Keesokan paginya, pagi-pagi banget, Juna sudah sampai di depan rumah Naya. Tidak tekan bel, Juna buka handphonenya lalu kirim pesan.
[Nay. Gua depan rumah.]
Juna langsung telepon, tidak diangkat dan ia kesal karena selalu begitu tapi mungkin Naya lagi mandi atau lagi ngapain karena memang masih pagi banget.
Kenapa Juna datang?
Karena kemarin pulang sekolah, sampai rumah dengan isi kepala yang banyak, Naya, kaki Naya, Akbar, Andre, termasuk Harris yang tidak masuk-masuk. Juna ambil handphonenya yang ketinggalan di kasur lalu terdiam begitu buka dan lihat ada banyak panggilan dan pesan dari Naya yang bilang Mamanya kerja di Semarang, gimana kalau mereka pergi sekolah bareng, ia isiin bensin. Bahkan Naya kirim pesan ia terlambat datang karena angkotnya lama banget, biasanya kalau Juna terlambat itu gimana. Pesan lainnya, Naya bilang kalau Pak Guntur sudah di gerbang, ada jalan alternatif atau tidak untuk masuk tapi jangan yang manjat tembok. Juna terdiam membaca itu semua. Ia kira Naya pergi sekolah bareng Andre sampai terlambat bareng makanya kemarin-kemarin Juna tidak nyaman ngomong dengan Naya. Juna ingin telepon Naya tapi Mira yang meneleponnya duluan. Juna angkat.
"Jun, kayanya tulang gue keselo deh jatuh."
Juna terdiam, "Kok bisa?"
Sepanjang Mira cerita, Juna memang mendengarkan tapi bagaimana kalau pikirannya justru dipenuhi dengan Naya yang ia rasa semakin aneh dan rumit jika perasaanya diseriusin. Juna juga sadar kalau yang Mira lakukan padanya supaya mereka bisa dekat lagi termasuk teleponan tidak penting begini karena dulu ia juga melakukan hal ini saat mendekati Mira. Juna juga bukan tipe cowok yang bisa langsung nolak kebaikan orang. Juna pikir apa ia jalani aja dengan Mira untuk kemudian perasaanya pada Naya bisa tetap sebagai teman karena tidak adil juga untuk Naya kalau ia marah karena cemburu. Dinyatakan perasaanya pun hanya membuatnya takut kalau Naya tidak terima lalu akhirnya menjauh.
Mira masih cerita, "Gue kesel aja sama papa gue, masa gue harus ke rumah sakit buat rongen, padahal kening doang dan butuh diurut aja, sembuh, yakan Jun?"
"Siapa tahu luka dalam."
"Selagi gue gapapa, gue gak mau."
"Masa tunggu parah dulu."
"Kalo ke rumah sakit, mau anterin gak Jun?"
"Harus sama orangtua Mir."
"Ah, gara-gara Naya nih, jadi panjang."
"Tapi lu juga salah karena main ambil barang dia."
"Kan gua mau sekalian ketemu lu."
"Ya ketemu emang harus sambil kasih barang? kan setiap hari juga ketemu. Gua jadi Naya juga pasti marah."
Mira terdiam.
"Minta maaf ke Naya."
"Gue gak salah."
"Ambil barang orang tanpa izin salah."
"Itu juga bukan punya dia."
"Tetep aja salah."
"Yaudah, yaudah habis ini gue minta maaf, tapi mau anterin gak ke rumah sakit Jun?"
Begitulah isi percakapan semalam. Untuk itu, karena katanya mau pergi sekolah bareng dengan janji bensin motornya diisin, lumayan, jadi Juna jemput Naya yang akhirnya keluar.
"Nay!" panggil Juna.
Naya terdiam melihat itu. Tetiba nafasnya sesak kaya capek padahal ia baru saja sarapan. Naya tidak merespon, entahlah, selamanya akan ia ingat hari kemarin.
Naya buka gerbang karena mau berangkat sekolah, harus pagi-pagi karena angkot lama. Selesai tutup gerbang, tanpa merespon Juna, Naya langsung jalan pergi. Juna jadi bingung dan canggung tapi ia bangun subuh, mandi, pakai seragam pamit berangkat sekolah sampe Ayah Ibunya bingung juga bukan tanpa alasan. Juna langsung lajukan motornya menyusul Naya.
Tin! suara klakson motor Juna menyamai langkah Naya.
"Nay," panggil Juna "Ayo berangkat bareng."
Naya tetap jalan, tidak menjawab.
"Nayy--"
Naya percepat langkah kakinya yang masih agak sakit tapi biarlah daripada harus berhadapan dengan Juna, ia sangat tidak nyaman.
"Angkot datengnya lama," ucap Juna lagi "Nanti lu telat lagi kaya kemarin."
Naya tetap tidak respon. Mata Juna mengarah ke kaki Naya, Juna percepat laju motornya berhenti melintang menghalang jalan Naya.
Langkah Naya terhenti.
"Apa sih!" kesal Naya.
"Gua udah sampe sini, ayo bareng."
"Gak ada yang minta lu kesini!"
"Yaudah kalo telat gak usah nanya lagi."
"Gue juga gak akan ngomong sama lu lagi!"
Juna terdiam, ia berusaha atur emosinya yang tidak beraturan tapi kalau marah, jangan, tujuannya mau baikan. Naya jalan lagi melewati. Juna segera susul lagi.
"Kemarin gua gak bawa hp Nay, jadi gak tahu lu mau bareng."
