Bintang Di Langit Abu Abu

kndln
Chapter #24

Sampai Jumpa, Andre!

Sejak kejadian di gudang, sejak Naya tahu Andre memakai obat terlarang dan sejak Naya lihat kantong obat-obatan yang berserakan, Naya merasa sepertinya ia pernah lihat itu dan ternyata memang pernah! Itu kantong yang sama dengan kantong yang diberikan teman Andre saat Naya temui di seberang halte beberapa waktu lalu. Iya, Naya sangat yakin!!

Itu kenapa saat pulang sekolah, Naya buru-buru naik angkot dan turun di SMA yang tidak jauh dari sekolahnya, yaitu sekolah yang namanya sama dengan badget seragam teman Andre saat itu. Naya masih ingat dengan jelas nama sekolah, logo bahkan wajah temannya Andre. Naya hanya mau memastikan apakah kekhawatirannya ini benar atau tidak walaupun ia yakin benar! Hanya saja ia perlu bukti jadi ia tunggui di warung samping sekolah. Ia lihati siswa siswi yang berpulangan tapi Naya tidak temui wajah temannya Andre. Sampai langit sudah hampir gelap dan akhirnya Naya naik angkot untuk pulang.

Hal tersebut Naya lakukan lagi pada hari-hari berikutnya. Sampai Gita bingung kenapa Naya buru-buru terus pulangnya, Naya hanya jawab mau belajar, Gita tidak komentar lagi kalau alasan Naya adalah belajar. Bahkan Juna juga sampai bingung, karena pernah ketemu Naya di koridor dan mau panggil tapi Naya langsung lari turun tangga. Juna terdiam karena mau bingung Naya kenapa tapi akhir-akhir ini mereka memang sudah tidak terlalu dekat. Juna menghela nafas berpikir apa mereka beneran sudah tidak bisa dekat lagi? pesan atau telepon pun sudah tidak pernah lagi.


Di suatu hari Jumat, pagi-paginya Naya kirim pesan ke Juna, tanya sedang ekskul atau tidak? Juna bilang tidak. Naya kesal, tapi baguslah, ia mau bicara.

Mereka berdua masuk ke laboratorium, tempat paling aman untuk bolos ekstrakulikuler. Awalnya Naya ajak ke belakang sekolah tapi Juna langsung tolak. Naya katakan ia mau bicarakan sesuatu pada Juna itu kenapa ia bolos ekskul, jadi ayo ke belakang sekolah. Juna terdiam tidak percaya dan karena ia malas ketemu Andre lagi di belakang sekolah, ia ajak Naya ke laboratorium saja, disana juga aman. Naya langsung mengiyakan dan ikut Juna yang begitu sampai dan mereka masuk, Juna langsung tarik tangan Naya ke sela-sela susunan kursi di dekat tembok yang jauh dari jangkauan jendela yang transparan. Menyadari hanya mereka berdua disana terlebih dengan posisi berdiri mereka yang saling menghadap dan cukup dekat, tetiba jantung Naya jadi degdegan memandang Juna, entah kenapa ia jadi takut tapi batinnya menyakinkan ini hal biasa jadi harus biasa aja, HARUSSS!!!

"Mau ngomong apa Nay? penting banget sampe bolos ekskul?" tanya Juna tidak percaya Naya tidak ekskul.

"I, iya," ucap Naya "Am, ini soal Andre Jun."

Juna terdiam dan tetiba jadi serius juga, "Kenapa?"

"Am, tentang obat Andre, gue tahu siapa yang kasih obat itu ke Andre, dia anak SMA sebelah."

"Ha? maksudnya?"

Naya langsung keluarkan handphone dan kasih lihat Juna foto-foto temannya Andre yang sedang nongkrong di depan sekolah. Juna terdiam melihat itu.

"Dia itu pengedar obat Jun!" ucap Naya sangat yakin "Gue pernah lihat dia sama Andre pas pulang sekolah, dan dia kasih Andre kantong obat itu! Gue udah cari tahu tentang dia, gue ke sekolahnya terus lihat dia lagi nongkrong, gue tanya ke orang yang lewat, untungnya kenal dan ternyata dia emang terkenal bandel, gue tanya nama, kelas, sosmednya. Terus gue follow instagramnya pake fake account, gue kirim pesan aja mau beli obat. Dan lu tahu Jun, DIA KIRIMIN GUE PRICELISTTTTTT!!!!!"

