Juna kembali ke sekolah dimana suasana masih ramai dengan dukacita atas Andre tapi Juna memutuskan untuk menyikapinya dengan biasa aja.
Saat jam istirahat, Naya dapat pesan dari Juna untuk istirahat bareng ada yang mau ia bicarakan. Naya terdiam, maksudnya makan bareng, berdua? Juna bilang ajak Gita dan Mira juga. Naya kesal karena kepedean dan langsung beritahu Gita dan Mira yang langsung, AYOK!
"Nah, orangnya dateng nih," ucap Billy saat Naya, Mira dan Gita tiba di meja pojok.
"Ada apa nih, ajak istirahat bareng," ucap Gita duduk.
"Kita lagi bahas Andre, kata Juna, lu tahu ceritanya Nay?" ucap Aji.
"Ha?" bingung Naya yang mau buka bekal.
Juna minta Naya perlihatkan foto pengedar narkoba Andre. Naya mengangguk dan langsung buka handphonenya, memperlihatkan foto si pengedar. Semua melihat itu termasuk Gita dan Mira.
"Nay, lu yakin dia?" tanya Bima.
Sambil makan Naya mengangguk, "Iya, gue pernah ketemu dia sama Andre deket halte, terus gua ke sekolah dia dan dia lagi nongkrong, gue cari tahu tentang dia sampai dapet instagramnya, intinya dia emang jual narkoba, gua sempet ditawarin."
"Mana Nay, instagramnya?" pinta Akbar dan Naya langsung berikan. Akbar, Tomi, Billy langsung lihat.
"Wah, gila! beneran dia woy!" ucap Akbar dan semua kembali melihat itu.
"Am, maksudnya ini kalian kenal dia?" bingung Gita.
"Dia itu ketua tongkrongan SMA sebelah," ucap Anton "Kita dulu pernah tawuran dan dia mimpin sekolahnya."
Naya mendengarkan saja sambil makan, ia tidak heran karena memang dari cerita yang ia dapat, orang itu memang berandalan.
"Dia tuh pernah gak naik kelas juga," ucap Billy "Jadi ditakutin. Orangnya kaya gak mau diusik gitu."
"Tawuran kemaren aja penyebabnya gak jelas," tambah Bima "Cuma karena anak sekolah dia gak bisa naik angkot karena penuh sama sekolah kita, malah nyerang."
"Nih orang agak ribet dan bermasalah sih. Udahlah, kita jangan ikut campur urusannya dah, mau dia jual narkoba kek atau apa kek, biarin aja," tambah Tomi.
"Iya, cukup tawuran kemaren aja," ucap Anton "Untung kita masih kelas dua yak, ikut-ikutan doang."
Sementara mereka cerita, Naya kesal dengan Juna yang habisin lauk makannya. Juna langsung mau melepeh tapi Naya langsung pukul sambil ketawa karena jorok. Juna juga ketawa dan setuju dengan teman-temannya.
"Iya, bener," ucap Juna "Kita udah kelas tiga jadi gak usah berurusan sama dia dan temennya. Gua juga udah ikhlas soal Andre. Jadi, kita yang udah tahu dia pengedar, kita rahasiain aja semuanya, jangan sampe orang lain tahu apalagi guru-guru."
Naya langsung batuk kaget. Semua langsung memandang termasuk Juna yang langsung ambil minum, "Pelan-pelan Nay."
Naya langsung minum dan tetiba panik, "Eh, tapi kemarin, kemarin gue kasih tahu Pak Guntur--"
YAAAHHHH!! sorak semuanya kesal kecuali Juna. Satu kantin sampai noleh melihat.
Naya jadi bingung dan berbisik pelan, "Kemarin gue panik karena gue tahu dari awal hubungan Andre dan orang itu. Terus Andre meninggal karena obat, jadi gue langsung kasih tahu Pak Guntur aja."
"Kalo sekolah kita tuntut sekolah mereka gimana Nay!" ucap Akbar.
"Pasti tongkrongan mereka gak seneng dan nyerang sekolah kita nih," ucap Aji.
"Yaudah, gak usah diladenin," ucap Mira.
"Ya masa kita diem doang Mir, sekolah kita dilemparin batu," tambah Bima.
Juna hanya diam aja, ia juga lagi nahan kesal melihat Naya.
Naya jadi sangat bingung banget, "Am, tapi, tapi kayanya Pak Guntur juga lupa deh."
"Gua gak yakin si Guntur lupa kalo kasus kaya gini," ucap Tomi.
Naya cemas, "Terus gimana dong?"
"Ya lu harus ikut tawuran kalo mereka nyerang," ucap Juna.
Naya langsung memandang tidak percaya.
"Lu harus ada dibarisan paling depan Nay!" tambah Akbar.
"Tapi tenang aja, lu pake senjata kok Nay, nanti kita latihan bawa sabit," jelas Billy.
Naya langsung berdiri, "Gak mau yah! Belum tentu mereka begitu!"
"Setiap tahun pasti begitu!" ucap Juna.
"Pokoknya gue gak mau!" Naya langsung ambil bekalnya dan pergi.
Juna panggil tapi Naya langsung lari dan mereka semua langsung ketawa.
"Lu semua rese yah ha ha ha!" ucap Gita yang sebenarnya sudah tahu Naya hanya dikerjain aja.
Semua masih terus tertawa apalagi Juna yang awalnya ia kira Naya paham dengan bercandaanya karena mana mungkin ikut tawuran, tapi ekspresi Naya langsung serius, membuat yang lain ikut meledek juga dan itu sangat lucu.
Sementara di kelas, Naya jadi tidak tenang memikirkan ucapan Juna dan teman-temannya. Jelas-jelas ia sudah beritahu Pak Guntur. Tapi Naya menyakinkan kalau Pak Guntur tidak akan ingat ucapannya karena kejadiannya sudah seminggu yang lalu.
Minggu depan, hari Jumatnya.
Sekolah diramaikan oleh Pak Guntur dan osis yang datang ke kelas-kelas melakukan sidak alias Inspeksi Mendadakk!!!!
Semua siswa siswi langsung panik dan menyembunyikan barang-barang yang mungkin untuk disita. Tapi sepertinya percuma karena Pak Guntur dan osis terlalu cepat untuk memeriksa sampai terkumpulah barang-barang sitaan seperti make up, rokok, korek, bahkan yang membuat Pak Guntur sangat marah adalah benda tajam!! Teman-teman Juna berbisik ribut karena mereka yakin pasti ini gara-gara Naya. Juna tidak yakin karena Pak Guntur selalu melakukan sidak kapanpun sesuka hatinya.
"Semua keluar dari bangku meja!" teriak Pak Guntur begitu masuk kelas 3A.
Naya dan Gita bersama teman-temannya yang lain maju. Osis langsung memeriksa tas dan laci seluruhnya sampai selesai pemeriksaan dan semua kembali duduk.
"Naya, kamu ikut saya ke ruang guru," ucap Pak Guntur.
Naya bingung, "Kenapa Pak?"
"Saya mau bicara soal Andre," ucap Pak Guntur.
Naya terdiam. Gita juga.
"Sekarang yah Nay!" ucap Pak Guntur langsung pergi.