"Gue juga gak minta bareng sekarang."
Juna terdiam. Sampai Naya berhenti di halte, Juna juga ikut berhenti dan itu membuat Naya semakin kesal. Mau apa sih.
"Lu bareng Mira aja," saran Naya "Siapa tahu dia gak bisa jalan karena jatuh kemarin."
"Bisa."
"Yaudah jemput aja kesana. Belum berangkat dia jam segini."
"Ya gua udah disini, ngapain kesana."
"Ya gua juga gak mau bareng lu."
"Yaudah kalo gak mau."
Juna nyalakan motornya. Naya pandangi aja sambil batinnya nebak pasti marah lagi.
"Besok gua kesini lagi," ucap Juna.
Naya memandang bingung.
Kata Juna lagi, "Gua udah bilang dari sekarang yah, besok kita bareng."
Juna langsung lajukan motornya. Naya hanya diam saja, terserah, ia tidak peduli.
Tidak lama, Juna balik datang lagi, "Kalo diem artinya mau."
"Gak mau!!" kesal Naya.
"Oke, besok gua jemput!" senyum Juna dan langsung pergi lagi.
"Ih! Dasar gak jelas!" gumam Naya kesal.
Sampai di sekolah dengan tidak terlambat. Naya bingung begitu sampai di kelas lalu menemukan ada kantong plastik Indomaret dan itu hanya di mejanya. Naya buka ternyata isinya susu, roti dan coklat serta nota harganya yang ada tulisan Jangan lupa sarapan, Juna.
Demi apapun, Naya langsung melotot tidak percaya. Juna?! Ngapain?!
Naya benar-benar bingung banget sama Juna, ia khawatir Juna sakit jiwa karena se tidak jelas ini kepribadiannya. Naya langsung duduk dan menyimpan plastik itu lalu bersyukur karena kelasnya masih sepi jadi tidak ada yang lihat dan sekarang ia sedang bingung kenapa jadi degdegan, apalagi saat ia tahu ini dari Juna, kapan belinya, tadi? tetiba Naya langsung tersenyum karena buat apa Juna beli dan memberinya ini? terlebih apa ini juga alasan Juna berangkat sekolah pagi-pagi? mau ke Indomaret? Tetiba senyum Naya memudar dan langsung menyadarkan diri kalau Juna mungkin bersalah karena insiden kemarin secara tidak langsung melibatkan dirinya. Toh, pasti bukan hanya Naya saja, pasti ke Mira juga sama begini. Naya ambil kembali plastik Indomaret itu dan terdiam sesaat. Bagaimanapun semalam ia sudah yakinkan diri untuk kembali ke dirinya yang dulu dimana hanya memikirkan nilai dan harapannya selalu tentang nilai. Naya tidak mau memikirkan dan berharap apapun lagi pada Juna. Naya mau kembali ke dirinya yang dulu saat ia tidak jatuh cinta pada siapapun. Iya, semalam Naya sudah yakinkan diri kalau secepat ia bisa jatuh cinta maka secepat itu juga ia bisa melupakannya. Naya langsung teringat Rifa yang berhasil memenangkan lomba kemarin.
Jam masuk bunyi dan pelajaran berlanjut sampai jam menunjuk pukul 10 alias jam istirahat.
Semua siswa siswi keluar kelas termasuk Mira yang seperti biasa sudah nunggu depan kelas Juna untuk istirahat bareng. Juna sih iya-iya aja, kan ramean juga, yang senang justru si Billy.
"Kak Junaa!!" panggil seseorang.
Juna dan teman-temannya termasuk Mira langsung noleh ke arah empat siswi kelas dua tersebut, Mira bingung.
"Kak Juna, makasih yah buat sarapannya tadi pagi," ucap Rifa.
Semua langsung memandang Juna termasuk Mira.
"Ha? sarapan apa?" bingung Juna.
"Junn, Jun, semuanya disikat," ucap Bima. Semua langsung terkekeh.
"Roti susu di meja aku tadi pagi, ada note dari kak Juna juga. Makasih yah kak Juna."
Rifa dan teman-temannya langsung pergi lagi sambil ketawa-ketawa.
Semua langsung ramai meledek kecuali Juna yang diam saja karena bingung dan Mira yang tidak percaya melihat Juna. Juna langsung menjelaskan kalau sepertinya salah orang, ia tidak beri apapun, semua tetap meledek dan Mira kesal menghentikan ledekan itu karena ia percaya pada Juna yang memilih jalan duluan ke kantin dengan menyabarkan diri karena ia baru paham dan sangat yakin kalau Naya yang kasih makanan yang dimaksud siswi tadi alias itu emang dari Juna tapi kan buat Naya, entah gimana Naya bisa kasih ke orang lain. Makanya, sabarrrrr.
Sampai di kantin, Juna sengaja beli dan bungkus makanan. Tidak ikut bergabung di meja pojok, Juna langsung pergi lagi. Mira tanya mau kemana tapi tidak direspon, mau kejar tapi makanannya sudah datang, Mira hanya bisa kesal memandang Juna, lagi kenapa sih.
Juna cari Naya yang ternyata ada di perpustakaan, sendirian. Juna langsung masuk.
"Nay!" panggil Juna duduk.
Naya noleh dan yah, kesal, mau apalagi sekarang.
"Udah makan?"
"Gak laper," jawab Naya dingin sambil baca buku.
"Gak laper bukan berarti gak mak--"
"Lu mau apa kesini?!"