Bintang Lapangan

Kenon BB
Chapter #14

Seleksi Tanpa Akhir

 “Han, kita harus mencontoh Billy. Dia bisa kuat walau keluarganya semua hilang,” ungkap Faris dalam perjalanan pulang dari rumah Billy.

“Ya, dia memang hebat. Benarkan yang kubilang, dia itu tidak senakal yang orang kira. Kalau sudah kenal Billy, pasti paham kalau dia baik,” ucap Reihan bangga.

“Yup. Syukurlah kita bisa punya kawan kaya’ dia.”

Kisah Billy, mau tak mau harus diakui Reihan dan Faris sebagai contoh yang baik dan patut ditiru. Bagaimana tidak, dengan segala musibah dan masalah, Billy mampu bangkit. Meneruskan hidup dengan semangat dan tidak larut dalam kesedihan hingga terjebak dalam keputusasaan.

“Kita jangan menyerah ya? Kita harus tetap menjadi pemain sepakbola yang hebat,” sambung Faris lagi.

“Ya, musibah ini harus kita jadikan pelajaran,” balas Reihan semangat. “Tapi, sayang juga ya? Kita gak jadi ke Banda Aceh,” sambungnya pelan.

“Santai, di depan sana masih banyak pertandingan yang akan kita lakukan. Yang penting sekarang, kita harus terus latihan walau tanpa pelatih. Biar sekolah bola libur, kita tidak boleh bermalasan.”

“Aku pasti akan tetap latihan, kita latihan bersama ya?” ungkap Reihan.

“Sip. Tapi kita harus berjanji dulu.”

“Janji apa?” tanya Reihan bingung.

“Kita janji kalau latihan yang kita lakukan adalah sebuah seleksi agar kita tambah semangat.”

“Seleksi apa?”

“Seleksi tanpa akhir.”

“Sampai kita gak bisa main bola lagi?” tanya Reihan dengan semangat.

“Ya, kita akan terus latihan sampai kita tidak bisa main bola lagi dan latihan itu adalah sebuah seleksi. Kita akan terus menganggap seleksi itu tak akan berakhir walau bukan untuk pertandingan sekali pun.”

“Boleh, aku janji.”

“He he he, gitu baru mantap,” balas Faris sambil menepuk pundak Reihan yang lebih tinggi dari pundaknya.

Setiba di rumah, Reihan langsung mencari ibu. Keluarga Pak Cik dari Banda Aceh telah tiba di rumah Reihan beberapa hari yang lalu. Reihan terkejut melihat keadaan mereka. Mereka sangat lusuh. Semuanya menangis melihat keadaan mereka. Ibu sangat lama memeluk adiknya itu sambil menangis. Namun, mereka cepat baik kembali. Keadaan bisa mereka terima dengan lapang dada.

Reihan ingin mengabarkan keadaan Billy. Ia ingin ibu tahu kalau kawannya itu adalah orang yang kuat. Namun, bolak-balik ia mencari ibu tidak kelihatan juga. Ia bingung hingga dengan cepat ia menuju losmen. Ia ingin menanyakan pada Bang Zainal tentang keberadaan ibu.

Lihat selengkapnya