"I, iya, iya, sabar Nay sabar--"

"Kesel gue! Bisa-bisanya dia ada pricelist narkoba!!"

"Ha ha ha!" ketawa Juna.

"Laporin aja ke polisi."

"Ha ha ha! Lu keren banget sumpah Nay!"

Naya jadi tersenyum dengan sedikit bangga karena ia memang tidak percaya juga bisa menguak kasus Andre. Memang keren bukan!

"Tapi jangan bawa-bawa polisi," jelas Juna.

Senyum Naya langsung memudar, "Kenapa?"

"Semua akan kena termasuk Andre."

"Tapi ini demi kebaikan Andre juga, kalo pengedarnya tetap ada, Andre akan tetap pakai obat itu."

"Soal Andre, gua akan bilang ke orangtua gua supaya dia direhab aja tapi nanti tunggu lulus."

"Tapi percuma direhab kalo Andre tetap pakai Jun."

"Enggak Nay, udah lu gak usah pikirin soal Andre yah, pikirin UN aja."

"Gue mau bantu--"

"Gak usah. Ini urusan gua, gak usah ikut campur--"

"Terus buat apa kita diskusi disini? Gue bolos ekskul demi kasih tahu lu."

"Yaudah diskusi hal lain aja," ucap Juna "Am, lu akhir-akhir ini kemana? kok jarang kelihatan."

"Ya gue cari tahu soal Andre!" kesal Naya "Gue berhari-hari cari tahu soal ini. Lu malah minta gue gak usah ikut campur."

"Yaudah, terus mau gimana? selain lapor polisi."

"Ya setidaknya temuin orangnya. Kita ngomong baik-baik supaya dia berhenti kasih obat ke Andre lagi! Atau kalau hal buruk terjadi sama Andre, kita udah tahu harus ke siapa."

Juna terdiam.

"Ayo Jun temuin orangnya!"

"Yaudah, besok kita temuin. Jam 7 malem gua jemput lu."

"Oke!" setuju Naya tapi tetiba tersadar sesuatu "Eh, besok?"

"Iya."

"Besok kan Sabtu. Sekolah libur, gimana kita ketemu dia?!"

"Am, kata lu kan dia anak bandel yah, terus anak tongkrongan, kalo Sabtu orang kaya gitu biasanya suka nongkrong malem, kita ke tongkrongannya."

"Oh gitu," ucap Naya masih bingung tapi yaudahlah, ikutin aja, ia tidak paham juga tentang pertongkrongan.

Klek! pintu terbuka tanda ada yang masuk.

Juna dan Naya menoleh kaget dan langsung nunduk sembunyi karena Pak Guntur masuk melihat ke sekeliling ruangan untuk pengawasan. Naya jadi degdegan, takut dan sangat panik, ia menarik tangan Juna dan mendekat untuk lebih sembunyi di belakang Juna demi tidak terlihat. Juna jadi gugup sendiri dengan sikap Naya yang jadi memeluknya tapi ia berusaha paham karena Naya berbisik pelan takut ketahuan oleh Pak Guntur yang tidak lama langsung keluar lagi dan pintu tertutup.

Juna mengintip, "Nay, udah gak ada Nay si Guntur."

"Serius?"

Juna mengangguk.

Naya menarik napas lega dan seketika tubuhnya lemas jadi bersandar pada Juna yang sekali lagi, hanya bisa mematung tidak berkutik, maksudnya, ini Naya sadar gak sih sikapnya begini. Sepertinya tidak sadar karena langsung menjauhkan diri dan minta maaf.

"Eh, maaf Jun maaf, gue takut Pak Guntur lihat, makanya begitu," gugup Naya beneran tidak sadar sikapnya berlebihan ke Juna.

"Iya, iya, gapapa, santai aja."

"Karena gue udah dua kali dihukum, gue gak mau lagi."

