Upacara selesai, bubarkan!
Siap bubarkan!
Semua siswa siswi bubar, beberapa langsung ke kantin seperti Juna dan teman-temannya, beberapa langsung ke kelas seperti Naya yang mendapati Gita sedang duduk tenggelamkan kepala di meja.
"Git, kalau masih sakit di uks aja," ucap Naya duduk.
Gita langsung bangun dan hanya menggeleng, "Gapapa Nay."
Naya hanya menghela nafas memandang Gita, sudah jelas ekspresinya letih, lesu dan pucat, apanya yang gapapa. Tetiba Naya bingung begitu taruh kotak bekal di kolong laci tapi kaya ada sesuatu yang mengganjal, Naya lihat ternyata ada kotak warna merah di dalamnya, ia ambil kotak itu, tertulis dari Rifa untuk Juna.
"Ih! Rifa!" kesal Naya dalam hati.
Naya benar-benar tidak percaya Rifa beneran melakukan ini. Ia langsung keluarkan handphone untuk telepon Rifa tapi tidak jadi karena ia tidak punya nomornya tapi Naya beneran mau marah, siapa yang mau kasih ke Juna. Naya taruh lagi kotak itu di kolong laci, biarin aja.
Seperti biasa, sebelum ke kelas, Mira sempatkan menunggu depan kelas 3D yang saat Juna dan teman-temannya datang, Mira langsung senang menghampiri.
"Jun buat lu!" untuk kesekian kalinya Mira berikan sarapan untuk Juna yang kali itu roti bakar.
Semua langsung senyum-senyum, ledek-ledekan, senggol-senggolan.
"Enak banget si Juna ada yang buatin sarapan tiap hari."
Juna hanya senyum, "Gak usah repot-repot Mir."
"Udah berapa kali sih gue bilang gak repot, gue suka masak apalagi masakin lu."
WHUUOAHH, ledek teman-temannya.
Bel masuk bunyi, guru-guru mulai berdatangan, Mira semakin menyodorkan bekalnya ke Juna yang akhirnya diambil.
"Nanti istirahat bareng yah Jun, dadah!" Mira langsung pergi.
"Jun aku juga bareng yah Jun," ucap Billy dengan gaya centil.
"Eke juga," Tomi ikut melambai.
Semua tertawa, Juna minta semuanya berhenti meledek dan seperti biasa ia beri sarapan itu ke teman-temannya yang langsung diterima dengan senang hati buat istirahat nanti makan pakai nasi. Guru tanya siapa yang tidak masuk. Ketua kelas menjawab Harris. Juna dan teman-temannya langsung terhenti ketawa karena sudah hampir seminggu Harris tidak masuk. Pelajaran berlangsung sampai jam istirahat bunyi.
Di kelas 3A.
Gita langsung buru-buru merapikan dan memasukan buku-bukunya ke dalam tas.
"Nay, gue mau izin pulang ambil buku," ucap Gita dengan ekspresi serius.
"Buku apa?"
"Fisika, nanti izinin yah, dadah!" Gita langsung pergi.
"Eh, Gitt!" panggil Naya yang mau tanya kondisi Gita sudah membaik atau belum.
Tapi Naya lebih bingung kenapa Gita buru-buru banget mau ambil buku, kayanya guru Fisika mereka bukan guru yang kejam kalau ada yang tidak bawa buku. Naya tetiba terdiam melihat tas gita, sebenarnya ia tidak enak melakukan ini, tapi ia sangat bingung pada Gita. Naya langsung tepiskan pikirannya yang ia rasa selalu berlebihan menanggapi sesuatu. Iya, apapun alasannya, biarlah itu urusan Gita, jadi jangan ikut campur. Tapi Naya penasaran, ia langsung buka tas Gita dan melihat buku-buku di dalamnya lalu terhentilah tangannya dibuku Fisika. Ada kan! Naya terdiam.
Bukan tanpa alasan kekhawatiran Naya. Dari pagi, Gita sudah terlihat aneh karena sangat letih, lesu dan pucat. Bahkan Gita pegang handphone terus kaya kirim banyak pesan gitu, mungkin ke Harris dan Naya tidak tahu apakah ada hubungannya dengan Gita yang tiba-tiba izin pulang ambil buku padahal bukunya ada, atau tidak. Naya merasa ini agak aneh lalu jadi kesal karena akhir-akhir ini semua orang membingungkan.
