Juli, 2015. Hari pertama masuk sekolah semester satu, kelas tiga.
Juna semakin keren dan rapi dalam penampilan membuat banyak siswi terutama adik kelas menyukainya. Tetap berada di kelas 3D tapi tidak membuatnya dipandang buruk lagi. Orang lebih banyak mengenalnya sebagai cowok futsal yang keren, ganteng dan kaya karena ducati hitam baru hadiah dari sang Ayah saking tidak percayanya Juna bisa dapat peringkat lima besar sekolah. Namun seluruhnya tentang Juna, entah dulu atau sekarang, Juna tetaplah Juna, anak tongkrongan yang ramai entah di kantin atau di warung emak kalau pulang sekolah. Hampir satu sekolah kenal dan menyukainya termasuk guru-guru. Bahkan wali kelasnya sampai minta Juna jadi ketua kelas saja yang dengan bangga dan penuh rasa hormat, Juna langsung tolak.
Saat jam istirahat, Juna dan teman-temannya jalan memenuhi koridor yang membuat orang-orang disekitar langsung menyingkir namun memandang keren dengan tatapan terpesona.
Juna berbisik ke Billy, "Ini orang-orang pada kenapa sih ngelihatin, kaya kita maling aja."
"Karena kau telah mencuri hatiku," bisik Billy.
"Gua lagi gak gombalin lu sialan," ucap Juna memukul Billy yang ketawa aja.
Sampai mereka masuk kantin, semua mata pun banyak memandang termasuk Gita, Mira dan Naya yang sedang makan disalah satu meja. Juna tersenyum melihat Naya dengan melambaikan tangan. Mira dan Naya juga langsung lambaikan tangan. Tapi Naya tidak lama-lama begitu lihat Mira, ia langsung turunkan tanganya sebelum disadari.
Gita langsung beranjak, "Eh, ayo gabung sama mereka aja."
"Ayo!" semangat Mira langsung beranjak juga.
Naya? akan aneh kalo ia nolak mengingat mereka sudah liburan bareng, jadi ia kesana juga, ke tempat yang semakin ramai dan berisik oleh Juna dan teman-temannya yang gitar-gitaran. Naya tidak pernah sangka akan duduk dimeja yang pernah ia kutuk itu. Semua ramai menyambut Mira dan Naya yang memang pertama kali istirahat bareng. Berbeda dengan Mira yang memberi respon ramah dan penuh senyum ke seluruhnya, Naya justru langsung duduk dan makan. Melihat itu, Juna jadi pindah tempat duduk ke sampingnya.
"Makan apa Nay?" tanya Juna.
Naya malas jawab karena bentuknya juga Bakso, Juna juga tahu.
"Jun, lu mau makan apa? mau gue pesenin gak?" tanya Mira.
"Eh, gak usah Mir," ucap Juna "Gua minta Naya aja."
"Gak mau, enak aja."
"Pelit banget."
"Iya. Pesenin aja Mir, Bakso urat campur, gak pake seledri, sambelnya 3 sendok, kuahnya jangan banyak-banyak."
"Buset. Hapal lu Nay makanan si Juna," ucap Tomi.
Juna tersenyum memandang Naya yang tetiba gugup dan canggung.
"Iya, kok lu tahu sih," senyum Juna.
"Harris aja salah mulu pesenin gue makan," protes Gita.
"Aku lupa sayang," ucap Harris.
Sambung Aji, "Wah, jangan-jangan--"
"Am, kan pernah lihat lu beli bakso," ucap Naya memandang Juna "Lu pesennya gitu terus."
"Iya, iya, ha ha ha," tawa Juna.
"Gue juga pinter makanya hapal."
"Maksud lu gua begok?" tanya Harris.
"BENER!" ucap Billy.
"IYAK!" seru Harris.
HA HA HA semua ketawa ramai. Mira enggak, hanya diam lihatin Naya yang tetap makan.
"Am, yaudah gue pesenin yah Jun," ucap Mira lagi.
"Boleh Mir, makasih yah."
Mira tersenyum dan pergi ke tukang bakso yang sampai sana saat pesan, mata Mira terus memandang ke arah Juna dan Naya yang entah lagi obrolin apa tapi kelihatannya seru apalagi Juna duduk hadap dan lihatin Naya terus.
Jujur, Naya tuh berasa kalau sedang makan dilihatin hanya saja ia tidak mau noleh karena takut gugup tapi posisi Juna tepat disampingnya dan terus memandanginya. Naya memang menyukai Juna tapi ia tidak bisa diperlakukan seperti itu karena hanya akan membuatnya seperti orang aneh yang salah tingkah.
