Setiba di rumah, Reihan langsung ke belakang menemui ibu. Tanpa lupa ia menyilahkan Billy duduk di ruang TV. Billy diam saja sambil menonton TV, ia bingung memikirkan hidupnya. Kesalahannya di waktu dulu yang membuat ia malas mengaji menambah penyesalannya.
Dulu, ia selalu bolos dan lari jika disuruh ngaji oleh ibunya. Ia selalu menganggap ngaji itu memberatkan. Setelah mendapat amarah ibu, ia menjadi menyesal. Ia takut kalau ibunya terus marah dan tidak memperbolehkannya pulang. Ia takut menjadi gelandangan yang tidak mempunyai rumah. Saudara-saudaranya tidak ada yang tinggal di Langsa, semuanya ada di Banda Aceh, jadi ia tidak bisa lari ke tempat saudara.
“Oh, Billy,” sapa ibu Reihan sambil tersenyum.
Billy hanya mengangguk sopan.
“Ya, udah. Kamu nginap di kamar Reihan saja dulu. Besok biar Tante ngomong sama ibu kamu,” sambung Ibu.
“Makasih, Tante. Maaf merepotkan.”
“Ya sudah, ayo salat magrib Han. Itu ajak sekalian Billy.”
“Beres!” jawab Reihan cepat. “Ayo Bil, kita salat di kamarku saja,” sambungnya lagi.
“Han, aku gak begitu bisa. Ajari aku ya,” pinta Billy malu.
Reihan tersenyum saja. Ia kasihan sama Billy yang telah jauh dari agama. Dalam hati, ia bersyukur kalau Billy cepat dibukakan hatinya. Seandainya tidak dari sekarang, bagaimana jika ia sudah besar. Kan bisa jadi sangat parah nantinya.
“Kau pernah salat kan, Bil?” tanya Reihan.
“Pernah tapi sudah lama kali nggak, doanya aku sudah banyak yang lupa.”
“Nggak pa-pa, berarti kau sudah bisa. Mungkin hanya lupa sedikit, sekarang tinggal mengulangnya saja. Kau ikuti aku salat aja ya?”
“Doanya?” tanya Billy lagi.
“Aku baca keras-keras. He he he, aku jadi imam ya?”
“Beres!” jawab Billy singkat sambil memakai sarung yang diberikan Reihan.
Esoknya di sekolah, Faris tertawa terpingkal-pingkal melihat Billy. Ia tidak tahan menahan tawanya ketika melihat Billy yang menggunakan seragam Reihan. Di dada Billy terpampang nama Reihan dengan jelas.
“Daripada nggak sekolah, Ris.”
“Ya, baguslah,” jawab Faris sambil tertawa.
“Terus gimana, udah belajar ngaji?” sambung Faris lagi. Kali ini tawanya sudah berhenti.
“Belum tapi tadi malam aku diajari salat sama Reihan,” jawab Billy bangga.
“Ibu Reihan gimana?”
“Ya itu dia, aku iri sama Reihan yang memiliki ibu sangat baik.”