Julian baru saja selesai mandi sepulang dari Altery Restaurant. Sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, ia meraih ponselnya untuk mengecek pesan yang masuk. Salah satunya pesan dari Jessica Margareth.
Jessica Margareth
Bisa aku telepon kamu sekarang? 19:30
Julian tersenyum kecil melihat pesan tersebut. Ia segera membuka kunci layar dan membuka jendela obrolannya dengan Jessica.
19:30 Wait a minute ya.
Julian menaruh sebentar ponselnya di nakas, kemudian mengambil kaos yang sudah disiapkan di tempat tidur untuk dipakai.
19:31 Sudah, lo bisa telepon sekarang.
19:31 Voice call or video call?
Video call boleh? 19:32
19:32 Of course.
Tak lama, mereka pun terhubung melalui sambungan panggilan video.
“Malam, Julian. Maaf nih aku ganggu waktu kamu.”
“Nggak apa. Sebenarnya apa yang mau lo bicarain? Kayaknya penting banget.”
“Ini soal kecurigaanku sama SMA Bintang Megah.”
“Curiga soal apa? Soal ketiga teman kita yang meninggal secara bersamaan?”
“Itu salah satunya, tapi ada hal yang lain yang sangat membuatku curiga.”
“Apa itu?”
“Kakakku sudah hampir dua tahun ini menghilang entah ke mana. Dia juga sekolah di SMA Bintang Megah. Aku curiga sekolah Bintang Megah sengaja menyembunyikan kakakku.”
“Kakak kamu hilang? Gimana ceritanya?”
“Iya, hilang begitu saja. Setelah keluargaku tanya ke pihak sekolah, jawabnya tidak tahu keberadaan kakakku di mana. Kata mereka kakakku hilang begitu saja dari kamarnya. Mencurigakan banget ‘kan?” ujar Jessica dengan ekspresi serius.
Julian hanya diam mendengarkan Jessica lanjut bercerita tentang detail kejadian yang menimpa sang kakak.
“Apa kamu bisa bantu aku menyelidiki hal ini? Tujuanku bersekolah di sekolah ini selain untuk belajar ya ini. Menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi dengan kakakku.”
“Hmm … mendengar cerita lo barusan, gue bakal bantu lo. Ternyata di balik sekolah yang megah itu, ada sesuatu yang disembunyikan.”
“Nah, itu. Makanya kita harus tetap hati-hati selama sekolah di sana.”
“Iya, Jessica. Oh, iya siapa nama kakak lo?”
“Jazz Margareth Putra.”
“Oke, nanti gue bantu cari informasi soal kakak lo.”
“Thanks, Jul. Sekali lagi maaf ganggu waktu kamu. Tadinya aku mau bicarain soal ini di sekolah, tapi kayaknya terlalu beresiko.”
“It’s okay, Jessica. Memang sangat beresiko kalau kita bicarakan hal ini di sekolah. CCTV-nya di mana-mana.”
“Ya, memang, tapi giliran diminta rekaman soal kakakku, mereka beralasan maaf CCTV-nya rusak. Aku yakin mereka berbohong. Pokoknya kita harus bongkar kebusukan mereka secepatnya.”
“Lo harus tenang, jangan gegabah. Kita harus kumpulkan bukti dulu.”
“Iya, Jul. Udahan dulu ya? Aku mau tidur.”