"Yaudah nih, A!" Naya memberikan baksonya ke Juna.
"Ha? A?" bingung Juna.
"Daripada lu lihatin gue makan terus, yaudah nih satu aja, A!"
"HA HA HA!" tawa Juna yang Naya langsung masukin aja bakso ke mulut Juna membuat Juna langsung tersedak.
Semua ketawa melihat itu termasuk Naya sendiri. Mira datang dan duduk memandangi Naya dan Juna yang seru berdua. Naya merasa bersalah, jadi ia kasih minumnya yang Juna langsung minum sampai habis.
"Lu bercandanya gak lucu yah Nay," ucap Juna.
"Lucu Nay lucu, bagus," ucap Akbar.
"Kan lu yang mau tadi ha ha ha," tawa Naya.
"Nih, gua gantiin," Juna pindahin baksonya ke mangkuk Naya.
"Eh gak usah Jun, gua kenyang ha ha ha," Naya pindahin lagi baksonya ke mangkuk Juna. Juna balik pindahin lagi, tidak mau. Naya juga tidak mau. Tomi kesal langsung ambil bakso itu pakai tangannya, "Ribet lu berdua!"
Semua ketawa lucu melihat itu kecuali Mira yang tetap makan tanpa ekspresi apapun melihat Naya dan Juna, khususnya Naya.
Jam istirahat hampir selesai, Naya beranjak ke kelas duluan karena walaupun memang menyenangkan tapi lama-lama ia pusing karena berisik. Mira pun juga sama, mau ke kelas duluan bareng Naya. Keduanya pergi yang sampai di koridor Naya masih terkekeh lucu dengan kejadian adik kelas yang datang-datang kasih gorengan buat Juna karena sudah dinyanyiin lagu Sephia yang diganti dengan Silvia sesuai nama adik kelas itu.
"Tapi Juna emang pernah cerita Mir kalau setiap istirahat tuh mereka gak banyak yang keluar uang tapi kenyang ternyata ngamen di kantin ha ha ha," cerita Naya.
"Hmm," angguk Mira.
"Katanya begitu cara mereka bertahan hidup di sekolah ha ha ha."
"Dia emang keren sih."
"Mungkin itu juga kali ya yang buat Juna disukain banyak cewek."
"Termasuk lu yah?"
Naya langsung terdiam kaget dan langsung noleh, baru sadar Mira tidak ada ketawa-ketawa nya.
"Am, termasuk gue apanya?" bingung Naya.
Mira memandang Naya serius, "Lu suka yah Nay sama Juna?"
"Enggak."
"Tapi deket banget?"
"Am, ya, gue Juna deket dari dulu, tapi biasa aja gak banget."
"Tapi lu gak ngedukung gue kalau tetap dekat kaya gini Nay."
"Ya terus harus gimana? masa musuhan?"
"Lu tahu kan gue lagi berusaha deket lagi sama dia tapi lu seakan-akan deketin dia juga."
"Juna yang deketin gue," ucap Naya langsung terdiam dan mengutuki dirinya sendiri, ngapain bilang begitu.
Mira semakin tajam memandang Naya sambil terkekeh tidak percaya, "Serius Juna yang deketin lu?!"
"Am, ya, ya gitu. Udahlah, gue mau ke kelas," Naya langsung pergi.
Mira jadi kesal memandang Naya dan entah sejak kapan ia merasa Naya sangat menyebalkan. Awalnya Mira hanya bingung untuk itu ia membahas tapi ia tidak duga kalau sepertinya Naya memang menyukai Juna makanya ia langsung kejar Naya lagi.
"Setidaknya gue gak naif kaya lu yah Nay!" ucap Mira ketika mereka naik tangga.
Langkah Naya terhenti dan menoleh, ia benar-benar tidak percaya, Mira masih mempermasalahkan hubungannya dengan Juna yang hanya sebatas teman itu.
"Kalo lu suka ya bilang aja suka, gak usah sok disukain atau dideketin deh!" kesal Mira.
"Lu kenapa sih Mir?"
"Gue kesel sama lu!" jelas Mira "Di depan gue Gita lu baik-baik, dukung gue lah, tapi dibelakangnya lu deketin Juna, sender-senderanlah di mobil, duduk deketan, tadi suap-suapan, apa kalo gak suka?!"
"Ya terus kalo gue suka, emang kenapa?!!" kesal Naya.