Selasa pagi, beredar kabar bahwa salah satu murid kelas 12 hilang secara tiba-tiba. Murid yang hilang tersebut adalah Alexa. Tentu hal ini membuat Jessica semakin curiga dengan sekolah Bintang Megah. Dua tahun lalu kakaknya menghilang, sekarang kakak kelasnya yang padahal baru kemarin ia temui.
“Sekolah ini benar-benar nggak beres,” geram Jessica dengan suara cukup keras sambil menggebrak meja yang di depannya. “Apa kalian semua tidak merasa aneh?” lanjutnya bertanya kepada murid-murid lainnya yang sedang berada di kantin.
“Iya, juga ya? Kok serem banget tiba-tiba Alexa hilang.”
“Iya, jangan-jangan besok kita yang hilang.”
“Ah, kalau menurut gue sih Alexa nggak mungkin hilang, pasti dia kabur sama seperti Jazz.”
“Hmm … bisa jadi sih, tapi apa alasannya kabur dari sekolah yang megah ini? Aneh sih.”
“Kak Jazz nggak…”
Belum selesai Jessica berbicara, Julian langsung menutup mulut Jessica dengan kedua tangannya.
“Tenangkan diri lo, Jessica. Jangan gegabah,” bisik Julian berusaha menenangkan gadis yang emosinya kembali tersulut mendengar kakak yang ia sayangi menjadi bahan pembicaraan murid-murid satu sekolah.
“Mental mereka lemah!”
“Iya, aneh banget. Padahal apa coba yang kurang dari sekolah ini? Fasilitas lengkap dan bebas digunakan.”
“Setuju!”
“Julian, tolong lepaskan,” bisik Jessica pada Julian.
“Gue nggak akan lepasin, sebelum lo tenang dulu. Jangan emosi untuk hadapi mereka.”
“Jul, lo ngapain Jessica? Kasihan Jessica lo bekep kayak gitu,” ujar James.
“Iya, adab lo di mana? Lepasin dia!” tambah Jason.
Julian segera melepaskan bekapannya pada Jessica.
“Sorry, gue hanya berusaha menenangkan dia.”
Jessica menatap Julian sinis. Kemudian gadis itu langsung beranjak dari tempat duduknya.
“Aku duluan ke kelas.”
Jessica berlalu meninggalkan Julian, James, dan Jason. Sebelum pergi ke kelas ia memutuskan untuk mencuci mukanya di toilet.
“Kenapa mereka berbicara begitu padamu, Kak. Sebenarnya Kak Jazz di mana sekarang? Tolong beri aku petunjuk.”
Tiba-tiba saja ponsel Jessica bergetar. Diraihnya ponsel itu dari saku, ternyata pesan dari Ardan Permana.
Ardan Permana
Hai, Jessica. Ini saya Ardan, teman sekamarnya kakak kamu Jazz. 09:10
Saya dapat kontak kamu dari Julian. 09:10
Bisa nanti siang kita ketemu? Saya mau menyerahkan sesuatu milik kakak kamu yang sempat dia titip ke saya. 09:11
09:11 Hai juga, Kak. Tentu bisa.
Oke, sampai ketemu nanti. 09:11
Nanti lokasi dan jamnya saya kabarin lagi 09:12
09:12 Oke, Kak.
“Semoga saja kali ini aku menemukan petunjuk baru.”
-oOo-
Bel pulang sekolah untuk murid-murid kelas X telah berbunyi beberapa saat setelah waktu menunjukkan pukul 12.20. Setelah mengelap keringatnya menggunakan handuk, Jessica langsung beranjak ke kamar asrama. Julian sempat memanggil gadis itu, tetapi tidak ia digubris.
“Wah, kayaknya Jessica marah besar sama lo, Jul. Lo si bekep dia tadi,” respon Jason melihat temannya itu tidak digubris oleh Jessica. “Tanggung jawab lo, minta maaf,” lanjutnya.
“Iya, pasti gue minta maaf ke dia.”