Biarkanlah Gita dengan urusannya dulu. Sementara Naya mau ambil kotak makan di laci yang membuatnya teringat pada kotak merah dari Rifa untuk Juna. Naya ambil kotak itu, sebuah coklat dengan catatan lucu bertuliskan untuk Kak Juna. Naya tersenyum lucu karena Juna bukan orang yang mau menerima hal seperti ini, dulu pemberiannya sering ditolak dan kalaupun diterima hanya pemberian dari Mira. Ah, entah gimana Naya menyadarkan Rifa kalau ini akan percuma. Naya langsung beranjak bawa kotak itu keluar kelas. Ia yakin jam istirahat, Juna sedang di kantin, ia akan taruh di mejanya aja. Sebenarnya Naya bukan tidak mau bantu tapi ia dan Juna kan sedang tidak bisa untuk ngobrol, kenapa? Naya kesal karena ia juga tidak tahu, hanya aja ia yakin Juna sedang marah padanya jadi menjauhinya.
Langkah Naya terhenti begitu ketemu Mira di tangga.
"Eh Mir," ucap Naya yang rasanya sudah lama tidak ngobrol dengan Mira.
Mira terhenti dan pandangannya ke kotak yang Naya bawa, pada nama Juna.
"Eh Nay, mau, mau kemana?"
"Am, ini adik kelas ada yang nitipin buat Juna."
"Oh, yaudah kasih gue aja, gue mau ketemu dia."
"Oh gak usah Mir, gue aja," Naya tetiba gugup, kenapa jadi jawabannya begitu.
"Gapapa Nay, gue aja!" Mira langsung ambil kotak itu dari Naya.
"Eh, Mir, gak usah!" kesal Naya ambil kotaknya lagi, ia kaget dan bingung, kenapa Mira main ambil-ambil aja.
"Ih, gapapa Nay, gue aja sini!" Mira langsung ambil kotak itu lagi "Gue mau ketemu Juna, oke!" Mira langsung pergi turun tangga.
"Ih Miraaa!!" panggil Naya kesal langsung mengejar.
Naya lari sekencang mungkin menuruni tangga mengejar dan memanggil Mira yang lari juga tapi bagaimana kalau saat Naya mendekat, justru Naya terserimpat tali sepatunya yang membuatnya menyenggol dan mendorong Mira.
BRUKKK!!!!
AWWHH!!
Aduhhhh!!!!
"Miraaaaa!!!" teriak Naya panik.
Siswa siswi yang ada langsung datang menghampiri dan menolong keduanya.
Di kantin meja pojok, Juna dan teman-temannya sedang asik makan, ketawa, nyanyi-nyanyi, tiba-tiba Anton datang dengan heboh, "WOY, WOY, Mira Naya jatoh ditangga!!"
"Ha?! serius lu?!" kaget Akbar langsung bangun.
Semua juga kaget mendengar itu.
"Serius anjir! Berdarah di uks!"
Juna langsung lari, semua juga ikut lari termasuk beberapa orang di kantin berlarian menuju uks yang sudah ramai oleh teman-teman kelas Mira dan tim pmr.
Juna dan teman-temannya datang menerobos membuat Pak Guntur semakin kesal, "Apa lagi ini sekarang?! Bubar gak?!"
Billy langsung ke Mira, "Mir gapapa kan Mir?"
"Sakittt," nangis Mira yang keningnya sedang diberi obat karena berdarah.
Naya hanya duduk diam saja memandangi sambil memegang kompresan es batu dikakinya yang memar, Juna lihatin terus.
"Yang lain yang gak urusannya keluar sekarang!" ucap Pak Guntur.
"Mereka temen kita Pak," ucap Tomi "Urusan mereka, urusan kita juga!"
Semua kaget melihat Tomi yang tetiba terdiam, dalam hati panik, "Duh ngomong apa sih gua."
"Oh oke, kalau gitu urusin sampe selesai yah. Kalau orangtua Mira dan Naya datang, kalian yang hadapin ya," Pak Guntur langsung pergi keluar.
"Mampus lu Tom! ha ha ha!" ucap Aji ketawa.
"Ye, bilang aja lu males Guntur!" gerutu Tomi.