"Iya, jangan. Biasanya ketiga kalinya panggil orangtua."

"Bohong."

"Kan gua pernah."

"Oh iya. Yaudah deh gue keluar aja."

"Eh, Nay jangan," Juna pegang tangan Naya, entah kenapa jantungnya jadi degdegan memandang Naya yang memandangnya juga.

Lanjut Juna, "Kalo lu keluar, terus ketemu Pak Guntur gimana? dia masih suka keliling sampe jam ekskul selesai."

Naya terdiam dan langsung duduk, ia tidak jadi keluar, malah jadi canggung karena Juna ikut duduk di sampingnya. Untuk beberapa saat, mereka hanya diam-diaman saja. Naya yang bingung mau bicara apa sementara Juna yang ragu mau membicarakan sesuatu.

"Nay," ucap Juna.

"Hm?" jawab Naya, akhirnya ngobrol.

"Lu khawatir banget yah sama Andre?"

"Iya, karena gue tahu Andre lagi gak baik-baik aja."

"Karena lu juga suka yah sama dia? jadi khawatir saat dia gak baik-baik aja?"

Naya memandang Juna, agak kaget Juna mikirnya kaya gitu, "Am, kayanya gak gitu deh--"

"Dulu lu pernah suka Andre kan?"

"Pernah."

Juna terdiam, ini alasannya ragu bertanya, dirinya saja yang bodoh untuk tetap nanya.

"Tapi kan udah enggak," ucap Naya lagi.

Juna agak lega mendengarnya, "Kenapa?"

"Sama aja kaya lu udah gak suka sama Mira."

Juna terdiam.

"Kita tuh sama Jun," ucap Naya "Suka dengan seseorang yang gak bisa dimiliki. Kadang gue merasa, kayanya menyenangkan yah bisa memiliki orang yang kita cintai, kaya walaupun banyak hal yang indah di dunia, tapi bisa memiliki orang yang kita cintai tuh rasanya udah cukup aja."

Juna tersenyum, "Tapi tipe cewek Andre emang bukan kaya lu Nay."

Naya hanya tersenyum saja dalam hatinya kesal kenapa jadi ke Andre, yang Naya maksud, lu Juna!!!!

"Maksud gua," lanjut Juna "Lebih baik lu buka hati untuk orang lain. Jangan karena patah hati oleh satu orang, lu jadi tutup hati untuk semua orang."

"Tapi masalahnya, gak ada yang suka sama gue. Apa yang mau gue buka ha ha ha!"

"Ada."

"Gak ada."

"Ada Nay!"

"Siapa?"

Juna terdiam.

Naya melirik bingung, "Kenapa jadi lu yang tahu banget, temen lu ada yang suka sama gue yah?"

"Pasti ada Nay yang suka sama lu, lu aja kali yang gak tahu."

"Karena gak ada yang kasih tahu."

"Jatuh cinta itu gak selalu bentuknya ucapan aku mencintaimu," ucap Juna "Tapi gimana hari ini, cerita kalau ada masalah, mau makan apa, mau kemana, ajak pergi, ajak jalan atau ngaku salah dan minta maaf, itu semua juga bentuk jatuh cinta yang gak harus di kasih tahu."

"Itu etika bersosialisasi yang semua orang bisa lakuin tanpa harus mencintai."

"Bener. Tapi gua kaya gitu kalo jatuh cinta."

Naya melirik mau ketawa, "Oh, jadi itu yang lu lakuin selama pendekatan ke Mira? pantes Mira tolak, lu terlalu bertele-tele."

Juna langsung tersenyum dalam hati kesal kenapa jadi ke Mira, yang Juna maksud, lu Naya!!!

"Tapi tentang Andre Jun," ucap Naya lagi "Gue penasaran sih dia alami apa sampe semenyerah ini."

Juna terdiam, ia juga memikirkan itu.

Lanjut Naya, "Lu gak boleh kaya gitu yah!"

Juna memandang Naya.

"Kalaupun lu gak sama Mira, gue doain lu dapat yang sama baiknya kaya Mira."

Lihat selengkapnya