Keesokannya saat jam istirahat di meja pojok kantin.
Juna ceritakan yang ia alami ke teman-temannya, mulai dari nonton bioskop dengan Naya, pulang menuju gultik lalu dikejar empat motor yang mau menyerempet motornya untung ia tendang ke samping. Semua menebak pasti itu anak SMA sebelah. Juna terdiam karena yakin pasti teman-temannya tahu. Semua langsung kesal karena menilai pasti ada hubungannya dengan siswa pengedar narkoba, kematian Andre dan pengaduan Naya.
"Jangan bawa-bawa Naya lah," ucap Juna.
"Ya terus gimana Jun," ucap Anton "Kalau mereka beneran nyerang, kita harus gimana?"
"Kita lawan tapi udah mau lulus, kalo diam tapi mati," ucap Aji.
"Udah gini aja," ucap Akbar menenangkan "Mulai sekarang kita jangan nongkrong di warung emak dulu."
"Awas lu yah nyaranin nongkrong di perpustakaan," ucap Tomi.
"Mending mati tawuran yah Tom," sahut Billy dan semua ketawa.
Juna kesal, "Udahlah, kita kaya gak pernah tawuran aja, gua punya strateginya, tenang aja."
"Gua sih oke-oke aja nyerang Jun," ucap Tomi "Tapi gua kesel aja nih sama si Naya yang suka ngadu. Gak berubah-rubah anjir dari kelas 1."
"Kalo kita masih kelas 1 atau 2, ayo dah tawuran, tapi kita udah kelas 3 weh, 3 bulan lagi UN," ucap Bima.
Juna terdiam dan sebenarnya ia setuju dengan pendapat teman-temannya tapi maksudnya adalah untuk apa didirikan warung emak kalau bukan untuk berkumpulnya siswa siswa pemberani dari kelas 1 sampai kelas 2!!!!
Saat pulang sekolah, Juna dan teman-temannya menyeberang jalan dengan formasi keren menuju warung emak.
"JAYA!" Panggil Juna.
Jaya adalah siswa kelas 2 yang cukup aktif nongkrong dan bergaul termasuk ke pertemanan Juna dan teman-temannya. Juna tidak paham karena apa, tapi dari apa yang ia lihat kalau nongkrong, Jaya itu disegani dan cenderung dituruti oleh teman-teman seangkatannya padahal tidak punya catatan kriminal dan tidak menyeramkan, malah cukup ganteng, pikir Juna.
"Kenape nih bang?" bingung Jaya.
"Panggil temen-temen lu kumpul Jay," ucap Akbar.
Jaya semakin bingung tapi nurut aja dulu, ia teriakin teman-temannya untuk rapat berkumpul.
"Dengerin gua ya semua," ucap Juna serius "Kayanya kita akan tawuran sama SMA sebelah!"
"Serius bang?!" kaget Jaya.
Lanjut Juna, "Iya! Semua anak tongkrongan disini wajib ikut tawuran sekali seumur hidup!"
YESSSS!!!! seru semua anak tongkrongan termasuk Jaya.
Tomi sampai heran geleng-geleng melihat itu, tapi tawuran memang seseru itu pada masanya.
"Akhirnya yang kita tunggu dateng juga," ucap salah satu anak tongkrongan.
"Kita siap tempur bang!" ucap Jaya.
"Mohon bimbingannya Bang!" tambah yang lain.
Juna mengacungkan jempol, "Bagus!"
Suatu waktu pada jam istirahat di perpustakaan. Gita kaget tidak percaya saat Naya cerita pergi nonton dengan Juna. Mira tersenyum mendengar itu. Sebenarnya, Naya sudah berusaha simpan cerita ini berhari-hari sejak kejadian tapi rasanya sangat melelahkan karena pertama, ini bukan cerita menyenangkan, ia dan Juna diserang. Kedua, sejak kejadian itu, ia dan Juna bahkan jadi diam-diaman padahal ketemu berpapasan tapi saling melewati, Naya memang tidak menyapa karena ia kesal pada Juna yang ia rasa bohong soal penyerangan itu, Naya yakin Juna kenal mereka. Tapi maksud Naya, Juna juga kenapa didiamin malah diam, itu yang membuat Naya semakin pusing sendiri lalu akhirnya cerita dengan Gita dan Mira yang sedang belajar bareng.
