Ayo aku mau!!" senang Naya.

"O, Oke. Am, Mira Juna bentar lagi Imah dateng, nanti kasih Imah aja yah urusan dapur."

"Oh, gapapa tante," ucap Juna "Tante pergi aja sama Naya."

"Iya tante, biar aku dan Juna yang siapin makan siang yah, kita seneng kok masak di dapur ha ha ha," senang Mira.

Naya tersenyum saja, bingung juga mau merespon bagaimana yang akhirnya memilih pergi duluan. Mamanya pun menyusul pergi. Tapi entahlah, kenapa Juna jadi merasa bingung dan aneh pada Naya tapi segera ia tepiskan kebingungannya karena tidak jelas juga tapi ia bingung, ah tidak tahulah. Juna langsung kembali ke dapur. Mira langsung mengikuti.

Seperti liburan biasanya, Naya dan Mamanya selalu mancing di Danau Villa. Tapi tidak seperti liburan biasanya yang selalu diisi oleh cerita, ketawa dan kehebohan keduanya memancing. Kali ini, Naya hanya duduk dengan tatapan kosong memandang Danau sambil memikirkan bagaimana perasaanya pada Juna. Apalagi cuaca sedang mendung, mengingatkannya saat pertama kali dimotor berdua dengan Juna. Naya tidak ingat apa yang saat itu ia ceritakan tapi yang ia masih ingat adalah mereka neduh di halte begitu hujan turun lalu Juna memberi jaket untuk ia pakai disaat cuaca sedang dingin. Lalu mengantarnya pulang dan tidak sengaja mereka pelukan dimotor terus Naya senang banget saat masih pakai jaket Juna sampai kamar. Naya juga tidak sangka, mereka akan ketemu di toko musik dan Juna membantunya benerin gitar Andre. Naya bahkan masih senang banget saat mereka ketemu di gramedia, makan ice cream berdua dan pulang boncengan untuk kali kedua. Sampai akhirnya ada kesempatan dimana Naya bisa hampir setiap hari bicara dan bersama Juna, iya, saat belajar bersama di jam istirahat dan pulang sekolah. Mereka saling cerita satu sama lain, saling ketawa, walaupun pemarah tapi sikap Juna terasa hangat dan seakan peduli banget dengan pertanyaan sesederhana lagi kenapa. Naya teringat bagaimana sedihnya saat ia tahu Juna akan keluar dari sekolah untuk itu ia mau bantu belajar supaya mereka tetap bisa satu sekolah dan Naya senang begitu Juna mau dan semakin senang saat Juna jadi semangat belajar. Saat kertas peringkat ujian sudah ditempel dimading, Naya buru-buru datang demi melihat dan mencari nama Juna yang ia langsung senang banget begitu lihat ada diurutan ke lima!!! YES!!! Beberapa siswa siswi langsung berdatangan ke mading, jadi Naya langsung buru-buru pergi, takut Juna datang juga dan mereka harus ketemu, Naya tidak mau. Naya cukup lega saat Mamanya mengizinkan Juna main ke rumah yang selalu bawa banyak cerita dan itu seru. Naya akui ia menyukai semua hal tentang Juna. Naya akui ia se jatuh cinta itu pada Juna. Tapi ia lupa kalau ada Mira. Ia lupa kalau Mira punya tempat khusus dihati Juna yang mungkin sulit digantikan oleh siapapun termasuk olehnya. Juna pernah bilang kalau ia setia jika jatuh cinta yang berarti orangnya itu masih tetap sama, masih tetap Mira. Lalu Naya bingung. Bingung harus bagaimana mendamaikan perasaanya, bagaimana membuat perasaannya bisa mengerti kalau untuk kali ini harus berhenti dan mengalah lagi.

"Ini kita cuma diam-diaman nih kaya gini?" ucap Mama Naya, Naya tersadar dan menoleh tersenyum.

"Am, Mama ada cerita?" tanya Naya.

"Kamu?" 

Naya terdiam lalu menggeleng, "Hmm..nggak, nggak ada."

Mama Naya tersenyum dan katakan, "Mama ada."

Naya diam aja memandang Danau.

"Mama pikir Juna menyukai kamu karena kalian dekat."

Naya menghela nafas berat, "Juna itu sukanya sama Mira, aku cuma teman."

"Semua berawal dari teman kan."

"Tapi Juna gak suka aku Ma ha ha ha."

"Kamu sendiri suka?"

Naya terdiam lalu menggeleng, "Hmm...nggak."

Mama Naya tersenyum, "Tadi Mama lihat kamu lumayan lama nyender ditembok dapur. Mama ingat cuma ada Mira dan Juna disana. Ah, mungkin Mama terlalu sibuk kerja sampai gak sadar ternyata kamu udah besar ha ha ha."

Naya noleh memandang Mamanya.

Lihat selengkapnya