Pagi hari di sekolah.
Naya sedang baca buku di balkon koridor sambil nunggu jam masuk kelas. Tetiba pandangannya berpindah dari buku ke lapangan dimana motor Juna melintas ditengah keramaian siswa siswi yang baru datang lalu mereka seperti membicarakan Juna terlihat dari gerak geriknya yang ketawa-ketawa itu. Naya terkekeh bergumam, pasti Juna lagi merasa sok ganteng sekarang, tapi emang ganteng sih.
Naya menghela nafas bingung karena pesannya bahkan belum dibalas Juna juga. Tetiba Naya terdiam memikirkan sesuatu dan yah, ia putuskan untuk pergi menuju kelas Juna, bukan mau basa basi lagi, ia hanya mau tanya kemarin Juna kirim pesan dan telepon itu mau apa!
Naya semakin percepat langkahnya bahkan lari yang saat di belokan tangga, ia menabrak Andre. Naya teriak kaget dan bukunya jatuh. Andre juga kaget memandang Naya yang terdiam memandangnya juga. Dulu mereka pernah tabrakan begini lalu Andre marah tapi kali ini sepertinya tidak seperti dulu, Andre tidak marah justru langsung ambil buku Naya. Tapi bukan itu yang sedang Naya pikirkan.
"Nih," ucap Andre memberi buku Naya.
Naya langsung pegang tangan Andre, "Andre, lu sakit?!" kaget Naya.
Andre langsung tepis tangan Naya, "Apaan sih lu!"
Naya pegang tangan Andre lagi, "Tangan lu panas gini, demam yah?"
Belum Andre jawab, tetiba suara Juna muncul, "Bisa gak di tengah jalan gak!"
Naya dan Andre langsung noleh. Naya langsung bilang, "Jun, Andre sakit Jun."
Juna terdiam memandang Naya lalu Andre lalu langsung jalan melewati tanpa komentar apapun. Andre pun langsung pergi juga.
"Junaaa!" panggil Naya yang tidak digubris padahal Naya yakin kedengeran.
Naya semakin bingung dengan Juna tapi ia yakin Andre beneran sakit. Naya menghela nafas lelah rasanya menebak-nebak dua orang yang seakan menjauhinya. Kalau Andre mungkin Naya tidak bingung, tapi Juna, sebenarnya kenapa?
Di kelas, Naya terus memikirkan Juna dan ia kesal kenapa harus mikirin makanya ia bilang ke Gita, "Git, kemarin Juna pulang bareng Mira."
"Iya kan si Juna yang ngajak," ucap Gita sedang catat rangkuman.
"Ohiya?!" kaget Naya karena beneran baru tahu.
"Lu gak ada Nay, kemarin di kantin, Juna ajak Mira pulang bareng. Yah namanya juga cowok, kalo suka sama cewek gitu, ngajak jalan, ngajak pulang, ngajakkkk terus."
Naya terdiam mendengar itu lalu tetiba teringat ucapan Juna yang bilang sudah tidak suka lagi dengan Mira, mana?!
Gita terdiam lihat Naya yang ekspresinya terlihat sedih, "Kenapa Nay?"
"Eh, enggak, gapapa."
Gita hanya berdehem dan lanjut mencatat.
"Tapi, menurut lu mereka akan deket lagi gak yah Git?" tanya Naya.
Gita noleh, "Bukan akan sih, tapi mereka udah deket. Kita tinggal tunggu kabar mereka pacaran aja ha ha ha."
Naya hanya berdehem lalu tersenyum entah tanda setuju atau tanda paham kalau Juna dan Mira memang akan pacaran, keduanya memang sudah saling dekat dan saling mau.
Pelajaran berlanjut sampai jam istirahat bunyi. Gita jadi kesal sendiri dengan Harris yang tidak membalas pesannya. Naya noleh memperhatikan Gita yang masih mengoceh tentang Harris yang sudah tidak masuk selama tiga hari dengan alasan sakit, Gita hanya takut Harris mati, maksud Gita, kenapa tidak balas pesannya. Naya ketawa dengar itu dan minta Gita jenguk ke rumahnya. Gita kesal karena ia tidak tahu alamatnya. Naya ingatkan kalau Harris sedang sakit, wajar tidak balas pesan. Gita protes tidak setuju karena Harris tidak kena stroke. Naya langsung ketawa. Gita ajak Naya istirahat ke kantin, di meja pojok. Naya langsung nolak karena harus ketemu anak lomba mau serah terima. Gita langsung mengiyakan dan pergi.
Demi apapun, Naya beneran mau ketemu anak lomba di ruang bimbingan konseling. Ia sudah kelas tiga dan akan selesai sebagai tim lomba perwakilan sekolah untuk itu ia harus serah terima ke tim lomba baru yaitu Noldi, Rifa dan Surya. Sesampainya di ruang bimbingan konseling, Naya jelaskan semua prosedur lomba termasuk tips dan trick olimpiade. Semua fokus memperhatikan Naya dengan paham sampai serah terima selesai dan tidak ada pertanyaan dari ketiganya. Bu Dina, pembina lomba menyudahi dan membolehkan semuanya keluar.
"Kak Naya, aku ada pertanyaan kak," ucap Rifa balik lagi.
"Oh iya, gimana Rifa?"
"Kakak deket yah sama kak Juna?"
Naya terdiam, ia kira tentang pelajaran. Bu Dina sampai ketawa dan langsung keluar ruangan.
"Am, ya, lumayan dekat, kenapa emang?"
"Jadi, aku mau kasih sesuatu buat kak Juna kak, nanti tolong kasihin yah kak."
"Eh, enggak ah, kamu aja."
"Ih kak aku malu dan mau lomba."
"Yaudah gak usah kasih."
"Aku udah buat kak, aku minta tolong kak Naya, ya? ya? mau ya?"
"Maaf yah Rifa."
"Kak pleaseee!"
"Aku gak bisa."
"Oke, besok aku bawa barangnya. Makasih kak! Dadah!" Rifa langsung lari pergi.
"Eh, Rifa!!" panggil Naya kejar Rifa tapi sudah jauh. Naya jadi kesal siapa juga yang mau tolong.