"Terus akhirnya gimana Nay?!" tanya Gita antusias.
"Juna nembak lu yah?" tebak Mira.
"Akhirnya menyedihkan," ucap Naya.
"Ha? masa sih?" bingung Gita.
Mira juga tidak percaya, "Maksud lu Juna nolak?"
"Bukan," ucap Naya "Jadi pas pulang nonton, kita pergi mau makan gultik terus lewat jalan komplek yang sepi, eh tiba-tiba ada geng motor ngejar kita, terus mau nyerempet sampe Juna tendang mereka, langsung ngebut dan mereka tetap ngejar. Gue rasanya mau mati saat itu."
"Ha?! serius lu Nay?" kaget Gita.
"Beneran dikejar geng motor?" tanya Mira.
"Emang gue kelihatan bercanda yah?" tanya Naya yang sangat pusing.
"Enggak sih," ucap Mira "Tapi kenapa dikejar? lu Juna kenal mereka?"
"Gue sih enggak, tapi Juna, gue yakin dia kenal karena mereka manggil dan teriak nama Juna minta berhenti, tapi Juna bilang gak kenal."
"Pasti Juna kenal Nay!" yakin Mira.
"Iya!" kesal Naya "Gue tuh bingung sama dia, apa susahnya sih bilang kalo kenal, kan gua juga bisa jaga diri supaya gak terlalu deket kalo ternyata mereka temanan, siapa yang mau berteman sama anak berandalan kaya gitu!"
"Kok gue kepikiran Andre yah," ucap Gita.
Naya dan Mira terdiam memandang. Terlebih Naya yang langsung bingung, maksudnya Andre?
Lanjut Gita, "Am, gue bingung kenapa mereka tiba-tiba kejar lu dan Juna. Pasti mereka kenal kalian. Geng motor biasanya anak tongkrongan dan kejadian terakhir, lu ada masalah sama ketua geng tongkrongan SMA sebelah kan karena dia pengedar narkoba, mungkin gak sih ada hubungannya?"
Naya terdiam mematung karena benar-benar tidak kepikiran sampai sana tapi, benar juga.
"Gue curiga karena itu deh Nay penyebabnya," ucap Gita.
"Ohiya yah," keluh Naya yang tetiba bingung, degdegan dan panik.
"Gini aja," ucap Mira "Untuk sementara, kita jangan dekat-dekat sama Juna dan teman-temannya dulu. Kalau pulang, langsung pulang aja."
"Iya bener!" setuju Gita "Kalau ternyata bener mereka teman si pengedar itu, pasti yang mereka kenal cuma Juna doang, mereka gak kenal lu Nay, jadi lu jangan deket Juna dulu yah."
Naya langsung sesak nafas mendengar itu. Sebenarnya saat Naya yakin kalau geng motor itu kenal Juna, ia hanya kesal dan akan menjauhi Juna. Tapi saat dengar ucapan Gita tentang geng motor dan hubungannya dengan siswa pengedar narkoba Andre yang seluruhnya disebabkan oleh dirinya, Naya jadi sedih dan bingung banget, bagaimana kalau ternyata benar begitu? bagaimana kalau tawuran itu benar terjadi dan Juna ikut? Sekali lagi Naya hanya menghela mengatur nafasnya yang jadi sesak, itu kenapa Naya pergi ke toilet. Gita dan Mira jadi bingung juga dan tidak percaya beneran akan separah ini kejadiannya.
"Ah, ada untungnya juga gue gak jadi sama si Juna," ucap Mira.
"Kalo gue jadi Naya, udah gue jauhin sih," gumam Gita.
"Si Naya tuh suka sama Juna."