Andini hanya menggeleng heran dengan sedikit tersenyum pada Danu.
duduk berhadapan dengan Andini' Danu memandang penuh arti, teman di sebelahnya deham, Danu menoleh tersenyum mengangkat satu alisnya.
Tok! Tok! Tok!
Galang datang, memberi salam sedikit tergesa, ia masuk setelah semua orang di dalam ruang tamu menjawab salamnya, Galang' datang bersama dua orang polisi dengan niatan mengantar polisi mengembalikan barang-barang terakhir yang Bintang kenakan.
Andini' dan ibu panti berdiri, menyambut salah satu polisi yang memberikan kotak kardus berukuran sedang berisi tas, dompet, dan ponsel Bintang.
Andini menerima dengan sedikit gemetar, perasaannya kembali sedih dan bercampur aduk.
Sementara Galang' melihat Danu sedikit Heran, dalam perasaan nya! Lagi-lagi ia melihat Danu, yang Galang sendiri tidak tahu siapa sebenarnya Danu.
"Dia lagi!" Batin Galang.
Tak lama, polisi pamit' dengan tujuannya yang hanya mengantarkan barang-barang milik Bintang, kedua polisi mengatakan tidak bisa berlama-lama.
Usai polisi pergi, ibu panti menyuruh Galang untuk duduk dan ngobrol bersama dengan Andini, Danu serta Alwi teman Danu.
"Mas Galang duduk dulu, ibu tinggal sebentar kebelakang!"
"Iya, bund."
Galang duduk berdampingan dengan Andini' suasana hening saat ibu panti masuk.
Mengalihkan perasaan yang tidak jelas, Danu memilih memainkan ponsel.
Ia menghela nafas, perasaannya tak senang' melihat Andini duduk berdampingan dengan Galang.
"Em, maaf saya masuk dulu sebentar. Saya mau taruh barang-barang kakakku!"
Andini tiba-tiba berkata, pamit menaruh barang di kamarnya. Terpaksa Galang dan Danu mengiyakan.
***
Membawa barang ke kamar' Andini menahan tangis, hatinya kembali sedih teringat sang kakak yang belum genap dua hari pergi selamanya.
Sampai di kamar' Andini membuka kardus berukuran sedang tersebut, setelah ia meletakannya di atas meja rias.
Mengambil Ponsel Bintang, mencoba membuka yang ternyata tidak menggunakan kunci.
Andini melihat foto-foto kenangan, yang ternyata banyak menyimpan foto dirinya' yang Bintang potret tanpa izin.
Andini merasa terharu dan bercampur aduk, Bintang begitu sayang dengannya.
Sejenak Andini duduk di tepi ranjang tidur, teringat terakhir saat Bintang berjalan' hampir terserempet mobil.
"Apakah, saat itu adalah tanda? Kak Bintang melamun dan hampir terserempet Mobil! Tapi' kenapa malah justru malam itu' menjadi terakhir aku di jemput oleh nya!"
Andini kembali meneteskan air mata.
Tok! Tok! Tok!
"Din!"
Suara Galang memanggil dari balik pintu kamar, Andini segera menyeka airmata dan segera menemui Galang.